in

Review Novel Aliansi Monyet Putih Karya Ramayda Akmal

Aliansi Monyet Putih merupakan buku karya penulis asal Indonesia, Ramayda Akmal. Buku Aliansi Monyet Putih merupakan buku kumpulan cerita pendek yang memuat total 11 cerpen. Buku yang memiliki total 132 halaman ini diterbitkan oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama pada bulan Mei 2022.

Aliansi Monyet Putih adalah buku kumpulan cerpen yang menggambarkan keterasingan para pendatang di Jerman. Melalui buku ini, Ramayda Akmal memusatkan pada pertanyaan, apakah nilai kemanusiaan universal, atau tetap terbatasi oleh suku, wilayah, warna kulit, dan identitas-identitas lainnya. Cerita-cerita yang disajikan dalam buku ini merupakan gambaran kehidupan yang dialami para pendatang di Jerman.

Banyak dari mereka yang menghadapi kehidupan serba sulit dan tak mempunyai kesempatan untuk berkompetisi secara adil. Di sisi lain, banyak juga yang sering mendapatkan pemakluman, karena dianggap lemah dan warga kelas dua yang tak menjadi masalah jika kadang-kadang melakukan kesalahan. Saat dunia sudah tak lagi memiliki pagar, kenapa kemanusiaan masih harus dibatasi oleh warna kulit, etnis, dan asal negara.

“Aku adalah orang asing yang menetap di sini untuk belajar. Walaupun aku bisa bicara bahasa selancar mereka, bekerja bersama mereka, bercanda dan menertawakan hal-hal yang juga lucu bagi mereka, aku tetap menjadi orang asing. Mereka yakin bahwa orang asing selalu kesulitan untuk menyesuaikan diri. Orang asing selalu berbicara dengan logat yang berwarna. Orang asing selalu dimaklumi jika salah, atau malah selalu dianggap salah. Orang asing selalu mendapatkan nilai tambah sebagai pemakluman, karena nilai kami tak dapat disamakan dengan nilai orang sini.”

Profil Ramayda Akmal – Penulis Buku Aliansi Monyet Putih

ugmpress.ugm.ac.id

Ramayda Akmal adalah penulis wanita asal Indonesia. Setelah Ramayda berhasil menyelesaikan pendidikan pascasarjana di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada, Ia masih terus berproses di dunia sastra sampai sekarang. Selain menjadi penulis, ramayda Akmal juga berprofesi sebagai staf pengajar di kampus yang sama, dan juga sesekali menjadi dosen tamu di berbagai universitas.

Profesinya sebagai pengajar itu tak menyurutkan konsistensi Ramayda Akmal untuk menghasilkan karya-karya yang luar biasa. Ramayda Akmal pernah menjadi kolumnis di Buletin Djogja Recovery, yang diterbitkan oleh CD Bethesda Yogyakarta sejak 2006. Dan, pada tahun yang sama, Ramayda Akmal juga menjadi redaktur Buletin Humanis terbitan KMSI FIB Universitas Gadjah Mada.

Ramayda Akmal juga pernah menjadi pemenang Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta di tahun 2010, melalui novel karyanya yang berjudul Jatisaba. Pada tahun 2013, Ramayda kembali menjadi pemenang Sayembara Penulisan Fiksi Balai Bahasa Yogyakarta dengan karyanya yang berjudul Lengkingan Viola Desingan Peluru. Ramayda Akmal juga dikenal terlibat aktif di banyak penelitian. Esai dan tulisan ilmiah populernya juga telah dimuat di berbagai surat kabar lokal dan nasional.

Ramayda Akmal juga telah menghasilkan berbagai judul tulisan, di antaranya, yakni “Luka dan Perban Sinetron Indonesia” dan “Terra Incognita Film Indonesia” dalam buku Membaca Sinema Indonesia yang diterbitkan pada 2010. Nama Ramayda Akmal juga dikenal melalui karya-karya cerita pendeknya. Salah satu contoh karyanya yang populer adalah buku kumpulan cerpen berjudul “Tahun-tahun Penjara” yang diterbitkan pada tahun 2012 oleh DKJT.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Ramayda Akmal diketahui menetap di Jerman. Hal ini terkait dengan karya terbarunya yang berjudul “Aliansi Monyet Putih”, yang merupakan buku kumpulan cerpen yang mengisahkan tentang keterasingan orang asing yang tinggal di Jerman. Bagi kalian yang ingin mengenal Ramayda Akmal atau yang akrab dipanggil “Mbak Ayda”, kalian bisa melihat dan mengikuti kesehariannya melalui media sosial Instagram dengan nama akun @akmalayda.

Sinopsis Buku Aliansi Monyet Putih

Pros & Cons

Pros
  • Buku Aliansi Monyet Putih ini menyajikan premis cerita yang berbeda dengan kebanyakan cerita pada umumnya, yakni bagaimana kesulitan dan perjuangan untuk bertahan hidup di negara asing.
  • Konflik yang disajikan pada buku ini dinilai relevan dan cukup umum, seperti masalah-masalah mahasiswa yang studi di luar negeri, para pekerja imigran yang memperjuangkan hidupnya, dan juga diaspora.
  • Cerita-cerita pendek di dalam buku Aliansi Monyet Putih ini menjadi perpaduan yang pas antara pengalaman empirik, cara pandang penulis dalam memandang realitas, sejarah bacaan, riset yang cukup mendalam, dan pengajaran akan bagaimana cara yang tepat dalam menghadapi hidup.
  • Pembaca dapat menemukan banyak insight dan pengajaran baru dalam buku ini
  • Setiap kalimat dalam buku ini, dari awal sampai akhir, semuanya tersusun dengan rapi dan indah, serta mudah dimengerti.
  • Mbak Ayda juga menyajikan frasa-frasa sastra yang indah dan kerap kali mengajak untuk berpikir ulang tentang hal-hal yang terjadi dalam kesehariannya.
  • Melalui sebelas cerita pendek yang dirangkum dalam buku Aliansi Monyet Putih ini, pembaca dapat merasa jauh, asing, rumit, tetapi di sisi lain juga dekat, karena tokoh-tokohnya berasal dari tanah air.
  • Pembaca dapat merasa diajak masuk dan terlibat ke dalam dunia-dunia yang dikisahkan.
Cons
  • Beberapa cerita dinilai sulit untuk dipahami, karena latar cerita yang asing dan topik yang tidak relevan dengan sejumlah pembaca.

Tokoh utama pada cerita-cerita pendek ini adalah seseorang berdarah Indonesia yang mempunyai pengalaman yang tidak mengenakan atau menemukan berbagai masalah ketika menetap di Jerman. Beragam cerita pendek ini menyajikan kisah yang relevan dengan keadaan yang umum ditemukan masyarakat. Seperti kondisi pandemi ini, imigran, pelajar di negeri seberang, dan pekerja yang berasal dari negara luar.

Terutama, para pendatang dari luar Jerman, yang kerap kali merasa terasingkan. Mereka yang menetap di sana untuk belajar atau bekerja, harus berusaha keras supaya izin menetapnya dapat diperpanjang. Atau, supaya bisa mendapatkan beasiswa dengan lancar. Berbagai macam usaha itu digambarkan dan disampaikan dalam sebuah cerita pendek, dalam bentuk narasi yang membuka pikiran.

Salah satu contoh cerita pendek yang bisa ditemukan dalam buku Aliansi Monyet putih ini, yakni cerpen berjudul “Lelaki yang Melempar Koin”. Cerpen ini mengisahkan tentang seseorang yang berasal dari Indonesia, bekerja di sebuah perusahaan jasa pengantar kebutuhan sehari-hari kepada orang-orang yang tidak ingin keluar rumah akibat pandemi. Dalam menjalankan pekerjaannya itu, ia menemukan berbagai hal yang mencengangkan, seperti pesanan untuk mengantarkan obat-obatan terlarang.

Kemudian, ada salah satu cerita pendek lain yang berjudul “Tuan Yang Mulia”. Cerita pendek ini mengangkat sebuah isu yang ironis. Ini adalah kisah tentang kaum papa dengan seekor anjing, demi mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Kelebihan Buku Aliansi Monyet Putih

Buku Aliansi Monyet Putih ini dinilai unik, karena menyajikan premis cerita yang berbeda dengan kebanyakan cerita pada umumnya. Jika pada kebanyakan buku, dikisahkan tentang bagaimana seseorang menemukan kebahagiaan dan keindahan di negeri orang, pada buku ini, pembaca disajikan bagaimana kesulitan dan perjuangan untuk bertahan hidup di negara asing. Seluruh cerita pendek yang dimuat dalam buku Aliansi Monyet Putih ini mengisahkan tentang keterasingan yang dialami para pendatang dari Indonesia yang menetap di Jerman.

Konflik yang disajikan pada buku ini dinilai relevan dan cukup umum, seperti masalah-masalah mahasiswa yang studi di luar negeri, para pekerja imigran yang memperjuangkan hidupnya, dan juga diaspora. Ramayda Akmal seolah ingin menunjukkan sisi lain dari tinggal di negeri orang, yang biasa dianggap enak atau lebih sejahtera. Ia menunjukkan bahwa penyesuaian untuk hidup sebagai orang asing adalah sulit, banyak hal yang harus diperjuangkan, dan mungkin beberapa di antaranya berujung pahit.

Cerita-cerita pendek di dalam buku Aliansi Monyet Putih ini menjadi perpaduan yang pas antara pengalaman empirik, cara pandang penulis dalam memandang realitas, sejarah bacaan, riset yang cukup mendalam, dan pengajaran akan bagaimana cara yang tepat dalam menghadapi hidup. Pembaca dapat menemukan banyak insight dan pengajaran baru dalam buku ini, karena cerita-cerita ini juga mengandung banyak pesan moral yang dapat diaplikasikan dalam hidup.

Gaya menulis Ramayda Akmal dalam menyajikan cerita ini juga dipuji, karena setiap kalimat, dari awal sampai akhir, semuanya tersusun dengan rapi dan indah, serta mudah dimengerti. Seluruh narasinya memberikan kesan bahwa setiap kalimatnya ditulis dengan penuh perhitungan, hati-hati, dan detil. Selain itu, Mbak Ayda juga menyajikan frasa-frasa sastra yang indah dan kerap kali mengajak untuk berpikir ulang tentang hal-hal yang terjadi dalam kesehariannya.

Melalui sebelas cerita pendek yang dirangkum dalam buku Aliansi Monyet Putih ini, pembaca dapat merasa jauh, asing, rumit, tetapi di sisi lain juga dekat, karena tokoh-tokohnya berasal dari tanah air. Cerita-cerita pendek ini terasa sangat personal dan emosional. Pembaca dapat merasa diajak masuk dan terlibat ke dalam dunia-dunia yang dikisahkan.

Kekurangan Buku Aliansi Monyet Putih

Selain kelebihan, buku Aliansi Monyet Putih ini juga memiliki kekurangan. Kekurangan pada buku ini ditemukan pada beberapa cerita yang dinilai sulit untuk dipahami. Hal ini diakibatkan oleh latar cerita yang asing, yakni di negara Jerman. Selain itu, topik yang diangkat juga dinilai tidak relevan untuk mereka yang tidak pernah hidup di negeri orang atau tidak pernah membayangkannya.

Pesan Moral Buku Aliansi Monyet Putih

Melalui buku Aliansi Monyet Putih ini, kita kembali disadarkan tentang kehidupan pendatang yang kerap kali digambarkan indah dan berjalan lancar, ternyata tidak seindah yang terlihat. Hidup di negeri orang memang kerap kali terlihat indah, karena suasananya yang berbeda, budaya yang berbeda, dan seseorang dapat mendapatkan banyak hal baru. Namun, perbedaan tersebut tak seluruhnya bersifat positif, karena perbedaan dapat menimbulkan keterasingan dan penilaian yang kurang mengenakan. Secara garis besar, kehidupan sebagai pendatang di negeri orang memiliki sisi kelamnya sendiri yang tidak terelakkan.

Dari salah satu cerita pendek yang dimuat dalam buku ini, digambarkan bahwa hidup di negeri orang layaknya bermain teater. Para pendatang adalah aktornya, yang karakternya akan mereka putuskan sendiri. Ada yang memilih memainkan peran sebagai orang yang dapat bergaul dengan siapapun, orang yang asik, tapi meninggalkan budayanya sendiri. Namun, ada juga yang memilih untuk mempertahankan budayanya dan karakter dirinya sendiri.

Nah, itu dia Grameds ulasan buku Aliansi Monyet Putih karya Ramayda Akmal. Ternyata, hidup di negeri orang tak seindah yang dibayangkan ya. Bagi kalian yang penasaran akan perjuangan pendatang di negeri Jerman, kalian bisa mencari tahu dengan membaca buku ini. Kalian bisa mendapatkan buku ini hanya di Gramedia.com.

Rating: 3.5

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy