in

Review Novel Mayat dalam Perpustakaan Karya Agatha Christie

The Body in the Library adalah sebuah novel fiksi detektif karya Agatha Christie yang pertama kali diterbitkan pada Februari 1942 di AS oleh Dodd, Mead and Company. Tak lama kemudian, novel ini diterbitkan juga di Inggris oleh Collins Crime Club pada bulan Mei, pada tahun yang sama. Novel The Body in the Library diterbitkan di Indonesia oleh Gramedia Pustaka Utama pada Juni 2019, dengan judul Mayat dalam Perpustakaan.

Novel dengan total 288 halaman ini kembali menampilkan detektif amatir fiktif yang juga tampil di novel Muslihat dengan Cermin, Miss Marple. Waktu masih menunjukkan pukul tujuh pagi saat pasangan suami-istri Bantry menemukan mayat seorang wanita muda di perpustakaan mereka. Wanita muda itu memakai gaun pesta dan riasan tebal yang sekarang terlihat berantakan.

Siapakah sosok yang malang ini? Bagaimana ia dapat berakhir di perpustakaan itu, padahal pasangan Bantry tak mengenalinya sama sekali? Dan apakah kematiannya ada hubungannya dengan kematian seorang gadis lain yang ditemukan hangus terbakar di tambang terbengkalai? Pasangan Bantry memohon Miss Marple untuk menemukan jawaban atas misteri ini, sebelum kasus ini ramai diperbincangkan.

Profil Agatha Christie – Penulis Novel Mayat dalam Perpustakaan (The Body in the Library)

goodreads.com

Dame Agatha Mary Clarissa Christie lahir pada 15 September 1890. Wanita yang akrab dipanggil Agatha Christie ini merupakan seorang penulis asal Inggris yang dikenal dengan 66 novel detektif dan 14 koleksi cerita pendeknya, terutama yang berkisah seputar detektif fiksi Hercule Poirot dan Miss Marple. Agatha Christie juga penulis dari drama terlama di dunia yang berjudul The Mousetrap, yang telah ditampilkan di West End sejak 1952.

Pada tahun 1971, Agatha Christie diangkat menjadi Dame (DBE) atas kontribusinya pada sastra. Guinness World Records juya mencantumkan nama Agatha Christie sebagai penulis fiksi paling laris sepanjang masa, karena novel karyanya sudah terjual lebih dari dua miliar eksemplar. Agatha Christie dilahirkan dalam keluarga kelas menengah atas yang kaya di Torquay, Devon. Sebagian besar keluarganya bersekolah di rumah.

Pada awalnya, Agatha Christie adalah seorang penulis yang gagal, karena ia menerima enam penolakan berturut-turut. Namun, nasibnya ini berubah pada tahun 1920 saat ia berhasil menerbitkan The Mysterious Affair at Styles, yang menampilkan detektif Hercule Poirot. Suami pertama Agatha Christie bernama Archibald Christie, mereka berdua menikah pada tahun 1914 dan memiliki satu anak. Namun, hubungan pernikahan mereka berakhir pada tahun 1928.

Selama masa Perang Dunia Kedua, Agatha Christie bekerja di sebuah apotek di rumah sakit. Dari pekerjaannya itu, ia memperoleh pengetahuan menyeluruh mengenai racun yang kemudian sia tampilkan dalam banyak novel, cerita pendek, dan drama yang ditulisnya. Pada tahun 1930, setelah pernikahannya dengan seorang arkeolog bernama Max Mallowan, Agatha Christie menghabiskan beberapa bulan setiap tahunnya untuk menggali di Timur Tengah dan menggunakan pengetahuan tentang profesi ini dalam fiksinya.

Menurut Index Translationum UNESCO, Agatha Christie adalah penulis individu yang karyanya paling banyak diterjemahkan. Novelnya yang berjudul And Then There Were None menjadi salah satu buku terlaris sepanjang masa, dengan penjualan mencapai 100 juta eksemplar. Pada tahun 1955, Agatha Christie berhasil menjadi penerima pertama dari Penghargaan Grand Master Penulis Misteri Amerika. Pada tahun yang sama, karyanya yang berjudul Witness for Prosecution juga berhasil menerima Penghargaan Edgar untuk drama terbaik.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Pada tahun 2013, Agatha Christie terpilih sebagai penulis kriminal terbaik dan The Murder of Roger Ackroyd menjadi novel kriminal terbaik yang pernah ada dari total 600 novelis profesional dari Asosiasi Penulis Kejahatan. Pada bulan September 2015, And Then There Were None dinobatkan sebagai “Christie Favorit Dunia” dalam pemungutan suara yang disponsori oleh properti penulis. Banyak buku dan cerita pendek karya Agatha Christie yang telah diadaptasi untuk televisi, radio, video game, dan novel grafis. Ada lebih dari 30 film fitur didasarkan pada karyanya.

Agatha Christie meninggal dunia pada tanggal 12 Januari 1976, di usia yang ke-85 tahun. Diketahui, ia meninggal dunia di rumahnya yang berlokasi di Winter Brookhouse akibat penyebab alami. Agatha Christie dimakamkan di dekat halaman Gereja St Mary’s, Cholsey, di sebidang tanah yang dia pilih bersama suaminya 10 tahun sebelumnya. Upacara pemakaman sederhana dihadiri oleh sekitar 20 wartawan surat kabar dan televisi.

Sinopsis Novel Mayat dalam Perpustakaan (The Body in the Library)

Pros & Cons

Pros
  • Kisah yang disajikannya selalu padat dan jarang ada basa-basi.
  • Karakter para tokoh dalam kisah ini menarik.
  • Penyajian kasus yang cukup rumit ini rapi dan detail, sehingga pembaca dapat menemukan benang merahnya.
  • Penyelesaian kasus ini dapat memukau pembaca.

Cons
  • Porsi peran Miss Marple dinilai kurang, karena perannya banyak hanya di awal dan akhir cerita saja.
  • Terdapat banyak dialog antartokoh yang kosong, karena berujung pada ketidaktahuan.

perpustakaan!” Dolly Bantry kemudian membangunkan sang suami, Kolonel Arthur Bantry untuk segera turun. Di permadani perapian di perpustakaan, mereka menemukan mayat seorang wanita muda yang memakai gaun berkelap-kelip perak, riasan tebal, dan rambut pirang platinum. Kolonel Bantry segera menelpon polisi, dan Nyonya Bantry menelepon teman lamanya, Miss Marple.

Penyelidik polisi, termasuk Kolonel Melchett dan Inspektur Slack mencoba mengidentifikasi wanita muda yang sudah tak bernyawa ini. Melchett kemudian pergi ke pondok terdekat untuk menemui Basil Blake. Namun, ia menemukan Dinah Lee, pacar Blake yang juga memiliki rambut pirang platinum, masih hidup dan tiba di rumah ketika ia sedang mewawancarai Blake.

Hasil otopsi Dr Haydock menyatakan bahwa wanita muda itu sehat, tetapi gadis ini belum sepenuhnya dewasa. Ia meninggal antara pukul 22:00 dan 24:00. Pada tengah malam sebelumnya, ia dibius dan kemudian dicekik, dan tak dilecehkan secara seksual. Miss Marple memerhatikan bahwa penampilan gadis ini tidak beres, mulai dari kukunya yang tergigit sampai gaun tua yang dikenakannya. Miss Marple kemudian berbagi pengamatan ini dengan Dolly.

Seorang tamu hotel, Conway Jefferson, melaporkan Ruby Keene, seorang penari berusia 18 tahun di Majestic Hotel di Danemouth, menghilang. Josie Turner, seorang karyawan hotel mengidentifikasi jenazah tersebut sebagai sepupunya yang bernama Ruby. Para tamu melihat Ruby sampai pukul 11 malam berdansa dengan George Bartlett, tetapi Ruby tak muncul untuk peragaan tariannya pada tengah malam. Conway kemudian memberitahu polisi bahwa dia telah merevisi keinginannya untuk mendukung Ruby hingga proses adopsi hukum selesai.

Dolly dan Miss Marple pindah ke Majestic untuk menyelidiki lebih lanjut kasus ini. Conway juga memanggil Sir Henry Clithering untuk bergabung dalam penyelidikan. Sir Henry melihat Miss Marple di hotel dan mengundangnya untuk menyelidiki. Conway membuat penyelesaian keuangan yang besar untuk anak-anaknya pada saat masing-masing menikah.

Kemudian, istri, putra, dan putrinya tewas dalam kecelakaan pesawat delapan tahun sebelumnya. Tiga penyintas yang berduka, menantu laki-laki Mark, menantu perempuan Adelaide, dan Conway, berkeluarga. Mereka bermain bridge malam itu dengan Josie. Polisi awalnya mengesampingkan menantu laki-laki dan menantu perempuan, karena mengira masing-masing aman secara finansial.

Namun, keduanya kekurangan uang, seperti yang diungkapkan oleh penyelidikan Slack dan percakapan Adelaide dengan Dolly. Mobil Bartlett yang terbakar ditemukan dengan mayat hangus di dalamnya. Dari satu sepatu dan satu kancing, mayat itu diidentifikasi sebagai Pemandu Gadis berusia 16 tahun yang bernama Pamela Reeves, yang dilaporkan hilang oleh orang tuanya pada malam sebelumnya.

Polisi kemudian meminta Miss Marple untuk mewawancarai gadis-gadis lain di acara Pemandu, dan meminta Sir Henry untuk menanyai pelayan Conway, Edwards. Miss Marple mengetahui dari temannya Florence bahwa Pamela telah didekati oleh produser film dan ditawari tes layar malam itu, itulah sebabnya dia tidak langsung pulang. Edwards melaporkan bahwa dia melihat cuplikan Basil Blake jatuh dari tas tangan Ruby ketika dia bersama Conway, yang menunjuk ke Blake.

Kelebihan Novel Mayat dalam Perpustakaan (The Body in the Library)

Seperti buku-buku karya Agatha Christie yang lainnya, kisah yang disajikannya selalu padat dan jarang ada basa-basi. Begitu juga pada novel Mayat dalam Perpustakaan ini. Kisah ini diawali dengan pengenalan tempat kejadian perkara, lalu langsung masuk ke inti konflik. Pengenalan karakter para tokoh dilakukan seiring dengan berjalannya cerita, dan seperti biasa, Agatha Christie dapat membangun karakter yang menarik.

Selain karakter para tokohnya yang menarik, kasus yang diangkat dalam novel ini juga menarik. Kasus mengenai seorang gadis yang tak dikenal tiba-tiba ditemukan meninggal di perpustakaan, dan ini menjadi kasus kematian gadis yang kesekian terjadi. Penyajian kasus yang cukup rumit ini dinilai rapi dan detail, sehingga pembaca dapat menemukan benang merahnya. Cara Miss Marple dalam menyelidiki kasus ini juga seru untuk diikuti, karena Agatha Christie juga membentuk karakter Miss Marple sebagai sosok yang dapat mengundang tawa.

Penyelesaian kasus ini juga dapat memukau pembaca. Pada kisah yang satu ini, pembaca dapat menebak siapa pelakunya, tetapi tetap tidak mengetahui motif pembunuhannya. Jadi, dapat dikatakan Agatha Christie kembali berhasil menyajikan plot twist dalam novel ini.

Kekurangan Novel Mayat dalam Perpustakaan (The Body in the Library)

Kekurangan pada novel Mayat dalam Perpustakaan ini terletak para porsi peran Miss Marple yang dinilai kurang. Sebab, Miss Marple perannya banyak hanya di awal dan akhir cerita saja. Sedangkan, sebagian besar penyelidikan lebih banyak dilakukan oleh Kolonel Melchett dan Inspektur Harper. Hal ini dinilai tidak sesuai dengan sosok Miss Marple yang seharusnya menjadi tokoh utama dalam kisah ini.

Kemudian, pembaca menemukan terdapat banyak dialog antartokoh yang kosong, karena berujung pada ketidaktahuan. Meskipun ada petunjuk, petunjuk itu pada akhirnya diberitahu oleh Miss Marple. Namun, informasi tersebut juga tidak dijelaskan hingga tuntas.

Pesan Moral Novel Mayat dalam Perpustakaan (The Body in the Library)

Melalui novel Mayat dalam Perpustakaan, kita dapat belajar bahwa manusia sesungguhnya adalah makhluk yang tidak sekuat yang kita pikirkan. Sebab, apapun yang kita rencanakan, dapat meleset oleh karena takdir yang ditentukan dunia. Hal-hal yang berada di luar dugaan, dapat terjadi. Maka itu, jangan merasa superior dan hendaknya selalu berjaga-jaga.

Nah, itu dia Grameds ulasan novel Mayat dalam Perpustakaan karya Agatha Christie. Bagi kalian yang ingin mengikuti penyelidikan Miss Marple, kalian bisa mendapatkan novel ini hanya di Gramedia.com. Selamat membaca!

Rating: 3.84

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy