Manusia menjadi makhluk hidup paling misterius di dunia. Dalamnya hati manusia tidak ada yang tahu. Ia serupa dengan lautan, dalam dan misterius. Bisa saja perilaku atau sikap yang ditujunjukkan berbeda dengan maksudnya atau berbanding terbalik.
Setiap manusia pun selalu melakukan interaksi dengan manusia lainnya. Baik dengan cara tatap muka atau melalui perangkat daring. Semua interaksi manusia memiliki pola dan tujuan tertentu.
Berikut akan dikupas mengenai pola interaksi sosial, khususnya teori interaksi simbolik. Grameds dapat menyimak untuk menambah kemampuan dalam melakukan interaksi sosial.
Teori Interaksi Sosial Menurut Para Ahli
Serba-serbi teori interaksi sosial telah dijelaskan oleh beberapa ahli sosiolog pada abad ke-9 dan awal abad ke-20. Di antara tokoh yang membicarakannya adalah George Herbert Mead dab Erving Goffman. Keduanya menjelaskan mengenai interaksi sosial sebagai salah satu bentuk aktivitas manusia yang memengaruhi kepribadian setiap orang.
Kedua ahli sosiologi tersebut merumuskan teori mengenai interaksi sosial. Teori tersebut dikenal dengan interaksionisme simbolik dan dramaturgi. Berikut penjelasan kedua teori tersebut yang telah dirangkum dari laman Tirto.id.
1. Teori Interaksionisme Simbolik
Menurut George Herbert Mead teori interaksionisme simbolik merupakan interaksi sosial yang terjadi karena penggunaan simbol-simbol yang memiliki makna. Simbol-simbol tersebut dapat menciptakan makna yang dapat memicu adanya interaksi sosial antara individu satu dengan individu lainnya.
Sebagai contoh teori interaksionisme simbolik dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika kita sedang melakukan aktivitas berbelanja, yang mana terdapat pelayan yang menawarkan berbagai produk. Oleh sebab itu, dalam hal ini, kita akan menempatkan diri sebagai seorang konsumen. Interaksi tersebut memberikan makna atas suatu peran dan aktivitas pada setiap individu.
2. Teori Dramaturgi
Menurut Erving Goffam—pencetus teori dramaturgi—mendefinisikan teori dramaturgi sebagai interaksi sosial yang serupa dengan pertunjukkan seni. Hal tersebut disebabkan oleh setiap interaksi sosial terdiri dari dua jenis kehidupan, yakni backstage (belakang panggung) dan frontstage (depan panggung).
Teori ini menggambarkan adanya perbedaan pola interaksi dalam kehidupan manusia. Perbedaan tersebut dilihat dari kondisi dan situasi.
Sebagai contoh ketika seseorang bekerja sebagai guru maka akan bersikap ramah, sabar, ceria, tegas, dan sikap-sikap guru lainnya. Namun, ia dapat berbeda dengan keadaan di rumah. Orang tersebut bisa saja menjadi murung, tidak banyak bicara, bersumbu pendek, dan malas berinteraksi dengan orang lain.
Jenis-Jenis Interaksi Sosial
Ketika belajar mengenai sosiologi maka akan mempelajari beragam jenis inetraksi sosial. Interaksi sosial berdasarkan subjek yang terlibat terbagi menjadi tiga, yakni hubungan orang dengan orang, relasi individu dengan kelompok, serta hubungan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
Hal berbeda dituliskan oleh situs Lumen Learning, setidaknya ada 5 jenis interaksi sosial. Di antaranya sebagai berikut.
1. Komunikasi Non-Verbal
Proses komunikasi non-verbal terjadi tanpa melalui aktivitas verbal antarindividu. Saat ini, interaksi jenis ini banyak ditemukan dalam aktivitas di media sosial. Tidak hanya melalui sosial media, komunikasi non-verbal juga dapat disampaikan melalui pakaian dan gaya.
2. Kerja Sama
Ketika satu individu dengan individu lain, kelompok dengan kelompok lain, atau individu dengan kelompok melakukan sesuatu atau suatu kegiatan kerja secara bersamaan disebut dengan kerja sama. Kerja sama sendiri dikelompokkan menjadi tiga jenis, yakni dipaksakan, sukarela, dan tidak disengaja. Apapun jenisnya, kerja sama termasuk dalam interaksi sosial.
3. Pertukaran Sosial
Pertukaran sosial akan terjadi ketika antaindividu melakukan aktivitas pertukaran yang mengarah pada hubungan mereka. Pertukaran, tercipta karena adanya kepentingan satu sama lain dengan membentuk suatu hubungan.
4. Kompetisi
Kompetisi menjadi hal yang wajar dalam aktivitas interksi sosial. Ia dapat memicu terjadinya interaksi sosial satu sama lain dalam suatu kelompok. Seperti antara satu individu dengan individu lainnya, satu kelompok dengan kelompok lainnya, ataupun individu dengan suatu kelompok.
5. Konflik
Dalam interaksi sosial, konflik antardua kubu atau lebih tidak dapat dihindari. Menurut teori sosiologi, konflik dianggap sebagai hal yang normal dalam suatu interaksi sosial. Konflik dapat terjadi karena adanya kepentingan pribadi atau kelompok. Ia juga dapat tercipta karena adanya perebutan suatu kendali atas sumber daya langka ataupun lahan.
Pengertian Interaksionisme Simbolik Menurut Ahli
Teori interaksionisme simbolik menjadi salah satu teori baru yang muncul setelah adanya teori aksi (action theory), yang dipelopori oleh Max Weber. Teori ini dikemukakan oleh beberapa ahli seperti John Dewey, Chales Horton Cooley, George Herbert Mead dan Herbert Blumer. Namun, secara mendalam, teori interaksionisme simbolik dikemukakan oleh George Herbert Mead, filsuf, sosiolog dan psikolog di Universitas Chicago.
Berikut beberapa konsep interaksionisme simbolik yang diperkenalkan oleh beberapa ahli.
1. John Dewey
John Dewey, seorang pemikir ayng melihat etika dan ilu, teori dan praktik, berpikir dan bentindak menjadi dua hal yang selalu menyatu dan tidak dapat terpisahkan satu sama lainnya. Bagi Dewey, pikiran manusia tidak hanya berperan sebagai instrument, tetapi menjadi bagian dari sikap manusia.
Prinsip ini bersumber dari pemikiran bahwa pikiran manusia bukan saling menyalin, tetapi sebagai hasil dari manusia itu sendiri. Pikiran dan manusia saling bertautan, tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Adapun interaksi antarmanusia terjadi karena mereka berpikir.
Manusia sendiri terlibat secara aktif dalam proses pengenalan yang menghasilkan citra manusia. Citra yang dibentuk sifatnya dinamis atau dapat berubah, kreatif, dan penuh dengan harapan atau optimistik.
2. Chales Horton Cooley
Cooley memandang hidup manusia secara sosial ditentukan oleh bahasa, pendidikan, dan interaksionisme. Setiap manusia harus dipandang sebagai keseluruhan organis, yang mana individu menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat. Relasi yang terbentuk merupakan tanggapan dari sikap atau tindakan masing-masing individu.
Cooley juga mengembangkan teori mengenai diri (self). Baginya, diri merupakan produk dari interaksionisme. Diri dari setiap individu akan memantulkan apa yang dirasakan sebagai tanggapan masyarakat (orang lain) kepadanya.
Adapun tahap-tahap pemantulan diri, di antaranya sebagai berikut.
- Seseorang membayangkan bagaimana perilaku atau tindakannya yang akan tampak di mata orang lain.
- Seseorang membayangkan bagaimana orang lain akan menilai tindakan atau perilaku tersebut.
- Seseorang membangun konsepsi mengenai diri sendiri berdasarkan penilaian dari orang lain terhadap dirinya.
Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa diri seseorang tidak dapat terlepas dari orang lain. Mereka saling melengkapi. Jika pandangan orang lain baik mengenai diri kita maka diri kita akan berkembang dengan baik pula begitu pun sebaliknya. Jika diri kita dinilai buruk maka akan membawa dampak buruk bagi diri sendiri.
3. George Herbert Mead
Teori interaksionisme sosial yang dikemukakan oleh George Herbert Mead dipengaruhi oleh teori evolusi Darwin. Teori tersebut menganggap bahwa organisme hidup secara berkelanjutan sehingga organisme itu akan mengalami perubahan secara terus menerus.
Dengan dasar pemikiran tersebut, Mead melihat pikiran manusia sebagai sesuatu yang muncul dalam proses evolusi secara ilmian. Proses evolusi tersebut memungkinkan manusia menyesuaikan diri secara alamiah pada lingkungan yang menjadi tempat tinggalnya.
Bagi Mead, pikiran (mind) menjadi bagian fenomena sosial, pikiran bukanlah proses percakapan seseorang dengan dirinya sendiri. Pikiran muncul dan berkembang dipengaruhi oleh proses sosial. Proses sosial mendahului pikiran dan proses sosial bukan menjadi produk pikiran.
Mead juga mengungkapkan bahwa pikiran memiliki kemampuan untuk memunculkan tidak hanya satu respon dari diri sendiri, tetapi juga terdapat respon komunitas secara keseluruhan. Hal tersebut mengindikasikan adanya keterhubungan antara pikiran dengan respon terhadap organisasi tertentu.
Selain diri, Mead juga mengungkapkan mengenai teori diri (self). Baginya diri merupakan kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai objek dan di lain pihak sebagai subjek. Dalam relasi sosial, diri memegang peran sebagai objek dan subjek.
Ia akan muncul dan berkembang ketika terjadi komunikasi sosial atau komunikasi antarmanusia. Bayi yang baru lahir belum memiliki diri karena diri dapat terbentuk dari aktivitas dan hubungan sosial. Diri juga berhubungan secara dialektis dengan pikiran.
Mead juga mengemukakan pendapat mengena masyarakat (society) bahwa proses sosial tidak ada hentinya, yang mendahului pikiran dan diri. Masyarakat menjadi sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan pikiran dan diri. Masyarakat menjadi kumpulan tanggapan yang terorganisisr sehingga berpengaruh pada pembentukan diri.
4. Herbert Blumer
Pemikiran Blumer mengenai interaksionisme sosial dipengaruhi oleh Mead. Gagasan-gagasan yang menjadi premis atau dasar untuk menarik kesimpulan menurut Blumer sebagai berikut.
- Manusia bertindak atas sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.
- Makna itu diperoleh dari interaksionisme sosial yang dilakukan dengan orang lain.
- Makna-makna tersebut disempurnakan dalam interaksionisme sosial yang sedang berlangsung.
Menurut Blumer, masyarakat tidak berdiri secara statis, stagnan, dan semata-mata didasari oleh struktur makro. Esensi masyarakat harus ditemukan dalam diri manusia dan tindakannya. Adapun kehidupan masyarakat terdiri dari tindakan mereka sendiri,
Masyarakat menjadi sekelompon orang yang melakukan tindakan dan aktivitas kompleks secara terus menerus. Tindakan yang dilakukan oleh individu tidak hanya hanya berdampak bagi dirinya, tetapi juga menjadi bagian tindakan bersama yang disebut dengan tindakan sosial.
Konsep dan Asumsi Penting Interaksi Simbolik
Interaksi simbolik terdiri dari tiga konsep penting, di antaranya sebagai berikut.
1. Pikiran (Mind)
Pikiran merupakan kemampuan untuk menggunakan simbol yang memiliki kesamaan makna sosial. Oleh sebab itu, setiap individu harus mengembangkan pikiran melalui interaksi dengan individu lainnya.
2. Diri (Self)
Diri merupakan kemampuan untuk merefleksikan diri dari setiap individu melalui penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain. Teori interaksi simbolik ini menjadi salah satu cabang teori sosiologi yang mengemukakan mengenai diri sendiri dan dunia luarnya.
3. Masyarakat (Society)
Masyarakat merupakan jejaring hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, serta dikonstruksikan oleh setiap individu di tengah masyarakat. Setiap individu tersebut terlibat aktif dalam perilaku yang dipilih. Ia melakukannya secara sukarela. Kemudian, pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakat.
Selain tiga hal penting di atas, interaksi simbolik juga memiliki tujuh asumsi penting. Asumsi tersebut dikemukakan dalam buku Introducing Communication Theory: Analysis and Application karya Richard West dan Lynn H. Turner pada 2007. Berikut ketujuh asumsi tersebut.
- Manusia bertindak atau memperlakukan orang lain berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada dirinya.
- Makna diciptakan dalam interaksi antarmanusia.
- Makna dimodifikasi melalui proses interpretative.
- Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain.
- Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku.
- Orang serta kelompok-kelompok dipengaruhi oleh budaya dan sosial.
- Struktur sosial diciptakan melalui interaksi sosial.
- Grand Teori
- Harmoni
- Teori Agenda Setting
- Teori Apungan Benua
- Pengertian dan Teori Atom Rutherford
- Teori Asal-Usul Kehidupan
- Teori Ausubel
- Teori Auguste Comte
- Teori Abiogenesis
- Teori Behaviorisme
- Teori Belajar Sibernatik
- Teori Bloom
- Teori Bruner
- Teori Biogenesis
- Teori Bilangan
- Teori Bumi Datar
- Teori Efektivitas
- Teori Ekonomi Makro
- Teori Ekonomi Klasik
- Teori Emile Durkheim
- Teori Gagne
- Teori Inti Ganda
- Teori Interaksi Simbolik
- Teori Ketergantungan
- Teori Keadilan
- Teori Keagenan
- Teori Konspirasi
- Teori Kedaulatan Tuhan
- Teori Konflik
- Teori Komunikasi Massa
- Teori Kutub Pertumbuhan
- Teori Lock and Key
- Teori Nebula
- Teori Neo Klasik
- Teori Nusantara
- Teori Mesin Waktu
- Teori Kuantum
- Teori Lempeng Tektonik
- Teori Masuknya Islam ke Indonesia
- Teori Pasang Surut
- Teori Pertukaran Sosial
- Teori Pembangunan
- Teori Pengambilan Keputusan
- Teori Piaget
- Teori Pertumbuhan Ekonomi
- Teori Relativisme Kultural HAM
- Teori Semiotika
- Teori Siklus
- Teori Titik Henti
- Teori Tumbukan
- Paradigma
- Teori Used and Gratification