Teori

Teori Bloom dan Cara Penerapannya dalam Sistem Pembelajaran

Written by Fiska

Mengenal Teori Bloom dan Cara Penerapannya dalam Sistem Pembelajaran- Dalam menempuh pendidikan seseorang diharuskan belajar giat agar setiap materi pelajaran yang diberikan dapat dicerna dan diterapkan dengan baik bagi para pelajar yang sedang menempuh studi pendidikan. Untuk memenuhi tuntutan pembelajaran yang baik tersebut maka banyak sekali para ahli di bidang pendidikan merumuskan berbagai teori pembelajaran yang disesuaikan juga dengan sistem pendidikan di setiap negara. Merancang tujuan pembelajaran merupakan salah satu bagian dari program pendidikan. Tujuan pembelajaran program pelatihan mempengaruhi materi, lingkungan belajar, metode pembelajaran dan penilaian. Tujuan pembelajaran juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan tempat kerja. Sama seperti semua orang tidak bisa menjadi ahli di semua bidang, tujuan pembelajaran juga tidak bisa ditetapkan. Tidak semua tujuan pembelajaran harus mencapai tingkat tertinggi. Dari sekian banyak rumusan teori pembelajaran yang ada di dunia salah satu teori pembelajaran yang patut dibahas adalah teori bloom. Teori bloom pada dasarnya adalah sebuah taksonomi atau tujuan pembelajaran yang diadaptasi dari seorang tokoh psikolog pendidikan yaitu, Benjamin Bloom.

Namun, sudah tahukah kalian dengan rumusan dari teori taksonomi Bloom tersebut? Jika kalian belum tahu maka pada pembahasan kali ini kami akan mencoba menjelaskan kepada sobat grameds mengenai ulasan tentang teori taksonomi bloom tersebut.

Selanjutnya pembahasan tersebut akan kami ulaskan di bawah ini!

Definisi Taksonomi

Sebelum lebih jauh membahas mengenai teori taksonomi Bloom mari kita membahas terlebih dahulu mengenai definisi dari taksonomi itu sendiri.

Taksonomi adalah penggolongan atau pengelompokan benda menurut ciri-ciri tertentu. Taksonomi di bidang pendidikan yang digunakan untuk  tujuan pendidikan; ada yang menyebutnya tujuan pembelajaran, tujuan kinerja atau target pembelajaran, yang digolongkan dalam tiga kategori atau ranah umum, yaitu: (1) ranah kognitif, yang mengacu pada tujuan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir; (2) ranah afektif mengacu pada emosi, perasaan,  sistem nilai dan sikap hati; dan (3) ranah psikomotor (berorientasi pada penggunaan keterampilan motorik atau  otot rangka). Saat ini terdapat berbagai  taksonomi tujuan pembelajaran yang dinamai menurut penciptanya, seperti: Bloom; Merrill dan Gagne (kognitif); Krathwohl, Martin dan Briggs dan Gagne (afektif); dan Dave, Simpson, dan Gagne (psikomotor).

Secara etimologis, kata taksonomi berasal dari kata Yunani  taxis dan nomos. Taxis berarti “mengatur atau membagi” dan nomos berarti hukum (Enghoff, 2009:2). Jadi secara etimologis, taksonomi dapat diartikan sebagai hukum yang mengatur sesuatu. Taksonomi dapat didefinisikan sebagai pengelompokan hal-hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu. Dimana taksonomi yang lebih tinggi  lebih umum dan taksonomi yang lebih rendah  lebih spesifik.

Taksonomi dapat digambarkan sebagai hubungan antara ayah dan anak, terkait satu sama lain dalam  struktur hierarkis.

Taksonomi adalah  kerangka kerja untuk mengklasifikasikan pernyataan yang digunakan untuk memprediksi pembelajaran siswa sebagai hasil belajar.

Teori Taksonomi Bloom

Pada tahun 1956, Bloom  mengklasifikasikan ukuran proses kognitif menjadi enam kategori, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Model taksonomi ini dikenal sebagai Taksonomi Bloom. Selain itu, Anderson dan Krathwohl (2001) melakukan revisi komprehensif taksonomi kognitif Bloom yang dikenal Revised Bloom’s Taxonomy (Revisi Taksonomi Bloom).

Taksonomi Bloom mengacu pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali diperkenalkan oleh Benjamin S Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain (ranah, lingkup), dan masing-masing domain tersebut dibagi lagi menjadi bagian yang lebih rinci berdasarkan hierarki yang mencakup perilaku yang menekankan aspek intelektual seperti pengetahuan, pemahaman, dan pemikiran.

Tujuan pendidikan dibagi menjadi tiga domain yaitu:

  • Domain kognitif yang meliputi perilaku yang menekankan aspek intelektual seperti pengetahuan, pemahaman dan keterampilan berpikir.
  • Domain afektif mencakup perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, harga diri, dan gaya koping.
  • Domain psikomotorik mencakup perilaku yang menekankan  keterampilan motorik seperti menulis tangan, menulis, berenang, dan menggunakan mesin.

Beberapa istilah lain yang  menggambarkan hal yang sama dalam ketiga bidang tersebut adalah ungkapan Ki Hajar Dewantara, yaitu: kreativitas, rasa, dan tujuan. Selain itu, juga dikenal konsep: penalaran, evaluasi, dan praktik.

Dari masing-masing domain tersebut, dibagi  menjadi beberapa kategori dan subkategori, yang  secara hirarkis berurutan (ditingkatkan) dari aktivitas yang sederhana hingga yang lebih kompleks. Perilaku pada setiap level agaknya melibatkan perilaku pada level yang lebih rendah, seperti domain kognitif,  mencapai “pemahaman” pada level kedua juga membutuhkan “pengetahuan”  pada level pertama.

Taksonomi Bloom Revisi terdiri dari dua dimensi yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Dimensi proses kognitif mengacu pada proses yang digunakan siswa untuk mempelajari sesuatu, sedangkan dimensi pengetahuan adalah jenis pengetahuan yang  dipelajari  siswa (Amer, 2006:214).

Menurut Krathwohl (2002: 215), tingkat hasil belajar proses kognitif  berdasarkan taksonomi Revised Bloom  bersifat hierarkis, artinya kategori ukuran proses kognitif diurutkan menurut tingkat kerumitannya. Memahami lebih sulit daripada Mengingat, menerapkan lebih sulit daripada memahami, dll. Namun, adalah mungkin untuk tumpang tindih kategori proses kognitif dalam taksonomi Bloom dengan kategori proses kognitif lainnya.

Tiga Domain Utama Teori Taksonomi Bloom

  • Domain Kognitif

  • Pengetahuan

Pengetahuan adalah bagian paling dasar dari taksonomi Bloom. Data yang mudah diingat seperti rumus, batas definisi, istilah bagian undang-undang, nama dan angka, nama kota, dll. Memahami membutuhkan hafalan, misalnya menghafal rumus, kemudian kita mengerti cara menggunakan rumus, atau menghafal kata-kata  memudahkan membuat kalimat.

  • Pemahaman

Pemahaman dapat dibagi menjadi tiga, yaitu tingkat rendah, seperti terjemahan. Tingkat kedua adalah pemahaman interpretatif, di mana bagian sebelumnya merujuk pada apa yang diketahui selanjutnya, atau  bagian diagram ke peristiwa. Tingkat pemahaman ketiga, yaitu pemahaman ekstrapolasi, yang mengharapkan seseorang untuk melihat melampaui apa yang tertulis, dapat memprediksi konsekuensi atau memperluas pemahaman dalam hal waktu, dimensi, peristiwa atau masalah.

  • Aplikasi

Menggunakan aplikasi  dalam situasi baru saat masalah masih ada. Dalam aplikasi ini, siswa dibimbing pada kemampuan untuk memilih atau memilih abstraksi tertentu (konsep, hukum, proposisi, aturan, ide, metode) yang cocok untuk digunakan dalam situasi baru dan menerapkannya dengan benar.

  • Analisis

Analisis mengasumsikan bahwa seseorang  dapat menggambarkan situasi atau situasi tertentu  dalam hal elemen atau komponennya.

  • Sintesis

Pada level ini, seseorang harus mampu menghasilkan sesuatu yang baru dengan  menggabungkan berbagai faktor yang ada.

  • Evaluasi

Seseorang harus mampu mengevaluasi suatu situasi, kondisi, pernyataan atau  konsep berdasarkan kriteria tertentu.

  • Domain Afektif

Pembagian domain ini dikembangkan oleh Bloom bersama  David Krathwohl.

  • Penerimaan

Kesediaan untuk menyadari fenomena lingkungan. Mengajar adalah tentang mendapatkan, menahan dan mengarahkan perhatian.

  • Merespons

Memberi reaksi terhadap fenomena di lingkungannya. Mencakup penerimaan, kesiapan, dan kepuasan dalam memberikan umpan balik.

  • Hadiah

Berkaitan dengan harga atau nilai yang diterapkan pada  objek, fenomena, atau perilaku. Evaluasi didasarkan pada masukan nilai-nilai yang diekspresikan  dalam perilaku tertentu.

  • Mengatur

Menggabungkan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antara mereka dan membentuk  sistem nilai yang bersatu.

  • Karakterisasi Berdasarkan Nilai

Ia memiliki sistem nilai yang memandu perilakunya sedemikian rupa sehingga menjadi ciri gaya hidupnya.

  • Domain psikomotor

Detail domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tetapi oleh Dave pada tahun 1970 berdasarkan domain  Bloom.

  • Persepsi

Menggunakan indera sebagai pegangan untuk  membantu gerakan.

  • Kesiapan

Kesiapan fisik, mental dan emosional untuk bergerak.

  • Respon Terpandu

Tahap awal pembelajaran keterampilan  kompleks, termasuk  imitasi dan  coba-coba.

  • Mekanisme

Tinjau gerakan yang telah Anda pelajari untuk membuatnya terlihat meyakinkan dan terampil.

  • Respon visual kompleks

Gerakan motorik terampil yang melibatkan pola gerakan  kompleks.

  • Kemampuan Beradaptasi

Keterampilan dikembangkan sehingga dapat diterapkan dalam situasi yang berbeda.

  • Penciptaan

Penciptaan pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi, kondisi, atau masalah tertentu.

Revisi dari Teori Taksonomi Bloom

Versi revisi taksonomi Bloom, jenis pengetahuan dibagi menjadi

(empat), yaitu:

  • Fakta: Pengetahuan yang menunjukkan fenomena belajar
  • Konseptual: meliputi kategori, struktur dan teori
  • Prosedur: cara menggunakan teknik dan metode tertentu, dan kapan menggunakannya
  • Metakognitif : strategi keputusan, pengetahuan diri dan “berpikir tentang berpikir”

Dari empat jenis pengetahuan, mereka dibagi menjadi enam tingkat pembelajaran. Dalam Taksonomi Bloom versi ini, setiap level menunjukkan kata kerja yang lebih aktif untuk menjelaskan apa yang perlu dilakukan siswa. Tingkat pengetahuan ini digambarkan dalam bentuk piramida, di mana tingkat dasar digambarkan lebih luas daripada tingkat di atasnya. Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak orang melanjutkan dengan tingkat pengetahuan yang lebih rendah. Kata kerja dalam versi taksonomi Bloom dijelaskan sebagai berikut:

  • Ingat: pembelajaran paling dasar (walaupun mungkin mengandung informasi yang kompleks). Pada tingkat ini, siswa dapat mengetahui terminologi dasar mata pelajaran, fakta dan angka yang relevan, sistem atau teori yang dikembangkan oleh orang lain.
  • Pemahaman: Orang tahu lebih banyak tentang apa arti sebenarnya dari informasi.
  • Aplikasi: Pada tingkat ini, pengetahuan digunakan dengan cara baru dan diterapkan untuk memecahkan masalah yang lebih kompleks.
  • Menganalisis: Melibatkan pemecahan informasi menjadi potongan-potongan untuk melihat satu per satu dan melihat bagaimana informasi tersebut berhubungan satu sama lain.
  • Evaluasi: Orang mengevaluasi apa yang telah mereka temukan sejauh ini. Pada tingkat ini, mereka dapat membuat rekomendasi atau menyarankan ide-ide inovatif.
  • Penciptaan: Pada tingkat terakhir ini, orang dapat mengatur ulang informasi yang ada dan kemudian menggabungkannya dengan informasi yang mereka terima dan kemudian membuat sesuatu yang baru.
  • Guru atau perencana kurikulum dapat menggunakan kata kerja operasional taksonomi Bloom untuk merumuskan tujuan pembelajaran.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Taksonomi Bloom

Saat kita beralih ke Taksonomi Bloom versi terbaru, ia memiliki beberapa kekuatan. Diantaranya adalah taksonomi Bloom versi baru, yang memisahkan “knowing what”, isi dari berpikir itu sendiri, dan “knowing how to do it (Know how)” sebagai prosedur yang digunakan dalam memecahkan masalah. Menurut taksonomi, dimensi pengetahuan adalah “mengetahui tentang sesuatu”, yang memiliki empat kategori: faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif.

Informasi faktual mencakup informasi terkecil sekalipun, seperti definisi kosakata dan pengetahuan detail tentang detail. Pengetahuan konseptual juga terdiri dari sistem informasi yang berbeda, seperti klasifikasi dan kategori yang berbeda.

Pengetahuan prosedural juga mencakup algoritma, heuristik atau aturan standar, teknik dan metode, dan pengetahuan tentang bagaimana berbagai prosedur ini harus digunakan.

Pengetahuan metakognitif juga mentransfer ke pengetahuan tentang proses berpikir dan pengetahuan tentang manipulasi efektif dari proses ini.

Dalam Taksonomi Bloom ini, dimensi proses kognitif lanjutan dari Taksonomi Bloom versi lama memiliki enam proses dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks, yaitu, mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.

Mengingat adalah pengambilan informasi yang relevan dari memori jangka panjang. Proses pemahaman juga merupakan kemampuan untuk memahami secara mendalam materi pembelajaran, seperti bahan bacaan dan penjelasan guru.

Keterampilan yang dihasilkan dari proses ini meliputi kemampuan memahami, mencontohkan, mengkategorikan, meringkas, dan menyimpulkan.

Proses ketiga adalah aplikasi, yang melibatkan pengguna perilaku yang dipelajari baik dalam situasi yang sudah dikenal maupun yang baru.

Proses selanjutnya adalah analisis, yang terdiri dari pemecahan informasi menjadi bagian-bagian kecil dan menghubungkan bagian-bagian tersebut dengan struktur keseluruhan.

Penciptaan adalah proses yang tidak termasuk dalam taksonomi bunga versi lama. Proses ini merupakan komponen tertinggi dalam Taksonomi Bloom versi baru.

Keterampilan ini melibatkan usaha untuk menggabungkan berbagai hal untuk menghasilkan informasi baru.

Menurut taksonomi ini, setiap tingkat pengetahuan dapat dikaitkan dengan setiap tingkat pemrosesan kognitif, sehingga siswa mengingat informasi faktual atau prosedural, memahami informasi konseptual atau metakognitif, atau menganalisis informasi metakognitif atau faktual.

Masalah Sarana dan Prasarana Pendidikan

Pendidikan sebagai proses perubahan sikap dan perilaku/kepribadian yang ditujukan kepada peserta didik (masyarakat) sebagai upaya pendewasaan peserta didik melalui kegiatan belajar dan pendidikan, pendidikan sebagai fungsi warisan budaya, pendidikan sebagai proses persiapan bagi warga negara yang memiliki jiwa patriotik dan pendidikan sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja, oleh karena itu pelatihan harus sangat diperhatikan. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam dunia pendidikan adalah lembaga dan prasarana pendidikan itu sendiri, dimana lembaga dan prasarana pendidikan merupakan salah satu faktor yang mendukung keberhasilan program pendidikan dalam proses pembelajaran.

Kualitas sarana dan prasarana terus bervariasi. Hal ini kita lihat di lingkungan kita, dimana masih banyak sekolah yang kondisi bangunannya tidak aman dan tidak memadai untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar (basah, gelap, sempit, rapuh). Juga sering dicatat bahwa negara/negara (status hukum) bukan milik sekolah atau lembaga pendidikan; tempat yang tidak memenuhi syarat kelancaran proses belajar, misalnya letak sekolah yang ramai, terpencil, kumuh, dsb. Perabotan yang berkaitan dengan ruang yang kurang memadai untuk proses pembelajaran, seperti meja/kursi yang tidak layak pakai, alat peraga yang kurang memadai, buku paket yang tidak mencukupi dan lain-lain.

Indonesia sendiri memiliki undang-undang tentang pengendalian dan pemeliharaan administrasi pendidikan dalam hal lembaga dan prasarana pendidikan. Undang-undang ini berharap dapat melindungi Dewan Pendidikan dari segala hambatan yang ada. Namun jika melihat kondisi pendidikan di Indonesia saat ini, tidak jauh dari perhatian pemerintah. Secara khusus, banyak sarana dan prasarana di bawah standar atau tidak sesuai, seperti pada contoh di atas. Hal ini dibahas lebih lanjut dalam pembahasan berikut tentang peluang belajar dan tantangan infrastruktur di Indonesia.

Biografi Singkat Benjamin Bloom

Benjamin Bloom

Benjamin Samuel Bloom, 21 Februari 1913 – 13 September 1999, adalah seorang psikolog pendidikan  Amerika yang kontribusi terpentingnya adalah perumusan taksonomi tujuan pendidikan dan pengembangan teori pembelajaran yang komprehensif.

Ia menerima gelar sarjana dan magister dari Pennsylvania State University pada tahun 1935, dan gelar doktor dalam bidang pendidikan dari Universitas Chicago pada  Maret 1942. Dari tahun 1940 hingga 1943, ia menjadi anggota Dewan Penguji Universitas Chicago. Dari tahun 1943 ia menjadi penguji universitas sampai ia meninggalkan posisinya pada tahun 1959. Ia mulai mengajar di Departemen Pendidikan Universitas Chicago  pada tahun 1944, dan pada tahun 1970 ia diangkat sebagai Profesor Layanan Terhormat. Dari tahun 1965 hingga 1966, ia menjadi presiden American Educational Research Association. Dia adalah seorang penasihat pendidikan untuk pemerintah Israel, India dan beberapa negara lain.

Kesimpulan

Sekian pembahasan singkat mengenai definisi dari teori Bloom. Pembahasan kali ini tidak hanya membahas definisi dari teori Bloom saja tapi juga membahas mengenai tiga ranah utama dalam sistem taksonomi pembelajaran menurut teori Bloom, Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori Bloom, mengetahui masalah dalam sistem pendidikan, serta biografi singkat dari pencetus teorinya yaitu, Benjamin Bloom. Memahami pengertian dari teori yang dikemukakan oleh Benjamin Bloom mengenai taksonomi Bloom sangat bagus untuk perkembangan tujuan pembelajaran dan pengaruhnya dalam sistem pendidikan saat ini,

Demikian ulasan mengenai pengertian teori Bloom Buat Grameds yang mau mempelajari semua hal tentang pengertian teori Bloom Dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan Pendidikan lainnya, kamu bisa mengunjungi Gramedia.com untuk mendapatkan buku-buku terkait.

Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia selalu memberikan produk terbaik, agar kamu memiliki informasi terbaik dan terbaru untuk kamu. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Pandu Akram

About the author

Fiska

Saya Fiska Rahma Rianda dan saya suka dunia menulis dan membaca memang menjadi hobi yang ingin disalurkan melalui sastra. Saya juga senang mereview buku serta membaca buku-buku yang berkaitan dengan sebuah teori.

Kontak media sosial Linkedin saya Fiska Rahma