Agama Islam Sosial Budaya

Sekaten adalah Upacara Peringatan Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Sekaten adalah
Written by Umam

Sekaten adalah – Indonesia adalah salah satu negara yang di dalamnya memiliki banyak kekayaan akan keberagaman. Seperti adanya upacara Sekaten yang juga merupakan salah satu bentuk kekayaan budaya daerah yang ada di Indonesia khususnya dalam segi keagamaan.

Upacara sekaten sendiri biasanya akan dilakukan oleh masyarakat Yogyakarta. Tentunya bagi kalian yang suka sekali datang ke Yogyakarta tidak boleh mewatkan jika memang bertepatan dengan perayaan upacara sekaten.

Kalian akan merasakan pengalaman berbeda ketika mengikuti upacara Sekaten. Selain turut menghargai buaya yang sudah ada. Kalian juga bisa turut andil melestarikan budaya upacara sekaten yang sudah diwariskan oleh nenek moyang kita terdahulu.

Masih banyak hal menarik yang bisa kita pelajari bersama tentang Sekaten. Seluruh ulasan mengenai upacara sekaten bisa kalian dapatkan di dalam artikel ini.

Pengertian Upacara Sekaten

Sekaten adalah

kompas.com

Upacara tradisional merupakan salah satu bentuk bagian integral yang berasal dari kebudayaan masyarakat pendukungnya. Kelestarian upacara tradisional bisa tetap terlestarikan jika memang memiliki fungsi dalam kehidupan masyarakat pendukungnya.

Namun tidak menutup kemungkinan juga upacara tradisional akan mengalami kepunahan. Hal ini bisa terjadi jika memang upacara tradisional tersebut tidak memiliki fungsi dalam kehidupan masyarakat pendukungnya.

Biasanya upacara tradisional memiliki banyak aturan yang memang pada dasarnya juga harus dipatuhi oleh seluruh masyarakat pendukungnya. Aturan tersebut akan terus tumbuh berkembang secara turun temurun di setiap generasi. Hal ini juga bisa menjadi salah satu metode melestarikan upacara tradisional sekaligus aturan yang terkandung di dalamnya.

Salah satu bentuk upacara tradisional dari segi keagamaan adalah upacara Sekaten. Sekaten sendiri merupakan salah satu upacara tradisional yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta.

Upacara Sekaten juga bisa diartikan sebagai bentuk upacara tradisional yang diselenggarakan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Upacara ini akan diselenggarakan dalam kurun waktu yang sama dalam satu tahunnya yaitu setiap tanggal 5 sampai 11 Rabi’ul Awal atau dalam kalender Jawa juga kerap disebut dengan bulan Mulud.

Lalu untuk penutupan upacara Sekaten akan dilakukan pada tanggal 12 Rabi’ul Awal yang ditandai dengan adanya upcara Garebeg Mulud.

Dikutip dari laman resmi pemerintah provinsi Yogyakarta, pada dasarnya upacara Sekaten merupakan suatu tradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita terdahulu. Awalnya upacara Sekaten dilakukan setiap tahun oleh para raja Tanah Hindu dengan menggunakan selamatan atau sesaji yang ditujukan untuk para arwah para leluhur.

Namun seiring berjalannya waktu, upacara Sekaten juga turut beradaptasi dengan kondisi yang ada saat itu. Dan hal ini menjadikan upacara Sekaten sebagai salah satu sarana yang digunakan untuk menyebarkan agama Islam melalui kegiatan kesenian gamelan.

Media gamelan memang pada saat itu dijadikan sebagai salah satu sarana yang bisa digunakan untuk menyebarluaskan agama Islam. Hal ini karena pada saat itu masyarakat begitu suka dengan kesenian Jawa serta gamelan.

Hal ini menjadikan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tidak lagi menggunakan kesenian rebana. Namun menggunakan kesenian gamelan. Upacara Sekaten juga menjadi salah satu bentuk akulturasi antara agama dan budaya.

Asal-Usul Upacara Sekaten

Sekaten adalah

antaranews.com

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya jika upacara Sekaten adalah satu satu bentuk tradisi yang sudah diwariskan oleh nenek moyang kita terdahulu. Adanya upacara Sekan adalah sebagai salah satu bentuk upacara keagamaan yang digunakan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Ada beberapa pendapat berbeda terkait dengan asal usul nama Sekaten. Pertama kata Sekaten berasal dari kata Sekati yang mana kata tersebut diambil dari nama perangkat gamelan pusaka kraton yang digunakan dalam rangkaian acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Lalu ada juga pendapat yang menyebutkan jika kata Sekaten berasal dari kata suka dan ati yang jika disimpulkan menjadi istilah senang hati. Ketiga ada yang menyebutkan jika Sekaten berasal dari kata sesek dan ati yang memiliki arti sesak hati.

Tak sampai di situ, ada lagi yang menyebutkan jika kata Sekaten berasal dari kata Syahadatain yang memiliki arti kalimat syahadat. Maksud dan tujuan dari adanya upacara Sekaten yang masih ada sampai saat ini adalah untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Selain itu adanya upacara Sekaten juga bisa digunakan sebagai sarana penyebaran agama Islam.

Penyebaran agama Islam khususnya di daerah Jawa dilakukan oleh para wali. Dimana mungkin kalian juga sudah mendengar pada saat berada di bangku sekolah jika ada ada 9 wali yang begitu terkenal dan bisa juga disebut dengan nama Wali Sanga.

Sembilan wali tersebut adalah seperti Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Gunungjati, Sunan Muria, Syekh Maulana Maghribi, dan Syekh Siti Jenar.

Sebelumnya telah dijelaskan jika salah satu sarana yang digunakan untuk menyebarluaskan agama Islam pada kala itu adalah menggunakan sarana gamelan. Hal ini dikarenakan saat itu masyarakat begitu suka dengan kesenian Jawa dan gamelan.

Kanjeng Sunan Kalijaga saat itu langsung membuat seperangkat gamelan dengan nama Kyai Sekati. Dimana nantinya gamelan Kyai Sekati akan digunakan untuk memeriahkan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Gamelan Kyai Sekati ditempatkan pada area halaman Masjid Demak dan akan dipukul bertalu-talu. Karena memang pada saat itu masyarakat begitu suka dengan kesenian Jawa dan Gamelan. Tentunya ketika perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diiringi dengan kesenian gamelan mampu memberikan daya tarik tersendiri bagi masyarakat dari berbagai macam penjuru.

Moment berkumpulnya banyak orang tersebut sekaligus dijadikan tempat bagi para wali untuk menyampaikan ajaran agama Islam dengan cara memberikan wejangan dan ajaran tentang agama Islam.

Kala itu orang yang datang juga boleh masuk ke dalam dan duduk di serambi masjid dengan membaca syahadat terlebih dahulu. Mereka yang masih berada di halaman masjid disuruh untuk membasuh tangan, muka dan kaki dengan menggunakan air kolam luar serambi masjid.

Kembali lagi ke pembahasan upacara Sekaten, yang mana upacara tradisional tersebut akan diselenggarakan dalam waktu yang sama yaitu selama 7 hari, mulai dari tanggal 5 hingga 11 Mulud atau Rabi’ul Awal.

Sekaten adalah

Tahapan Upacara Sekaten

Layaknya upacara tradisional lainnya, upacara Sekaten juga memiliki beberapa tahapan di dalamnya. Awalnya gamelan akan dibunyikan sebagai bentuk pertanda jika upacara Sekaten telah dimulai. Gamelan Sekaten akan mulai dibunyikan sejak pukul 16.00 sampai sekitar jam 23.00 waktu setempat pada tanggal 5 Rabi’ul Awal.

Berikutnya gamelan akan dipindahkan pangonan di area halaman Masjid Besar yang akan dilaksanakan pada tanggal 5 Rabi’ul awal yang dimulai pada pukul 23.00 waktu setempat. Pada area pangonan ini nantinya gamelan Sekaten akan dibunyikan pada waktu siang dan malam hari.

Namun gamelan akan berhenti berbunyi jika waktu shalat telah tiba dan pada saat hari Jumat. Tahapan berikutnya adalah hadirnya Sri Sultan bersama dengan apra pengiringnya ke area serambi Masjid Besar.

Ketika berada di serambi Masjid Besar, Sri Sultan beserta para pengiringnya akan mendengarkan riwayat kelahiran Nabi Muhammad SAW. Yang mana kegiatan tersebut akan dilangsungkan pada tanggal 11 Rabi’ul Awal pukul 20.00 hingga 23.00 waktu setempat.

Tahapan terakhir dari upacara Sekaten ini adalah pengembalian gamelan sekaten dari halaman Masjid Besar ke kraton. Ketika gamelan sekaten sudah dikembalikan itu artinya upacara Sekaten telah selesai. Tahapan ini akan dilangsungkan pada tanggal 11 Rabi’ul Awal pukul 23.00 waktu setempat.

Beberapa Pantangan dalam Upacara Sekaten

Dalam upacara tradisional Sekaten juga ada beberapa pantangan. Beberapa pantangan yang ada di dalam upacara Sekaten adalah seperti para abdi dalem niyaga atau penabuh gamelan selama menjalankan tugasnya yaitu memukul gamelan pusaka Kyai Sekati dilarang untuk melakukan berbagai macam perbuatan tercela.

Baik itu dari segi perkataan maupun perbutannnya. Lalu para abdi dalem juga patang untuk melangkahui gamelan. Selain itu mereka juga dilarang memukul gamelan pusaka sebelum menyucikan diri dengan melakukan puasa dan mandi jamas.

Pantangan lain yang ada di dalam upacara Sekaten adalah para abdi dalem niyaga juga pantang membunyikan gamelan pada malam jumat serta hari jumat siang sebelum melewati waktu shalat dhuhur.

Sekaten adalah

Lambang atau Nama dalam Upacara Sekaten

Keberadaan dari adanya upacara tradisional selalu memiliki kandungan suatu ajaran yang diwujudkan dalam bentuk simbol atau lambang. Yang mana lambang tersebut tentunya juga selalu memiliki makna tersendiri di dalamnya.

Hal ini juga berlaku untuk upacara tradisional Sekaten. Yang mana di dalamnya terdapat lambang atau simbol dengan makna tertentu.

Pada upacara Sekaten ketika memasuki tahap gamelan pusaka pertama kali dibunyikan aka nada penyelenggaraan upacara udhik-udhik atau penyerahan kepingan ulang logam dari Sri Sultan.

Pemberian atau penyebaran kepingan uang logam yang dilakukan oleh raja ini memiliki arti sebagai lambang pemberian anugerah dalam bentuk harta serta berkat dalam wujud tuah kekeramatan.

Gunturmadu adalah salah satu perangkat dalam gamelan pusaka kraton. Dimana Gunturmadu juga memberikan sebuah makna yaitu turunnya wahyu. Lalu ada juga Nagawilaga yang juga merupakan salah satu nama perangkat gamelan dalam upacara Sekaten.

Nagawilaga juga memiliki makna tersendiri yaitu kemenangan perang yang begitu abadi. Selanjutnya ada Yaumi yang merupakan salah satu gending Sekaten. Yaumi juga memiliki kandungan makna di dalamnya itu hari Maulid Nabi Muhammad SAW.

Salatun merupakan salah satu gending Gamelan Sekaten. Nama Salatun berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti berdoa dan memiliki kandungan makna berdoa menyembah Tuhan Yang Maha Esa.

Dhindang Sabinah yaitu salah satu judul gending Sekaten. Dimana Dhindang Sabinah digunakan sebagai lambang mengenang jasa para mubaligh yang telah menyiarkan ajaran agama Islam sejak abad ke XIII Hijriah.

Ngajatun merupakan salah satu gending Sekaten yang memiliki makna sebagai kemauan hati yang begitu kuat untuk masuk ke dalam agama Islam. Ada juga Supriyatun yang merupakan salah satu judul gending Sekaten. Supriyatun juga memiliki kandungan makna didalamnya yaitu kemauan kuat untuk bisa mencapai titik kesucian hati.

Upacara Garebeg Mulud dalam Sekaten

Sekaten adalah

kompas.com

Dalam upacara tradisional Sekaten terdapat rangkauan acara di dalamnya. Salah satunya adalah adanya upacara Garebeg Mulud. Garebeg Mulud merupakan sutu garebek yang akan didakan pada bulan Mulud.

Pada dasarnya Garebeg Mulud diadakan untuk memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW. Dalam upacara Garebed Mulud ini akan ada beberapa tahapan di dalamnya. Beberapa diantaranya adalah upacara Gladhi Resik, Numpak Wajik serta Garebeg Mulud atau Miyosipun Hajad Dalem.

Pelaksanaan upacara Gladhi Resik akan dilangsukan pada tanggal 1 hingga 8 bulan Mulud. Lalu pada tanggal 9 bulan Mulud akan istirahat dan pada tanggal 10 bulan Mulud akan diadakan upacara Gladhi Resik kembali.

Selanjutnya pada tanggal 11 bulan Mulud akan istirahat kembali sebagai bentuk persiapan pelaksanaan upcara Garebeg Mulud. Pada upcara Gladhi Resik akan dipersipkan oleh kesutuan prajurit kraton.

Kesatuan prajurit kraton ini nantinya akan terdiri dari prajurit wiraba, prajurit daeng, prajurit patangpuluh, prajurit prawiratama, prajurit jagakraya, prajurit nyutram prajurit ketanggung, prajurit mantrijero, prajurit surakarsa, dan prajurit bugis.

Untuk upacara Numpak Wajib dilakukan sebagai pertanda dalam pembuatan gunungan secara resmi. Upacara Numpak Wajik akan diselenggarakan selama empat hari menjelang penyelenggaraan upacara Garebeg Mulud atau lebih tepatnya pada tanggal 8 bulan Mulud.

Setelah semua sudah dilakukan, maka tahapan terakhir adalah pelaksanaan upacara Garebeg Mulud. Dalam upacara Garebeg Mulud juga terdapat pelengkapan yang diperlukan. Salah satu perlengkapan paling utama dari upacara Garebeg Mulud adalah adanya gunungan.

Hal ini dikarenakan inti dari upacara Garebeg Mulud adalah menghantarkan gunungan dengan cara beramai-ramai dengan rute dari komplek kraton menuju Masjid Besar. Setidaknya ada enam macam gunungan yang harus dibawa seperti gunungan kakung, gunungan putri, gunungan dharat, gunungan gepak, gunungan pawuhan serta gunungan picisan.

Sekaten adalah

Unsur dalam Upacara Garebeg Mulud

Seperti yang dijelaskan sebelumnya jika setiap upacara tradisional selalu memiliki arti atau makna yang terkandung di dalamnya. Dalam upacara Garebeg Mulud juga memiliki makna atau arti tersendiri.

Adanya gunungan akan digunakan sebagai lambang lingkungan hidup atau alam seisinya seperti kesuburan, kemakmuran dan juga kehidupan. Lalu gunungan masih dibagi menjadi enam jenis seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Setiap jenis gunungan akan memiliki makna atau arti tersendiri. Mulai dari gunungan kakung yang memberikan arti pribadi baginda raja. Lalu ada juga gunungan putri yang memiliki makna pribadi permaisuri baginda.

Selanjutnya ada gunungan dharat yang melambangkan para pangeran. Lalu untuk gunungan gepak akan memiliki makna para putri baginda raja. Dan yang terakhir ada gunungan pawuhan yang memiliki arti atau melambangtkan para cucu baginda.

Kesimpulan

Yogyakarta adalah salah satu daerah istimewa yang ada di negara Indonesia. Yogyakarta juga sangat kental akan budaya dan tradisi yang ada didalamnya. Salah satunya adalah adanya upacara tradisional seperti upacara tradisional Sekaten.

Adanya upacara Sekaten adalah sebagai bentuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Lalu untuk pelaksanaan dari upacara tradisional Sekaten ini adalah pada waktu yang sama dalam satu tahun sekali yaitu setiap tanggal 5 hingga 11 Rabi’ul Awal atau dalam kalender Jawa kerap disebut sebagai bulan Mulud.

Pelakasanaan upacara Sekaten nantinya akan ditutup oleh upacara Garebeg Mulud. Pelaksaanaan Garebeg Mulud adalah pada tanggal 12 Rabi’ul Awal.

Salah satu perlengkapan wajib ada dalam upacara Garebeg Mulud adalah adanya gunungan. Hal ini karena pada dasarnya upacara Garebeg Mulud adalah sebuah upacara untuk menghantarkan gunungan dari komplek kraton menuju Masjid Besar.

Gunungan upacara Garebeg Mulud dibagi menjadi enam jenis seperti gunungan kakung, gunungan putri, gunungan dharat, gunungan gepak, gunungan pawuhan serta gunungan picisan. Dan setiap gunungan selalu memiliki makna atau arti tersendiri di dalamnya.

Demikian ulasan mengenai Sekaten. Grameds bisa membaca buku-buku terkait yang bisa didapatkan di Gramedia.com. Gramedia selalu memberikan produk-produk terbaik agar kamu memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Hendrik

BACA JUGA:

  1. Pengertian Budaya: Ciri-Ciri, Fungsi, Unsur, dan Contohnya
  2. Pengertian Kebudayaan: Ciri, Fungsi, Jenis, dan Unsur
  3. 8 Macam Keragaman Budaya Indonesia beserta Contohnya
  4. Contoh Budaya-Budaya Indonesia yang Wajib Dilestarikan
  5. 18 Contoh Warisan Budaya Indonesia yang Diakui Dunia
  6. Asal, Contoh Alat Musik Gamelan & Cara Memainkannya

About the author

Umam

Perkenalkan saya Umam dan memiliki hobi menulis. Saya juga senang menulis tema sosial budaya. Sebelum membuat tulisan, saya akan melakukan riset terlebih dahulu agar tulisan yang dihasilkan bisa lebih menarik dan mudah dipahami.