Geografi Teori

Teori Apungan Benua: Pengertian, Bukti, Penolakan, dan Dampak

Written by Fiska

Bumi terdiri dari daratan dan lautan. Namun, komposisinya lebih banyak laut daripada daratan. Kurang lebih 72% permukaan bumi terdiri dari lautan yang menampung sekitar 96,5% dari seluruh air di bumi.

Adapun, daratan di bumi terbagi menjadi beberapa benua. Yang mana benua-benua tersebut juga terdiri dari negara dengan latar belakang budaya, politik, dan ekonomi yang berbeda. benua sendiri terbagi menjadi tujuh.

Benua tidak terbentuk begitu saja, ada beragam faktor yang mempengaruhi. Berikut akan dibahas mengenai pengertian benua sampai pada teori apungan benua.

Pengertian Benua

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), benua diartikan sebagai bagian bumi berupa tanah atau daratan yang sangat luas sehingga bagian tengah benua itu tidak mendapat pengaruh langsung dari angin laut (seperti Eropa, Australia, Amerika, Afrika, dan Asia); negeri;kerajaan.

Selaras dengan pengertian tersebut, dalam laman id.wikipedia.org dijelaskan bahwa benua atau kontinen merupakan beberapa daratan yang memiliki wilayah yang sangat luas di permukaan bumi. Pengklasifikasian benua didasarkan pada konvensi (kesepakatan) dibandingkan dengan standar buku.

Secara umum, benua dipahami sebagai kumpulan wilayah daratan yang saling terhubung menjadi wilayah daratan yang luas, idealnya dipisahkan oleh wilayah air yang sangat luas. Namun, tidak semua benua terpisahkan oleh lautan. Seperti Asia dan Eropa yang dihubungkan dengan perbatasan daratan yang luasnya bermil-mil.

Ketika suatu wilayah tidak memenuhi kriteria luas sebuah benua maka akan dikategorikan sebagai pulau. Adapun patokan luas wilayah benua paling kecil adalah benua Australia. Oleh sebab itu, definisi benua belum menemukan kepastian atau dasar yang tepat.

Namun, ada beberapa faktor yang dapat dijadikan patokan pengelompokkan seperti wilayah lemppeng tektonik, flora dan fauna endemik, kebudayaan setempat, dan kepercayaan warga setempat atas status wilayah yang mereka tempati sebagai benua untuk menyatakan suatu daratan dapat dikelompokkan sebagai benua.

Benua dibagi menjadi tujuh wilayah dari yang berukuran paling besar sampai pada paling kecil. Di antaranya Asia, Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Antartika, Eropa, dan Australia.

Dalam ilmu geologi, benua terdirii dari kerak benua yang ditemukan pada lempeng benua yang juga terdiri dari fragmen benua. Misalnya Madagaskar yang biasanya tidak dianggap benua. Beberapa benua geologis merupakan daerah yang tenggelam di bawah air laut seperti Selandia.pembagian daratan menjadi beberapa benua hanya ada di bumi.

Geologi Umum Bagian Kedua

https://www.gramedia.com/products/88-trik-blog-dan-website-terjitu?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Pengelompokkan Benua-Benua di Dunia

Benua-benua di dunia dibagi menjadi tujuh benua sebagai berikut.

1. Benua Asia

Benua Asia merupakan benua terbesar dan terpadat di dunia. Ia memiliki luas wilayah sebesar 44.579.00 km2. Adapun jumlah penduduknya mencapai 4.5 milyar. Ia terdiri dari 48 negara yang terbagi menjadi lima region. Di antaranya Asia Barat, Asia Tengah, Asia Timur, Asia Selatan, dan Asia Tenggara.

Tidak hanya itu, benua Asia juga dikenal sebagai benua kuning. Hal ini disebabpak oleh sebagian besar ras yang menghuni benua Asia adalah ras mongoloid yang memiliki warna kulit kuning.

2. Benua Afrika

Benua Afrika memiliki luas sebesar 30.370.000 km2. Luas wilayah benua Asia dengan Afrika tidak begitu jauh berbeda. Namun, dari segi populasi jauh berbeda. Benua Afrika dihuni oleh kurang lebih 1.2 milyar jiwa.

Afrika terdiri dari 54 negara yang terbagi ke dalam lima bagian, yakni Afrika Utara, Afrika Barat, Afrika Tengah, Afrika Timur, dan Afrika Selatan. Menurut data dari Worldatlas, benua Afrika menjadi benua dengan penduduk multibahasa paling banyak di dunia,

3. Benua Amerika Utara

Benua Amerika Utara memiliki luas wilayah sebesar 24.709.000 km2 dengan jumlah populasi kurang lebih 579 juta jiwa. Dari segi luas wilayah, benua Amerika Utara menempati urutan ketiga sebagai benua paling luas.

Sementara itu, benua Amerika Utara menjadi benua terpadat keempat dilihat dari jumlah populasi. Amerika Utara terdiri dari 23 negara dan dibagi menjadi tiga bagian—menurut skema geografi dari PBB. Wilayah-wilayah tersebut di antaranya Amerika Utara, Amerika Tengah, dan Karibia.

4. Benua Amerika Selatan

Amerika Selatan menduduku peringkat keempat sebagai benua terbesar di dunia dengan luas wilayah sebesar 17.840.000 km2. Sementara itu, untuk jumlah populasi menjadi peringkat ketiga benua terpadat dengan jumlah populasi lebih dari 423 juta jiwa.

Benua Amerika Selatan terdiri dari 12 Negara. Di antaranya Argentina, Bolivia, Brazil, Chile, Colombia, Ekuador, Guyana, Peru, Paraguay, Suriname, Uruguay, dan Venezuela.

5. Benua Antartika

Benua Antartika menjadi benua yang tidak memiliki penduduk permanen dan negara di dalamnya. Benua ini memiliki luas wilayah sebesar 14.200.000 km2. Ia menjadi wilayah paling dingin dan berangin di dunia.

Meski tidak memiliki penduduk permanen, tetapi ada beberapa stasiun penelitian yang berdiri di benua Antartika. Oleh sebab itu, pada waktu-waktu tertebtu, Antartika tetap berpenghuni. Terutama pada musim liburan. Antartika menjadi salah satu destinasi wisata bagi beberapa kalangan.

6. Benua Eropa

Benua Eropa menjadi benua yang menduduki urutan ketiga sebagai benua paling padat di dunia. Ia memiliki populasi sebanyak 746 juta jiwa. Dengan luas wilayah sebesar 10.180.00 km2. Ia menduduki peringkat keenam sebagai benua paling luas di dunia.

7. Benua Australia

Benua Australia disebut juga dengan Osenasia. Ia menjadi benua terkecil di dunia dengan luas wilayah hanya sebesar 8.525/989 km+2. Sementara populasi penduduknya mencapai 42.5 juta jiwa.

Benua Australia terdiri dari 14 negara. Secara tradisional, Australia Osenasia terbagi menjadi empat region di antaranya Australasia (Australia dan Selandia Baru), Melanesia, Micronesia, dan Polinesia.

Pengertian dan Sejarah Teori Apungan Benua

Teori apungan benua (continental drift theory) dikemukakan oleh seorang ilmuwan bernama Alfred Wegener pada tahun 1912. Pendapat ini dituangkan pada buku berjudul The Origin of Continents and Oceans.

Dalam buku tersebut dipaparkan bahwa daratan benua yang melintasi bumi dengan cara “menghanyut”. Yang mengartikan gerakan ini sebagai proses pergeseran benua. Alfred Wegener, seorang astronom dengan menggunakan pendekatan ilmu botani, biologi, dan geologi berusaha menjelaskan awal mula permukaan bumi.

Ia meyakini bahwa bumi di masa lampau hanya terdiri dari super benua yang disebut dengan Pangea. Istilah Pangea sendiri berasal dari bahasa Yunani Kuno yang berbarti seluruh bumi.

Melansir dari laman idntimes.com, Wegener berpendapat bahwa Pangea ada sekitar kurang lebih 240 juta tahun yang lalu atau pada akhir periode Trias. Daratan besar ini mulai terfragmentasi 200 juta tahun lalu. Jutaaan tahun berikutnya, Pangea terus terbagi menjadi potongan-potongan benua yang saling menjauh.

Pisahan benua yang bergerak ke arah barat dari Amerika membuka Samudra Atlantik. Sementara itu, blok India “menghanyut” melintasi Khatulistiwa dan berhimpitan dengan Asia. Potongan inilah yang menjadi asal muasal pengelompokkan 7 benua yang ada saat ini.

Sebagai penguat teori ini, Wegener memberikan sejumlah bukti. Salah satunya mengenai bagaimana potongan benua yang ada dapat disatukan seperti puzzle. Hal tersebut disebabkan karena bentuk benua.

Terlebih yang menunjukkan landas kontinen memiliki kesamaan pada satu bagian dengan bagian lainnya. Misalnya hubungan yang paling mudah diidentifikasi adalah Amerika Selatan bagian timur dengan teluk Afrika.

Teori apungan benua berawal dari observasi Abraham Ortelius (1596), Christoph Lilienthal (1756), Alexander von Humboldt (1801 dan 1845), Antonio Snider – Pellegrini (1858) dan beberapa ilmuwan lainnya.

Mereka menemukan fakta bahwa benua Afrika dan Amerika Serikat sangat mirip seperti sebuah puzzle. Sehingga, memunculkan spekulasi bahwa kedua benua tersebut awalnya tergabung. Namun, terpecah karena adanya gempa bumi atau bencana alam lainnya.

Kemudian, pandangan ini diteruskan oleh Alfred Russel Wallace pada tahun 1889. Ia berpendapat bahwa permukaan bumi memang sangat dinamis dan selalu berubah seiring dengan berjalannya waktu.

Hal tersebut selaras dengan pendapat dari Charles Lyell yang mengatakan bahwa meskipun benua-benua terlihat statis. Namun, pada zaman geologi yang panjang, mereka mampu beribah seiring dengan waktu.

Namun, pendapat tersebut ditentang oleh James Dwight Dana yang pada tahun 1849. Ia berpendapat bahwa benua-benua yang ada di dunia ini telah ditetapkan dari awal. Tidak ada perubahan-perubahan besar di dunia, hanya perubahan kecil.

Perubahan-perubahan tersebut hanya sebatas perubahan kecil berupa sedimentasi dan erosi, tidak ada pergeseran dunia. Teori ini disebut dengan permanence theory. James Dwight Dana merupakan seorang ilmuwah besar di dunia geologi dan mineralogy Amerika Serikat.

Tentu pendapatnya berhasil membuat orang-orang meragukan pandangan-pandangan yang menyatakan bahwa benua-benua dapat bergerak.

Kamus Istilah Geografi

https://www.gramedia.com/products/88-trik-blog-dan-website-terjitu?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Bukti Teori Apungan Benua

Melansir dari idntimes.com, untuk memperkuat teori, Alfred Wegener memberikan sejumlah bukti teori apungan benua sebagai berikut.

1. Kesamaan Fosil Hewan dan Tumbuhan

Kesamaan fosil ditemukan bahkan di benua yang berbeda. Wegener memperkuat argumennya dengan pendapat bahwa organisme tidak akan mampu melakukan perjalanan melintasi lautan bahkan samudra.

Sebagai contoh fosil mesosaurus, reptil purba yang hanya ditemukan di Afrika bagian Selatan dan Amerika Selatan. Mesosaurus merupakan hewan reptil air tawar yang hidup kurang lebih 260 juta tahun lalu. Panjang tubuhnya hanya 1 meter. Ia tidak bisa berenang di Samudra Atlantik.

Kehadiran mesosaurus menunjukkan adanya habitat tunggal yang berlokasi di air tawar seperti danau, sungai, dan rawa. Tidak hanya hewan, fosil tumbuhan yang ditemukan di Kepulauan Arktik, Svalbard, Norwegia juga menjadi bukti bahwa daerah dingin ini pernah beriklim tropis.

Fosil tumbuhan yang ditemukan tidak termasuk dalam jenis tumbuhan hidup dengan suhu dingin. Adapun, Wegener meyakini fosil-fosil ini menjadi bagian tumbuhan tropis dan berasal dari lingkungan yang jauh lebih hangat dan lembab.

2. Kesamaan Struktur, Jenis, dan Usia Batuan

Kesungguhan Wegener terhadap pembuktian teorinya, membuatnya mempelajari stratigrafi berbagai batuan dan pegunungan. Hasilnya, pantai timur Amerika Selatan dan pantai barat Afrika seolah menyatu bagaikan potongan puzzle.

Tidak hanya dilihat dari segi bentuk, Wegener juga menemukan lapisan batuan di kedua tempat tersebut memiliki kesamaan. Termasuk adanya endapan laut berusia Jurrasic (sekitar 199.6 juta sampai 145.5 juta tahun) yang ada di sepanjang garis pantai Atlantik menunjukkan bahwa tidak ada lautan sebelum masa tersebut.

Selain Amerika Selatan dan Afrika, Wegener juga mengidentifikasi bahwa Pegunungan Appalachian di Amerika Serikat bagian timur memiliki kesamaan geologis dengan Pegunungan Celedonian di Skotlandia. Kesamaan ini terlihat dari jenis, usia, dan struktur susunan batuan.

Tidak hanya itu, kini ditemukan alur dan endapan batu yang terbentuk oleh gletser kuno di berbagai benua dengan lokasi dekat khatulistiwa. Menurut Wegener, gletser yang kini hanya bisa dijumpai di kutub, dahulunya terbentuk di tengah lautan dan/atau menutupi sebagian besar bumi. Wegener berpendapat bahwa gletser berpusat di daratan dekat Kutub Selatan sebelum benua-benua bergerak ke posisinya sekarang.

Penolakan dan Dampak Teori Apungan Benua

Teori yang dikemukakan oleh Wegener mendapat banyak kritikan dari para ilmuwan lainnya. salah satunya melalui pertanyaan “bagaimana mekanisme fragmentasi benua, mengapa potongan benua ‘hanyut’, serta pola apa yang mereka ikuti?”

Wegener menyebutkan bahwa kemungkinan penyebabnya, yakni rotasi bumi. perputaran bumi pada porosnya memicu Pangea terpecah dan potongan benua bergeser ke arah yang berjauhan. Pendapat tersebut dirasa kurang tepat sehingga tidak banyak yang setuju dengan teori pergerakan permukaan bumi ini.

Selain itu, bukti-bukti yang disodorkan Wegener kurang meyakinkan. Tidak hanya itu, pendapat Wegener diragukan kerena ia bukanlah seorang ahli geologi. Hal ini yang membuat banyak ilmuwan geologi dan geofisika menolak pendapat Wegener.

Ilmuwan lebih sepaham dengan pandangan Dana bahwa tidak terjadi pergerakan benua-benua di bumi yang disebut dengan permanence theory. Hal ini disebabkan oleh belum aditemukannya gaya pengegerak benua karena dianggap terlalu sulit dan berat. Pada masa itu juga belum ditemukan arus konveksi mantel yang dianggap sebagai penggerak lempeng tektonik.

Benua yang terus bergerak mempengaruhi bentuk muka bumi. Melansir dari laman insanpelajar.com, berikut dampak dari teori apungan benua.

  • Menciptakan pegunungan-pegunungan
  • Mempengaruhi luas laut dan samudera
  • Mempengaruhi iklim lokal

Seiring dengan pergerakan benua-benua di dunia, tidak jarang terjadi tabrakan sehingga menyebabkan terbentuknya pegunungan-pegunungan. Misalnya pegunungan Himalaya terjadi karena adanya tabrakan antara India dengan Eurasia, lebih tepatnya Tibet dan China.

Tidak hanya itu, benua yang terus bergerak membuat luas lautan dan samudera juga akan berubah-ubah seiring dengan pergerakan tersebut. ketika kedua benua saling bergerak mendekat maka samudra atau yang lautan di antara keduanya akan mengecil. Begitu sebaliknya.

Pergerakan benua ini juga berpengaruh pada iklim lokal yang ada di wilayah tersebut. hal itu disebabkan karena keberadaan laut dan daratan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan iklim dan cuaca.

Semakin banyak badan perairan maka suhu akan semakin stabil. Sedangkan, semakin banyak daratan di suatu lokasi maka suhu akan semakin tidak stabil. Daerah yang lebih banyak daratan seperti gurun Sahara dapat memiliki suhu yang sangat panas di siang hari, tetapi sangat dingin di malam hari.

Referensi Pintar Atlas Geografi Indonesia & Dunia

https://www.gramedia.com/products/88-trik-blog-dan-website-terjitu?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

 

About the author

Fiska

Saya Fiska Rahma Rianda dan saya suka dunia menulis dan membaca memang menjadi hobi yang ingin disalurkan melalui sastra. Saya juga senang mereview buku serta membaca buku-buku yang berkaitan dengan sebuah teori.

Kontak media sosial Linkedin saya Fiska Rahma