Agama Islam

Meneladani Kisah dan Sifat-Sifat Nabi Ibrahim A.S

Written by Yufi Cantika

Meneladani Kisah dan Sifat-Sifat Nabi Ibrahim A.S – Sebagai seorang umat yang beragama islam secara umum pastinya akan tahu mengenai kisah-kisah nabi yang selalu diceritakan ketika mendengar ceramah agama baik itu di masjid, sekolah, ataupun tempat lainnya yang sedang mengadakan acara keagamaan. Seperti yang diketahui kisah-kisah nabi adalah kisah nyata yang pernah terjadi berabad-abad silam sebagai bagian dari sejarah perkembangan agama islam hingga saat ini.

Para nabi yang pernah ada walaupun diceritakan memiliki kisah yang berbeda-beda namun memiliki satu ciri utama yaitu suri tauladan yang baik dalam menghadapi setiap kesulitan yang mereka alami dalam mensyiarkan perintah Tuhan dan ajaran agama yang baik. Walau dikisahkan para nabi ini selalu menghadapi rintangan berupa penghinaan, penolakan, bahkan ancaman pembunuhan namun sebagai utusan Tuhan mereka selalu membalas berbagai perbuatan kurang menyenangkan tersebut dengan kebaikan dan selalu percaya dengan adanya kuasa Tuhan Yang Maha Esa.

Tidak terkecuali bagi nabi Ibrahim A.S yang bahkan dengan kebaikan serta kesabarannya menghadapi berbagai ujian kehidupan mendapatkan gelar ulul azmi yakni gelar yang diberikan kepada para nabi yang memiliki keteguhan hati yang tinggi. Meski diterpa berbagai rintangan saat menjalankan tugas menyampaikan perintah Tuhan, mereka tetap sabar dan bertekad untuk mampu melewatinya. Oleh karena itu, sangat baik bagi kita umat islam meneladani sifat-sifat dari nabi Ibrahim A.S tersebut sebagai panduan kita untuk menjalani kehidupan di dunia ini agar kita senantiasa melakukan kebaikan dan percaya dengan kuasa Tuhan.

Untuk itu sebagai panduan dalam menjalani kehidupan tersebut kita juga harus mengetahui apa saja suri tauladan yang pernah dilakukan oleh nabi Ibrahim A.S tersebut dan pada pembahasan kali ini kami telah merangkum keteladanan nabi Ibrahim A.S untuk sobat Grameds pelajari dan praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya pembahasan tersebut telah kami sajikan di bawah ini!

Meneladani Sifat-Sifat Nabi Ibrahim A.S

Kata uswah atau keteladanan dalam Al-Qur’an hanya ditujukan kepada dua tokoh kenabian yang sangat mulia, Nabi Ibrahim a.s. (Mumtahanah: 4-6) dan Nabi Muhammad, saw. (Al Ahzab: 21). Demikian pula, hanya dua nabi yang menyandang gelar khalilullah (kekasih Allah). Begitu juga dengan nikmat yang diajarkan Rasulullah kepada umatnya hanya untuk kedua nabi dan keluarganya. Pilihan Allah ini erat kaitannya dengan risalah yang  keduanya lakukan dengan sangat baik.

Sejarah dan Teladan Nabi Muhammad banyak yang telah diturunkan. Dan dalam hal ini, izinkan kami mengungkapkan sedikit tentang Nabi Ibrahim a.s. sejarah, contohnya, dan keluarganya. Dan (ingatlah) ketika Tuhannya menguji Ibrahim  dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan),  Ibrahim memenuhinya. Allah berfirman: Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu Imam seluruh umat manusia. Ibrahim berkata: “(Dan aku juga meminta) dari keturunanku.” Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak berlaku bagi orang-orang yang zalim.” (Al-Baqarah: 12)

Ibnu Abbas r.a. bersabda: “Tidak ada  nabi yang menguji agama kemudian menegakkannya lebih sempurna dari Ibrahim.” Ibnu Abbas menyebutkan banyak kisah Ibrahim a.s. dengan suatu usaha yang dilakukan, termasuk manasik atau  haji; kesucian, lima di kepala dan lima di badan. Lima di  kepala yaitu, mencukur, berkumur, membersihkan hidung, siwak, dan membersihkan rambut. Lima di tubuh yaitu gunting kuku, cukur rambut  kemaluan, khitanan, cabut bulu ketiak dan istinja.

Dalam riwayat lain, Ibnu Abbas berkata: “Penilaian atau tugas yang  sempurna adalah meninggalkan kaumnya ketika mereka menyembah berhala yang bertentangan dengan kepercayaan Raja Namrud, bersabar ketika dilemparkan ke dalam api yang sangat panas, untuk dipindahkan dari tanah air mereka. Untuk bersikap baik menjamu tamu, dan bersabar ketika diperintahkan untuk membunuh anaknya.

Firman Allah yang berbunyi “fatammahunna” mengandung makna bahwa tugas yang diberikan kepada Ibrahim akan segera selesai, sempurna dan semuanya akan selesai. Menurut Abu Ja’far Ibnu Jarir, yang dimaksud sebuah “kalimat” bisa memiliki semua atau sebagian fungsi. Tetapi tidak boleh menetapkan bagian (kewajiban) tertentu kecuali ada tanda-tanda nash atau ijma yang membolehkannya.

1. Mempunyai Semangat Besar untuk Mencari Kebenaran

Meskipun Ibrahim adalah anak  dari seorang ayah yang bekerja sebagai pembuat patung berhala, dia tidak lantas percaya begitu saja ketika dia tumbuh semakin dewasa. Dengan semangat dan rasa ingin tahu yang tinggi, Ibrahim meneliti dan memikirkan Tuhan hingga akhirnya menemukan Allah SWT sebagai Tuhan yang benar. Dia haus akan kebenaran dan tidak pernah menyerah untuk menemukan apa yang dia yakini sebagai kebenaran.

2. Menggunakan Akal dalam Mencari Kebenaran

Ibrahim adalah sosok yang rasional dalam mencari kebenaran. Ketika dia mencari dan mengenal Tuhan, dia sempat berpikir apakah Tuhannya adalah matahari, bulan atau alam semesta? Dia tidak percaya bahwa berhala yang dibuat ayahnya seperti Tuhan karena itu tidak masuk akal baginya. Benda mati tidak dapat melakukan apa pun atau mengendalikan dirinya sendiri. Sementara itu, ketika Ibrahim mulai memahami hakikat Tuhan dan Sang Pencipta, Allah SWT juga menginstruksikan bahwa Tuhan adalah Allah SWT. Tidak ada hal lain yang menciptakan alam semesta dan manusia tidak dapat melihatnya dengan mata telanjang karena Tuhan memiliki sifat immaterial yang berbeda dengan manusia.

3. Kesabaran dalam cobaan

Allah SWT menguji Ibrahim berkali-kali. Dari ayahnya yang tidak ingin bersamanya untuk bersama percaya kepada Allah SWT, kesulitan dia dikaruniai seorang anak dan banyak masalah lainnya. Namun kesabarannya menganugerahinya dengan dua istri, Siti Hajar dan Siti Sarah, untuk melahirkan anak-anak yang saleh dan menjadi pengikutnya dalam menyebarkan kebenaran.

4. Menempatkan Allah SWT Di Atas Segalanya

Imannya kepada Allah SWT membuat Ibrahim menjadikan Allah  satu-satunya tujuan dan memberi pembuktian kepada Tuhan dengan pengabdian dan iman yang kuat. Ismail yang merupakan anak kesayangannya saat itu, disuruh berkurban, ia rela melakukannya karena diperintahkan oleh Allah SWT. Sama halnya dengan Ismail. Nabi Ibrahim dan Ismail adalah bukti kesalehan. Cinta kepada keluarga dan orang-orang tidak dapat melebihi cinta kita kepada Allah SWT. Tentu sangat sulit dan tidak semua orang bisa menghadapinya. Namun, mereka berdua layak menjadi  nabi dan namanya tercatat dalam Al-Quran karena ketakwaannya yang sangat kuat.

5. Berkomitmen pada jalan kebenaran

Setelah mengetahui kebenaran, Ibrahim tidak tinggal diam. Ia pun berdakwah kepada jamaahnya dan mengajak jamaahnya untuk bergabung dengannya di jalan yang lurus. Dia juga menjadi penguasa yang adil dan berusaha membuat negaranya adil dan makmur. Hal ini seperti doanya yang tercatat dalam Al-Qur’an:

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa: “Ya Allah, jadikanlah (keadaan Makkah) negeri yang aman dan berilah penghuninya rezeki berupa buah-buahan, itu termasuk orang-orang yang beriman. Kepada Allah dan Hari Akhir,” Dia (Allah) berfirman: “Dan kepada orang  kafir Aku akan memberikan kesenangan sementara, kemudian Aku akan memaksanya ke dalam siksa Neraka, dan itu adalah tempat terburuk untuk kembali.” (QS. .Al Baqarah : 126).

Semoga kita dapat mengikuti teladan Nabi Ibrahim untuk menjadi orang yang mencintai kebenaran, selalu meningkatkan ketakwaan, menjadikan Allah SWT tujuan kita dan mengabdikan diri untuk negara yang baik. Meski sulit, tentu itu salah satu perjalanan dan upaya kita untuk mendapatkan tempat terbaik bersama para nabi dan rasul di akhirat nanti.

Meneladani Kisah Nabi Ibrahim

1. Ibrahim dan kaumnya

Ibrahim as. bin Nahur – dalam Al-Qur’an nama ayahnya adalah Aazar, namun lebih kuat lagi bahwa Aazar adalah nama ayah Ibrahim, karena karyanya selalu membuat berhala. Nabi Ibrahim a.s adalah orang yang mendapat anugerah besar dari Tuhan. Sejak kecil ia membebaskan dirinya dari kemusyrikan ayah dan kaumnya. Ibrahim menjadi Hanif dan Imam umat manusia (An-Nahl: 120-121). Dan Ibrahim sangat bersemangat untuk berdakwah kepada ayahnya dan kepada orang-orang untuk menyembah hanya Tuhan. Adalah sunnah dakwah  yang diwartakan terlebih dahulu kepada orang tua dan keluarga, kemudian kepada orang-orang dan penguasa.

Menurut pendapat yang kuat, Ibrahim lahir di kota Babel (Babilonia) di Irak. Penduduk kota Babel menyembah berhala. Dan ayahnya pandai dalam hal tersebut. Ibrahim melarang penyembahan mereka dan bahkan bermaksud menghancurkan berhala. Peristiwa ini diabadikan dalam beberapa surat, di antaranya di QS. 21: 51-70, 26: 69-82, dan 37: 83-98.

Masyarakat kota Babel memiliki tradisi merayakan hari raya setiap tahun dengan  keluar kota. Ayahnya mengundang Ibrahim  untuk bergabung dengannya, tetapi Ibrahim menolak dengan sopan. Dia berkata, “Aku benar-benar sakit.” (Ash-Shaffat: 88-89). Dan ketika kaumnya pergi untuk merayakan hari raya, Ibrahim segera memasuki tempat berhala mereka dan mematahkannya dengan kapak di tangannya. Semuanya hancur dan hanya  satu berhala besar yang tersisa dan kapak digantung di atas berhala. (Al-Anbiya’: 58)

Demikianlah Ibrahim memandang rendah kaumnya yang menyembah berhala. Bahkan, mereka sadar akan kesalahannya. Di antara mereka, bagaimanapun, logika kekuasaan bertentangan dengan kekuatan logika Ibrahim. Akhirnya, mereka memutuskan untuk membakar Ibrahim (Ash-Shaffat: 97; Al-Anbiya’: 68-70).

Ibrahim dan Raja An-Namrud

“Apakah kamu memperhatikan orang yang memperdebatkan Ibrahim tentang Tuhannya (Allah), karena Allah memberi orang itu kekuasaan (pemerintahan). Ketika Ibrahim berkata: “Tuhanku adalah Yang Esa; Tuhanku yang memberi hidup dan mati,” kata orang itu, “Aku bisa memberi hidup dan mati.” Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah  dari barat.” Kemudian orang kafir itu terdiam; dan Allah tidak membimbing orang-orang yang tidak benar.”

Menurut ahli tafsir dan silsilah, rajanya adalah Raja An-Namrud bin Kan’an, penguasa Babel. Menurut As-Sudy: “Percakapan itu terjadi antara Ibrahim dan Raja Namrud setelah Ibrahim selamat dari upaya pembunuhan dan dibakar.” Zaid bin Aslam menyatakan: “Ibrahim dikirim ke raja diktator untuk memberitahu dia untuk percaya pada Tuhan. Dia dipanggil untuk percaya berkali-kali tetapi terus menolak.  Ibrahim as kemudian ditantang untuk mengumpulkan pengikutnya dan Namrud juga kaumnya, maka terjadilah percakapan yang disebutkan dalam Al Qur’an.” Lagi-lagi logika Ibrahim a.s. memenangkan logika pemerintahan Nimrud.

Kisah kematian Raja Namrud dan pasukannya disebutkan dalam Kitab al-Bidayah wa an-Nihayah Ibnu Katsir. Namrud mengumpulkan tentara dan pasukannya saat matahari terbit. Kemudian Allah mengirim nyamuk agar para prajurit dan pasukan mereka tidak bisa lagi melihat matahari. Nyamuk besar itu memakan daging dan darahnya dan tulang tertinggal. Salah satu nyamuk masuk ke hidung Raja Namrud dan tinggal disana selama 400 tahun sebagai hukuman Allah bagi raja tersebut. Selama waktu itu, Namrud juga memukul kepalanya sampai mati.

2. Ibrahim dan keluarganya pindah ke Baitul Maqdis

Setelah selamat dari upaya untuk membunuh rakyatnya dan dibebaskan dari penindasan Raja Namrud, Ibrahim a.s. suami Sarah, ayah dan sepupunya Luth a.s. pindah ke Suriah. Lebih tepatnya untuk ke Baitul Maqdis, Palestina (Ash-Shaffat: 99).

Ayahnya meninggal dalam perjalanan ke Damaskus di distrik Haran. Ibrahim dan keluarganya menetap sementara di Haran. Penduduk kota ini menyembah bintang dan berhala. Di kota ini Ibrahim a.s. menyinggung dan menentang penyembahan bintang-bintang, bulan dan benda-benda langit lainnya oleh para penyembah. Kisah ini dicatat dalam Quran 6:75-83.

Ibrahim a.s. dan keluarganya melanjutkan perjalanan ke Baitul Maqdis setelah singgah di Mesir. Dari Mesir Ibrahim a.s. menerima banyak hadiah berupa harta benda, ternak, budak, dan seorang wanita muda bernama Hajar, yang berasal dari Mesir keturunan Qibti. Di Baitul Maqdis Ibrahim a.s. diterima dengan baik.

Tinggal di Baitul Maqdis selama dua puluh tahun, Ibrahim a.s. dia tidak memiliki keturunan sampai istrinya Sarah bertobat dan memberikan budaknya kepada Ibrahim. Sara berkata kepada Ibrahim: “Tuhan memang melarang memiliki anak. Kemarilah, anakku, Tuhan beri kami anak.”

Setelah itu Ismail a.s. lahir Tapi Sara merasa cemburu. Akhirnya Ibrahim a.s. membawa Hajar dan putranya ke  tempat yang disebut Gunung Farani (sekarang Mekah), tempat yang sangat sunyi, gurun yang tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Dan tak lama setelah  Ismail a.s. lahir, Tuhan juga mengumumkan kabar baik bahwa seorang anak akan lahir dari rahim Sarah. Ishaq a.s. lahir Ibrahim as tertunduk, bersyukur atas karunia  besar ini. Puncak sukacita Tuhan bagi Abraham adalah bahwa kedua putranya kemudian menjadi nabi dan dari mereka lahir para nabi dari generasi ke generasi. Dari Ishak a.s. lahir Yakub dan Yusuf a.s. serta keluarga nabi dari Bani Israil. Sedangkan dari keturunan Ismail a.s. lahirlah Nabi Muhammad saw.

3. Pengorbanan Ibrahim dan keluarganya

Kisah berikutnya adalah perjalanan yang dihadapi Ibrahim a.s. dan keluarganya membuat satu demi satu pengorbanan. Tidak ada pengorbanan yang lebih besar bagi seorang ayah daripada meninggalkan putra dan istri yang paling ia cintai. Namun Ibrahim melakukan semua ini dengan  ikhlas menerima panggilan Allah, yaitu panggilan untuk berdakwah. Allah mencatat peristiwa ini  dalam Al-Qur’an di surat 14:37-40.

Disebutkan dalam cerita bahwa ketika Ibrahim a.s. akan meninggalkan putranya Ismail dan istrinya Hajar saat  menyusui. Ketika Ibrahim meninggalkan mereka berdua dan memalingkan muka, Hajar berdiri dan meraih baju Ibrahim. “Wahai Ibrahim, kemana kamu pergi? Kamu meninggalkan kami di sini dan kami tidak punya apa-apa untuk diberikan?” Ibrahim tidak menjawab. Hajar terus bermain. Ibrahim tidak menjawab. Hajar bertanya, “Apakah Tuhan menyuruhmu melakukan ini?” Ibrahim menjawab: “Ya.” Hajar berkata: “Maka sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan kita.”

Namun, ini bukanlah puncak dari pengorbanan Ibrahim dan keluarganya. Puncak dari pengorbanan ini datang dalam bentuk perintah yang bahkan lebih penting dari sebelumnya. Ibrahim diperintahkan untuk mengorbankan Ismail (Ash-Shaffat: 102-109).

4. Berkah Pengorbanan

Kisah dari keteladanan Ibrahim a.s. adalah contoh yang mengajarkan kita pelajaran yang sangat mendalam bahwa pengorbanan membawa berkah. Ibrahim menjadi orang yang  dicintai Allah, khalilullah, imam, Abul anbiya (bapak para nabi), Hanif, nama baik, kekayaan berlimpah dan banyak lainnya. Hanya melalui pengorbanan kita menerima berkat.

Dengan pengorbanan Ibrahim dan keluarganya, kota Mekah dan sekitarnya menjadi pusat ibadah umat manusia di seluruh dunia. Sumur Zamzam yang diberkahi mengalir di tengah gurun dan tidak pernah kering. Dan untuk itu, puncak berkah  dari kisah itu semua adalah dari keturunannya lahir seorang manusia pilihan: Muhammad saw., nabi yang menjadi rahmatan lil alamin.

Kesimpulan

Sekian pembahasan singkat mengenai keteladanan dari kisah nabi Ibrahim A.S. Tidak sekedar membahas riwayat dari nabi Ibrahim A.S saja, tetapi juga membahas mengenai teladan apa saja yang bisa kita ambil dari kisah dan sifat seorang Nabi Ibrahim A.S. Membaca serta meneladani kisah dan sifat Nabi Ibrahim A.S memberikan pelajaran bagi kita untuk selalu berbuat baik dan bersabar akan setiap ujian yang diberikan oleh Allah SWT.

Demikian ulasan mengenai keteladanan dari kisah nabi Ibrahim A.S.. Buat Grameds yang mau mempelajari semua hal tentang kisah keteladanan nabi Ibrahim A,S dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan agama lainnya, kamu bisa mengunjungi Gramedia.com untuk mendapatkan buku-buku terkait. Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia selalu memberikan produk terbaik, agar kamu memiliki informasi terbaik dan terbaru untuk kamu.

Penulis: Pandu Akram

Artikel terkait:

Pengertian Nabi dan Rasul – Perbedaan, Tugas dan Sifatnya

Doa Nabi Khidir Ini Saat Punya Keinginan atau Hajat

Sekaten adalah Upacara Peringatan Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Doa-Doa Nabi Sulaiman AS dan Hikmahnya

Mukjizat Nabi Saleh serta Kisah bersama Kaum Tsamud

 

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika