IPA Sains dan Teknologi Sejarah

Dasar Perhitungan Kalender Masehi, Ini Sejarahnya

dasar perhitungan kalender masehi adalah
Written by Fandy

Dasar Perhitungan Kalender Masehi adalah – Kalender adalah salah satu alat utama manusia untuk mengetahui angka tanggal pada suatu hari selama menjalani kehidupan di dunia. Pada kalender yang biasa kita gunakan saat ini, terbagi dalam dua jenis penanggalan kalender, yaitu kalender Masehi dan kalender Hijriah.

Kamu pasti sudah sering mendengar tentang kalender Masehi dan kalender Hijriah, kan? Keduanya merupakan suatu sistem penanggalan untuk mengelompokkan tanggal, hari, bulan, dan juga tahun.

Meski sama-sama digunakan sebagai sistem penanggalan untuk mengelompokkan tahun, bulan, dan hari, ternyata kedua kalender tersebut memiliki dasar perhitungan yang sangat berbeda, lho. Hal ini juga lah yang mengakibatkan mengapa hari raya umat Islam biasanya tidak pernah berada pada tanggal yang sama pada kalender Masehi. Karena selain kalender Masehi, umat Islam juga menggunakan kalender Hijriah untuk menentukan hari raya keagamaan.

Ya, betul. kalender Hijriah adalah suatu sistem penanggalan hari, tanggal, dan bulan yang banyak digunakan oleh umat Islam di samping kalender Masehi yang biasa kita semua gunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan, kalender Masehi adalah sistem penanggalan hari, tanggal, dan bulan yang banyak digunakan orang masyarakat di dunia. Pada sistem penanggalan ini, biasanya kita kenal dengan bulan Januari hingga Desember.

Adapun, dasar perhitungan kalender Masehi adalah berdasarkan waktu revolusi bumi. Revolusi bumi adalah peristiwa bergeraknya bumi mengelilingi pusat tata surya atau matahari. Hal inilah yang menjadi dasar perhitungan kalender Masehi yang sekarang kita pakai.

https://www.gramedia.com/products/aku-bisa-membaca-kalender?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

https://www.gramedia.com/products/aku-bisa-membaca-kalender?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Berbeda dengan kalender Masehi, kalender Hijriah yang sering digunakan umat Islam mengambil waktu revolusi bulan sebagai dasar perhitungannya. Perbedaan dasar perhitungan inilah yang kemudian menyebabkan dua kalender tersebut tidak sama pada penanggalan hari, tanggal, dan bulannya.

Meski berbeda, kedua kalender tersebut masih bisa kita gunakan secara umum, ya. Hanya saja, kalender Hijriah penggunaannya menjadi lebih spesifik daripada kalender Masehi, yakni kalender Hijriah hanya digunakan untuk pedoman penanggalan kegiatan keagamaan sesuai ajaran agama Islam.

Untuk mengetahui penjelasan lebih mendalam terkait dasar perhitungan kalender Masehi, di bawah ini terdapat rangkuman informasinya. Mau tahu? Yuk, simak ulasan di bawah ini!

Dasar Perhitungan Kalender Masehi Adalah

dasar perhitungan kalender masehi adalah

Sumber: Pexels.com/Leeloo Thefirst

Peristiwa ketika perputaran bumi mengelilingi matahari sebagai pusat tata surya disebut sebagai revolusi bumi. Sedangkan, peristiwa ketika bulan mengelilingi bumi itu dikenal dengan sebutan revolusi bulan. Kedua hal ini perlu diketahui karena akan menjadi dasar perhitungan kalender Masehi dan Hijriah.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, dasar perhitungan kalender Masehi adalah kala atau waktu yang digunakan bumi dalam mengelilingi matahari. Istilah tersebut dikenal juga sebagai dasar perhitungan kalender Masehi yang merujuk pada revolusi bumi.

Pada umumnya, tahun Masehi akan dihitung berdasarkan dengan lamanya gerak bumi memutari matahari. Oleh sebab itu, tahun Masehi juga biasa disebut sebagai tahun Matahari atau tahun Syamsiah.

Sebagai informasi, satu hari adalah lama waktu yang dibutuhkan oleh bumi untuk melakukan rotasinya. Sedangkan, satu tahun adalah lama waktu yang dibutuhkan oleh bumi untuk memutari matahari secara penuh. Dengan demikian, satu revolusi bumi membutuhkan waktu satu tahun dengan lama hari yaitu 365,25 hari.

Sejatinya, sejarah dari terbentuknya kalender Masehi amat panjang. Namun, secara singkat pada dahulu kala, saat zaman Kerajaan Romawi tepatnya pada masa pemerintahan Raja Julius Caesar, akhirnya ditetapkanlah bahwa satu tahun kalender Masehi adalah 365 hari.

Lalu, ke mana perginya sisa 0,25 atau 1/4 hari yang telah disebutkan sebelumnya? Ternyata, sisa hari tersebut dikumpulkan selama empat tahun sehingga jumlahnya sama dengan satu hari. Kemudian, satu hari tersebut ditambahkan ke dalam bulan Februari yang jumlah harinya hanya berisi 28 hari dalam satu bulan.

Sejak saat itulah, setiap empat tahun sekali, bulan Februari akan memiliki jumlah hari yang berbeda, yakni 29 hari. Tahun istimewa tersebut pun dikenal dengan nama tahun kabisat. Untuk mengetahui lebih mudahnya, tahun kabisat akan terjadi pada suatu tahun yang akan habis jika dibagi empat, seperti tahun 2004, 2008, 2012, 2016, dan juga tahun 2020.

Satu tahun dalam kalender Masehi ini biasanya akan dibagi menjadi 12 bulan berbeda. Adapun pembagian jumlah hari dalam bulan-bulan tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Bulan Januari memiliki 31 hari
  2. Bulan Februari memiliki 28/29 hari
  3. Bulan Maret memiliki 31 hari
  4. Bulan April memiliki 30 hari
  5. Bulan Mei memiliki 31 hari
  6. Bulan Juni memiliki 30 hari
  7. Bulan Juli memiliki 31 hari
  8. Bulan Agustus memiliki 31 hari
  9. Bulan September memiliki 30 hari
  10. Bulan Oktober memiliki 31 hari
  11. Bulan November memiliki 30 hari
  12. Bulan Desember memiliki 31 hari

Sejarah Kalender Masehi

dasar perhitungan kalender masehi adalah

Sumber: Pexels.com/Leeloo Thefirst

Untuk memahami kalender Masehi secara lebih dalam, maka kita juga harus mengetahui bagaimana sejarahnya kalender Masehi ini terbentuk. Sebenarnya, kalender Masehi ini pertama kali digunakan oleh negara-negara di benua Eropa. Sebelum kehadiran kalender ini, masyarakat benua Biru telah lebih dahulu menggunakan penanggalan kalender Julian.

Saat itu, seorang astronom dari Romawi menghitung lama waktu yang dibutuhkan oleh bumi untuk berputar mengelilingi atau memutari matahari. Kemudian, dari hasil perhitungan tersebut angka 365,25 hari pun didapatkan. Hal ini ternyata berpengaruh pada musim yang datang menjadi lebih lambat.

Setelah mengalami proses yang panjang, akhirnya Kaisar Julius Caesar menambahkan satu hari khusus di bulan Februari. Hal tersebut terjadi setiap empat tahun sekali. Hal ini pun kemudian dinamai juga sebagai kalender Julian.

Namun, setelah sekian lama penanggalan kalender ini digunakan, ternyata ada kesalahan perhitungan dalam kalender Julian. Pada sekitar tahun 1570-an, penanggalan kalender Julian melenceng sebanyak 10 hari dari tanggal revolusi bumi terhadap matahari.

Dengan tidak sinkronnya penanggalan kalender Julian dengan musim yang terjadi dalam setahun, maka penanggalan ini pun dihapuskan sementara. Hal ini dilakukan karena khawatir akan pembuatan perayaan hari Paskah yang terus menjauh dari tanggal sebenarnya.

Menanggapi sistem penanggalan kalender Julian yang keliru, Paus Gregorius XIII pun membuat suatu sistem penanggalan baru. Bersama dengan seorang ahli fisika, Aloysius Lilius, dan seorang ahli astronomi, Christopher Clavius, dia mengembangkan sistem penanggalan kalender Julian selama kurang lebih lima tahun lamanya. Penanggalan inilah yang kemudian dikenal sebagai kalender Gregorian atau kalender Masehi, kalender yang kita gunakan saat ini.

Dalam kalender Gregorian ini, penambahan satu hari khusus setiap empat tahun sekali tersebut dihapuskan. Kemudian, sistem kabisat yang sebelumnya berlaku empat tahun sekali tersebut dikecualikan pada tahun-tahun yang tidak habis dibagi 400.

Maka, tahun kabisat tersebut akan jatuh pada tahun 2000, tetapi tidak bisa berlaku pada tahun 1700, 1800, atau pun tahun 1900. Selain itu, Paus Gregorius XIII juga turut memindahkan tanggal tahun baru, yang semula jatuh pada 25 Maret, diganti menjadi tanggal 1 Januari.

https://www.gramedia.com/products/kalender-rahasia-diet?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

https://www.gramedia.com/products/kalender-rahasia-diet?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Setelah sistem penanggalan Masehi ini diperkenalkan oleh negara-negara, seperti Spanyol, Italia, dan Portugal, sistem ini ternyata tidak langsung diterima oleh negara Eropa penganut kepercayaan Kristen Katolik.

Pasalnya, mereka mencurigai jika dalam sistem penanggalan ini terdapat niat terselubung dari kalangan tersebut. Bahkan, negara Inggris dan Amerika baru mulai menggunakan kalender Masehi ini pada tahun 1952.

Dalam perjalanannya, akhirnya banyak negara-negara yang mulai menggunakan sistem penanggalan Masehi ini sebagai salah satu sistem kalender yang digunakan. Sebagai contohnya, negara Arab Saudi yang akhirnya mulai menggunakan kalender Masehi pada tahun 2016 setelah sebelumnya hanya menggunakan sistem penanggalan kalender Hijriah saja.

Dasar Perhitungan Kalender Hijriah

dasar perhitungan kalender masehi adalah

Sumber: Pexels.com/Bich Tran

Dasar perhitungan kalender Hijriah adalah lama waktu yang dibutuhkan bulan untuk mengitari bumi. Oleh sebab itu, tahun Hijriyah ini juga disebut sebagai tahun bulan. Bahkan, sistem penanggalan ini juga dikenal dengan nama tahun komariah atau disebut juga sebagai tahun Islam. Pasalnya, kalender ini hanya digunakan oleh umat muslim saja.

Berdasarkan perhitungannya waktu yang dibutuhkan untuk revolusi bulan ketika mengelilingi bumi adalah kurang lebih 29,5 hari. Sehingga, satu tahun kalender Hijriyah akan terdiri dari 354 hari.

Karena terdapat sisa dalam perhitungan tanggalnya, maka diadakan pembulatan dalam setiap kalender Hijriyah. Usia setiap bulan di kalender Hijriyah pun ditambahkan satu hari dengan sistem di selang-seling antar bulan. Jadi, akan ada bulan dengan jumlah hari 29 dan bulan berikutnya berjumlah 30 hari. Tetapi, hal ini tidak berlaku pada bulan Dzulhijjah.

  1. Bulan Muharram memiliki 29 hari
  2. Bulan Safar memiliki 30 hari
  3. Bulan Rabiul Awal memiliki 29 hari
  4. Bulan Rabiul akhir memiliki 30 hari
  5. Bulan Jumadil Awal memiliki 29 hari
  6. Bulan Jumadil Akhir memiliki 30 hari
  7. Bulan Rajab memiliki 29 hari
  8. Bulan Sya’ban memiliki 30 hari
  9. Bulan Ramadhan memiliki 30 hari
  10. Bulan Syawal memiliki 30 hari
  11. Bulan Zulkaidah memiliki 29 hari
  12. Bulan Dzulhijjah memiliki 29/30 hari

https://www.gramedia.com/products/kalender-harian-ibadah-sunnah?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

https://www.gramedia.com/products/kalender-harian-ibadah-sunnah?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Sama seperti tahun Masehi, tahun Hijriah pun memiliki tahun istimewa atau tahun kabisat. Bedanya, tahun kabisat pada kalender Hijriyah berusia 355 hari. Perhitungan ini dilakukan setiap jangka 30 tahun sejak kalender Hijriyah tersebut ditetapkan, yakni tahun 638 Masehi.
Selama 30 tahun Hijriah, terdapat 11 tahun kabisat. Tahun kabisat tersebut terjadi pada tahun kedua, kelima, keenam, ke-10, 13, 16, 18, 21, 24, 26, serta tahun ke-29.

Berdasarkan perhitungannya, apabila suatu tahun Hijriah dibagi 30 dan menyisakan angka di atas, maka tahun tersebut dapat masuk ke dalam kategori tahun kabisat. Adapun ciri dari tahun kabisat pada kalender Hijriah, yaitu jumlah hari pada bulan Dzulhijjah berjumlah 30 hari. Dengan demikian, hari besar dalam Islam setiap tahunnya akan bergeser 11 hari lebih awal pada tahun Hijriah biasa, sedangkan pada tahun kabisat akan bergeser 12 hari lebih awal.

Perbedaan Penanggalan Kalender Masehi dan Kalender Hijriah

dasar perhitungan kalender masehi adalah

Sumber: Pexels.com/Towfiqu barbhuiya

Pada pembahasan di atas, kita sudah mengetahui jika dasar perhitungan kalender Masehi adalah berdasarkan revolusi bumi, sedangkan dasar perhitungan kalender Hijriah adalah adalah revolusi bulan. Selain itu, kita juga sudah mengetahui bagaimana sejarah terbentuknya kalender Masehi ini.

Di Indonesia sendiri, karena mayoritas penduduknya beragama Islam, maka selain kalender Masehi, kita juga menggunakan kalender Hijriah dalam kehidupan sehari-hari. Kalender ini digunakan sebagai pedoman untuk menentukan kegiatan keagamaan sesuai ajaran yang dipercaya.

Karena kita menggunakan dua kalender yang berbeda, maka kita perlu mengetahui apa yang membedakan antara dua kalender itu. Untuk informasi selengkapnya, berikut perbedaan penanggalan kalender Masehi dan kalender Hijriah. Yuk, simak!

1. Perhitungan Tanggal

Seperti yang kita sudah ketahui bersama, hal pertama yang membedakan antara kalender Masehi dan Kalender Hijriah adalah dari segi perhitungan tanggalnya. Dasar perhitungan kalender masehi adalah pergerakan bumi terhadap matahari. Sedangkan perhitungan tanggal kalender Hijriah berfokus pada pergerakan bulan terhadap bumi.

2. Jumlah Hari

Dalam kalender Masehi, jumlah hari dari setiap bulannya dapat mencapai 31 hari per satu bulan. Hal ini tentu berbeda dengan kalender Hijriah yang hanya mencapai jumlah 29-30 hari saja dalam satu bulannya. Maka jika ditotalkan, jumlah hari dalam satu tahun di penanggalan kalender Masehi adalah 365 hari dan jumlah hari pada penanggalan Hijriah adalah 354-355 hari.

3. Sejarah Penanggalan

Perbedaan penanggalan kalender Masehi dan kalender Hijriah yang selanjutnya adalah tentang sejarah awal penanggalannya. Jika melihat dari catatan sejarah, penanggalan untuk tanggal satu pada kalender Masehi ini didasarkan pada peristiwa kelahiran Nabi Isa Alaihi Salam. Sedangkan, untuk kalender Hijriah penanggalan tanggal satunya diambil dari peristiwa hijrah atau berpindahnya Nabi Muhammad ke Madinah dari Mekkah.

4. Bentuk Angka Tanggal

Kalender Hijriah memiliki kesan yang sangat erat kaitannya dengan umat Islam, sehingga tak heran jika angka yang digunakan dalam sistem penanggalannya pun sedikit lebih berbeda dengan yang tertera pada kalender Masehi. Pada kalender Hijriah, angka penanggalannya biasanya akan menggunakan angka atau ejaan arab. Sedangkan pada kalender Masehi, angka penanggalannya menggunakan angka alfabet biasa.

5. Penentuan Awal Hari

Hal terakhir yang menjadi pembeda antara penanggalan kalender Masehi dan Hijriah adalah penentuan awal harinya. Kedua kalender ini memiliki penentuan awal hari yang sangat berbeda satu sama lain.

Perhitungan awal hari pada kalender Masehi didasarkan pada pukul 00.00 dini hari sesuai waktu setempat. Tetapi, pada kalender Hijriah, perhitungan awal hari ini tidak berlaku. Awal hari pada kalender Hijriah dihitung berdasarkan pada waktu terbitnya matahari sampai dengan terbenamnya matahari.

https://www.gramedia.com/products/kalender-ibadah-sepanjang-tahun?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

https://www.gramedia.com/products/kalender-ibadah-sepanjang-tahun?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Kesimpulan

Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti menggunakan kalender sebagai salah satu alat untuk mengetahui tanggal angka pada suatu hari. Selain itu, kalender juga menjadi suatu sistem yang dipakai oleh seluruh masyarakat dunia dan memiliki banyak jenisnya penanggalan.

Salah satu sistem penanggalan kalender yang paling umum digunakan adalah kalender Masehi. Di sisi lain, Indonesia juga menggunakan satu sistem penanggalan kalender yang lain, yaitu kalender Hijriah. Kalender Hijriah ini umumnya digunakan oleh umat Islam sebagai pedoman dalam melaksanakan berbagai kegiatan keagamaan.

Kita pasti sudah sangat familiar dengan nama ‘kalender Masehi’ dan ‘kalender Hijriah’. Namun, apa sih sebenarnya yang membedakan antara keduanya?

Keduanya sebenarnya sama-sama sistem penanggalan yang biasa digunakan untuk mengelompokkan tanggal, hari, bulan, dan juga tahun. Namun, sistem penentuan tanggal yang digunakan kedua kalender ini ternyata sangat berbeda.

Dari banyaknya faktor yang menjadi pembeda antara kalender Masehi dan kalender Hijriah, hal utama yang membedakan keduanya adalah dasar perhitungannya. Dasar perhitungan kalender masehi adalah lama waktu yang digunakan bumi untuk mengelilingi matahari. Peristiwa ini dikenal juga dengan sebutan revolusi bumi.

Sedangkan pada perhitungan kalender hijriah, mereka menggunakan lama waktu yang dibutuhkan bulan untuk memutari bumi atau disebut juga dengan revolusi bulan. Perbedaan inilah yang membuat hari raya keagamaan umat Islam tidak pernah berada pada tanggal yang sama dengan tanggal pada kalender Masehi.

Nah, itu dia rangkuman tentang dasar perhitungan kalender Masehi adalah: sejarah, kalender Hijriah, dan perbedaannya. Semoga penjelasan di atas bermanfaat untuk #SahabatTanpaBatas semua, ya!

Jika ingin mencari berbagai macam buku tentang kalender, maka bisa mendapatkannya di Gramedia.com. Membaca banyak buku dan artikel tidak akan pernah merugikan kalian, karena Grameds akan mendapatkan informasi dan pengetahuan #LebihDenganMembaca.

Nama Penulis: Raden Putri

Baca juga:

About the author

Fandy

Perkenalkan nama saya Fandy dan saya sangat suka dengan sejarah. Selain itu, saya juga senang menulis dengan berbagai tema, terutama sejarah. Menghasilkan tulisan tema sejarah membuat saya sangat senang karena bisa menambah wawasan sekaligus bisa memberikan informasi sejarah kepada pembaca.