in

Review Sunyi adalah Minuman Keras: Karya yang Sarat Nilai Kehidupan

Review Sunyi adalah Minuman Keras – Karya Sunyi adalah Minuman Keras milik Sapardi Djoko Damono tentunya sudah tak lagi asing bergaung di kalangan para pecinta sastra, khususnya puisi dan fiksi. Hal yang paling menarik adalah buku ini tak pernah selesai digarap Sang Maestro meski dengan rela ditulisnya saat tengah sakit sebelum wafat pada 2020.

Hal ini juga mengajarkan fakta bahwa buku Sunyi adalah Minuman Keras hanya berisi kurang dari 100 halaman, tepatnya 69 halaman. Novel yang ditulis hingga Maret 2020 ini “meledak” di jagat sastra Indonesia, karya terakhir Sapardi yang biasa disebut Eyang Sapardi sebelum berpulang. Kematiannya membangkitkan berbagai belasungkawa dan ungkapan dari para pembaca setia. Karya-karyanya disebut abadi meski penciptanya telah tiada.

Sejak lama, Sapardi memang bukanlah orang asing di dunia karya sastra. Tak cuma di dalam negeri, secara internasional pun dirinya sudah terkenal menerima berbagai penghargaan bergengsi. Contohnya, yang terbaru ialah penghargaan Akademi Jakarta pada 2012, Habibie Award pada 2016, hingga ASEAN Book Award pada 2018 lalu.

Sapardi adalah favorit banyak penikmat sastra Indonesia. Ada kalanya, karya dan pesan-pesannya selalu ditunggu untuk diterjemahkan pembaca. Seperti yang kita tahu, tugas penulis adalah menulis dan tugas pembaca adalah menafsirkan dan mengambil pesan dari sebuah karya tulis.

Judul Sunyi adalah Minuman Keras sendiri pun menimbulkan berbagai persepsi. Apakah novel ini mengandung unsur minuman keras secara harfiah? Apakah sunyi adalah hal yang memabukkan selayaknya minuman keras? Hal tersebut tentunya akan terus menjadi pertanyaan hingga buku ini terbaca.

Sunyi adalah Minuman Keras menyenggol budaya hidup generasi muda masa kini yang kehidupannya tak lepas dari pengaruh internet dan media sosial. Kita tahu, era ini memang banyak pemuda dengan berbagai latar belakang, memutuskan untuk hidup dan menghidupi diri sendiri secara independen.

Sapardi pun mengemas buku Sunyi adalah Minuman Keras ini dengan kisah yang menarik, tokoh utamanya bisa dipengaruhi oleh berbagai macam manusia yang tak pernah ditemuinya sama sekali. Hal ini tentunya seringkali relate dengan para kawula muda yang banyak memikirkan pendapat dunia tentang dirinya.

Review Sunyi adalah Minuman Keras

Profil Sang Maestro Sapardi Djoko Damono

Review Sunyi adalah Minuman Keras
Sapardi Djoko Damono (sumber: kompas.com)

Sapardi Djoko Damono merupakan seorang penyair kelahiran Surakarta, 20 Maret 1940. Kala itu, Indonesia masih dinamakan Hindia Belanda. Dirinya terkenal akan puisi-puisi lirisnya yang banyak dianggap sebagai pelopor puisi liris di Indonesia. Sebagai informasi, puisi liris sendiri merupakan puisi yang mengekspresikan perasaan atau emosi personal penyairnya.

Namanya dikenal dengan sangat luas. Sapardi juga telah menorehkan segudang prestasi di bidang sastra. Tak tanggung-tanggung penyair senior kebanggaan tanah air ini mendapatkan segudang penghargaan pada tahun-tahun tertentu, sejak tahun 1980-an hingga 2010-an.

Sejak usia muda, Sapardi gemar membaca buku. Ia adalah seorang pembaca setia yang sering mengunjungi berbagai perpustakaan lokal di Solo. Seleranya juga begitu luas, termasuk Karl May, William Saroyan, Pramoedya Ananta Toer, hingga komik-komik karya R.A. Kosasih.

Hobi menulis puisi pun dimulainya sejak duduk di bangku SMA. Berkecimpung menyelesaikan studinya: menjadi sarjana Sastra Inggris di Universitas Gadjah Mada dan menyelesaikan studi pascasarjana di bidang Sastra Indonesia Universitas Indonesia, kumpulan puisi pertama karya Sapardi berjudul Duka-Mu Abadi dirilis pada 1969.

Karya-karya Sapardi banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa, bahkan bahasa daerah. Terlebih lagi, ada salah satu puisinya yang sangat dikenal, berjudul Aku Ingin yang bait pertamanya kerap dikutip pada undangan pernikahan.

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana”.

Tak cuma Aku Ingin, karya lain Sapardi yang sukses memancing perhatian khalayak luas juga termasuk Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulah si Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari.

Meski dikenal eksis pada bidang puisi, tapi juga novel, cerita pendek dan jenis sastra lainnya. Deretan karya sastranya kebanyakan adalah kumpulan puisi, kumpulan cerpen, dan novel.

Berkecimpung di dunia sastra membuat Sapardi tak hanya menulis karya sastra saja, melainkan berbagai buku-buku penting non sastra, seperti Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan, Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas, Politik Ideologi dan Sastra Hibrida, dan yang terbaru adalah Tirani Demokrasi, rilis pada 2014.

Sejak dulu, deretan penghargaan berhasil dikantongi Sapardi atas karya-karyanya, terutama dalam bidang puisi. Pada 1963 silam, misalnya, ia menerima Hadiah Majalah Basis atas karya puisinya yang berjudul Balada Matinya Seorang Pemberontak. Sementara itu, bukunya Sihir Hujan dari Malaysia juga mendapat Anugerah Puisi-Puisi Putera II pada 1983.

Pada 1990, Sapardi dihadiahi Anugerah Seni dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan pada 1996 dirinya dianugerahi Kalyana Kretya dari Menristek RI.

Review Sunyi adalah Minuman Keras

Sinopsis Buku Sunyi adalah Minuman Keras

Sunyi adalah Minuman Keras berkisah tentang seorang penulis perempuan bernama Rara. Dirinya hidup sendiri dan tak berpikir untuk menikah. Alhasil, perempuan ini lebih memilih untuk membagikan berbagai pengalaman hidup dan cerita lewat tulisan. Sebagai seorang penulis, dirinya perlahan makin disibukkan dengan promosi karya.

Rara juga seorang wanita yang mengatur waktunya. Setiap harinya selalu telah terjadwal tanpa ada satupun kegiatan yang meleset. Berbagai tugas dan merespon para penggemar lewat media sosial dilakukannya seperti rutinitas monoton yang harus segera diselesaikan sebelum hari berganti.

Lewat layanan internet itu, Rara dibuat terkenal dan makin terkenal hingga titik di mana kehidupannya tak lagi terpisahkan sama sekali dari media sosial. Dia terus sibuk berkarya dan mengunggah konten segala kegiatannya pada waktu tertentu demi pamor yang sukses didapatkan lewat sana. Hidupnya makin larut dalam lautan hasil teknologi yang menciptakan kebahagiaan buatnya itu, meski di dalamnya juga mengenang kesengsaraan.

Kesendirian membuatnya tersadar bahwa makin hari, media sosial terus menggerogoti dirinya. Tak ada teman yang sebenarnya, yang bisa mendengar keluh kesah dan setiap ceritanya secara nyata. Rara sadar bahwa tak ada orang yang betul-betul menyambut kehadiran Rara dan menanyakan tentang hari-harinya ketika dia selesai menggarap “makanan” sehari-harinya.

Kesendirian ini bukanlah akhir. Rara mulai menuangkan seluruh pikiran dan isi hatinya lewat unggahan di sosial media yang ramai itu. Ini dilakukannya dengan keinginan tersirat bahwa Rara ingin bangkit dari kesepian yang dia alami.

Sejak itulah, Rara mulai mendapatkan sosok teman virtual baru yang selalu setia menemani dan hadir dalam setiap media sosial yang dimiliki Rara. Seolah menjadi rencana Tuhan yang tak diduga, sobat baru Rara ini bisa mengerti setiap kondisi, kegelisahan, dan kegundahan perempuan itu. Keduanya pun terus berkomunikasi dengan hangat dan akrab.

Pada suatu masa, sobat tersayang Rara yang dipanggilnya “bapak” itu tiba-tiba saja menghilang. Kepergiannya yang tak disangka-sangka dan tanpa sepatah pun kata “selamat tinggal” ini membuat Rara kebingungan. Dia pun mulai tersesat dalam pikirannya: apa yang harus dilakukan? Bagaimana caranya agar teman virtualnya ini bisa kembali menghiasi hidupnya?

Kelanjutan kisah Rara dan berbagai keputusannya tentang sosok sahabat virtual yang terasa akrab ini dijabarkan dengan indah dalam novel Sunyi adalah Minuman Keras.

Review Sunyi adalah Minuman Keras

Kelebihan Novel Sunyi adalah Minuman Keras

Hal pertama yang menarik hati dan menjadi alasan menariknya novel Sunyi adalah Minuman Keras ini adalah betapa sesuainya kehidupan dan keadaan yang ditempuh Rara pada keseharian masyarakat dunia di tahun-tahun belakangan. Kita seringkali melihat kehidupan para selebriti atau orang-orang tenar yang menghabiskan keseharian mereka pada internet dan sosial media.

Sapardi menunjukkan bahwa dunia yang sangat cepat secara maya itupun adalah ladang kesepian. Terdapat kesimpulan bahwa cerita Sunyi adalah Minuman Keras ini menekankan pada kehidupan: sunyi dan sepi. Di mana, ada kalanya, kehidupan saat ini bisa menjadi sangat ramai di dunia nyata maupun maya, namun jiwa-jiwa tertentu juga bisa merasa sangat sunyi.

Berbagai cerita disampaikan dengan terus mengalir dan terasa nyata, tentang hal-hal yang hingga akhirnya kembali pada diri masing-masing pembaca. Kebenaran tentang siapa diri ini, apakah ada tempat bermula dan bisa kembali ke tempat tersebut, hingga apakah kita bisa merangkai kisah-kisah di tempat baru.

Karut marut dunia digambarkan bisa membuat kita kehabisan tenaga, dan memang begitulah kenyataannya. Perlahan-lahan, kita menjadikan sunyi sebagai “minuman keras” yang membuat kita kecanduan, begitu kita nantikan untuk menggantikan hiruk-pikuk penilaian dan tuntutan orang lain yang tak henti-hentinya. Sementara kesunyian dan kesepian adalah pantangan yang ditakuti sebagian orang, ini bisa menjadi kepuasan bagi sebagian orang lainnya. Sunyi seperti pedang bermata dua.

Kita diajarkan untuk menjalani kehidupan dan menerima hasil dari keputusan kita dengan cara masing-masing. Sebab, itulah tanggung jawab kita. Itulah alasan mengapa novel Sunyi adalah Minuman Keras ini layak dan memang dicintai oleh pembacanya, ketika kita bisa mengambil pelajaran yang berharga dari cerita tersebut.

Novel Sunyi adalah Minuman Keras memanglah tipis. Namun, pengisahan di dalamnya sangatlah berbobot dan membuat kita bisa merasakannya secara mendalam. Bahasa Sapardi begitu unik, tidak terasa kuno dan pembaca seolah sedang membaca suatu kisah yang dibagikan di media sosial.

Sering kali, kita merasa tenggelam dan larut dalam cerita yang disampaikan seseorang melalui internet. Hal ini bisa dirasakan saat membaca buku Sunyi adalah Minuman Keras dan setiap bagiannya.

Banyak pembaca yang merasakan buku Sunyi adalah Minuman Keras adalah surat cinta Sapardi dengan segala kegelisahannya akan kehidupan generasi muda saat ini, yang selalu setia dan rela menghadapi kebisingan, luar atau dalam kepala.

Review Sunyi adalah Minuman Keras

Kekurangan Novel Sunyi adalah Minuman Keras

Meski buku ini cukup tipis hingga bahkan sangat tipis bagi tipe pembaca yang suka buku tebal, kisahnya tidaklah ringan. Pasalnya, alur ceritanya sering kali sulit dipahami saat awal pembacaan hingga munculnya karakter Bapak bersama dongeng-dongeng yang dibuatnya dalam kehidupan Rara.

Pada bagian akhir, barulah dapat diasumsikan bahwa kisah-kisah awal tersebut adalah potongan kisah yang diberikan Bapak kepada Rara. Setelah sampai pada bagian itulah, baru jalan cerita dapat lebih dipahami.

Kekurangan lain yang dirasakan, yaitu bahwa cerita utama pada Sunyi adalah Minuman Keras agak “seret” meski puisi-puisi di dalamnya begitu cantik. Pasalnya, cerita ini juga sering kali perlu dibaca ulang untuk bisa menangkap makna yang utuh dalam kaitan-kaitannya.

Meski begitu, diulangnya pembacaan ini tak melulu menjadi beban. Sebab, buku ini juga menjadi tipikal cerita yang cocok untuk dibaca ulang. Ada pula tipe pembaca yang gemar membaca novel ini secara berulang karena pesan moral yang candu untuk terus dinikmati. Terlebih, Sapardi juga membebaskan pembacanya untuk mengartikan cerita sebagai apa pun.

Pada akhirnya, Sunyi adalah Minuman Keras pun sangat sarat makna. Pembaca dapat mengartikan pesan-pesan penulis secara harfiah maupun tersirat. Jika menilik dari karya sastra itu sendiri, memanglah sangat nikmat untuk bisa dengan bebas memaknai suatu karya tanpa bertumpu pada pengertian dasarnya, melainkan menggunakan hati dan perasaan masing-masing.

Pesan yang Terpaku di Hati Pembaca

Buku Sunyi adalah Minuman Keras banyak melahirkan pandangan tentang kehidupan pada pembaca. Kita bisa banyak menemukan pesan yang sangat relate dan menyentuh di hati. Salah satunya, seperti saat dunia digambarkan telah mengurus hidup kita dengan teratur dan pada akhirnya kita semua berperilaku seperti apa yang telah dikehendaki.

“Dunia, konon, dengan sangat tertib mengurus hidup kita dan akhirnya semua pun berjalan seperti yang dikehendakinya. Kita hanya boleh ikut saja, menurut saja.”

Kalimat tersebut terasa sama seperti kehidupan yang sebenarnya yang ada ini, telah ada yang mengatur atas segala sesuatunya.

Kita juga kerap meragukan adanya kemarin, kini, dan nanti secara nyata, dan hal ini pun tertulis dalam Sunyi adalah Minuman Keras. Di dunia maya, kita juga sering merasakan emosi rindu dan cinta, namun buku ini pun sempat mempertanyakan perasaan tersebut.

“Bisakah kita merindukan dan mencintai orang yg hanya dikenal lewat dunia maya? Ia jawab, bisa!”

Salah satu kutipan dalam Sunyi adalah Minuman Keras yang ramai jadi favorit para pembaca, beberapa di antaranya adalah tentang manusia dan ingatan, hingga tentang sunyi yang bisa menjadi pedang bermata dua.

“Ia tiada lain ingatan.

Tiada lain ingatan yang tidak pernah berhasil dilemparkannya keluar dari dirinya sebab manusia pada akhirnya adalah ingatan belaka.”

“Sunyi bisa berupa pisau bermata dua, tetapi di saat lain bisa saja berubah menjadi guling hangat yg siap dipeluknya erat-erat.”

Buku ini banyak mencakup ungkapan-ungkapan tersirat yang hanya bisa dipahami dengan hati, bukan dengan pemikiran logis semata. Contohnya, seperti pengungkapan bahwa ingatan adalah jaringan ulat darah yang sangat ruwet, namun itulah yang membuat kita tetap hidup.

Ada pula kutipan yang bicara tentang judul buku ini sendiri, Sunyi adalah Minuman Keras, dan barangkali hidup adalah doa yang panjang di sampingnya.

“Barangkali hidup adalah doa yang panjang, dan sunyi adalah minuman keras. Ia merasa Tuhan sedang memandangnya dengan curiga; ia pun bergegas.”

Review Sunyi adalah Minuman Keras

Kesimpulan

Buku Sunyi adalah Minuman Keras merupakan buku yang sangat menarik dengan penceritaan dongeng di dalam cerita utamanya. memiliki berbagai pesan moral yang dapat di gayung sepuas-puasnya oleh pembaca untuk mengambil keputusan bagaimana akan menjalani hidup ini kedepannya.

Kisah ini juga sangat saran makna hingga cocok dibaca berulang-ulang. Sampul buku dengan ilustrasinya pun tampak sangat nyeni, menggambarkan seorang wanita yang di dekat mulutnya melayang simbol suka yang biasa kita lihat di media sosial. Dia pun tak sadar bahwa tubuhnya tertusuk-tusuk karena terlalu terlena dengan simbol suka tersebut.

Grameds, karya Sapardi Djoko Damono memanglah selalu menggugah hati. Selain Sunyi adalah Minuman Keras, kita bisa membaca karya lain beliau yang juga sangat fenomenal, seperti Hujan Bulan Juni dan Perahu Kertas.

Penulis: Sevilla Nouval Evanda

Written by Ananda