Pendidikan Teori

Teori Belajar Sibernatik: Pengertian, Kelebihan, dan Penerapan

Written by Gilang P

Sebagai manusia, kita akan terus belajar untuk terus dapat bertahan dari perputaran peradaban yang sangat cepat. Informasi demi informasi diterima oleh manusia untuk kemudian dipahami. Tidak jarang dalam belajar manusia akan menemukan cara atau gayanya sendiri ketika terus mempraktikkannya.

Salah satu teori belajar yang dapat dipelajari adalah teori belajar sibernetik. Teori ini dapat diadaptasi oleh guru atau orang tua untuk proses belajar anak-anaknya. Tentu teori ini akan membuat siswa lebih nyaman ketika belajar.

Istilah sibernetik dalam bahasa Inggris disebut dengan cybernetics berasal dari bahasa Yunani Kuno, yakni kybernetes yang berarti pilot, kemudi, gubernur, atau jurumudi. Kata tersebut memiliki akar kata yang sama dengan pemerintah.

Pada 1945, untuk pertama kalinya, istilah tersebut diterapkan dalam bahasa Inggris oleh Nobert Wiener, seorang ilmuan dari Massachussets Institute of technologi (MIT). Menurut Wiener, pengertian dari cybernetics adalah control and communication in animal and machine.

Secara sederhana dapat dipahami sebagai dahulu kemampuan kontrol atau jurumudi binatang dianggap menjadi salah satu teknologi yang paling mutakhir. Sehingga, sampai sekarang, istilah sibernatik digunakan sebagai istilah untuk mewakili sesuatu yang berkaitan dengan teknologi (cyber).

Selanjutnya, para ahli yang mengkaji bidang ini menganggap bahwa sibernatik dapat dikelompokkan sebagai sebuah ilmu tentang pemrosesan informasi, pengambilan keputusan, adaptasi, pembelajaran, serta organisasi yang terjadi pada individu, kelompok, negara, mesin, dan organisasi. Bukan hanya soal teknologi atau skecanggihan, tetapi juga menyangkot soal sistem yang berjalan di dalamnya.

Berikut akan dikupas mengenai teori pembelajaran berbasis teori sibernatik. Pemaparan di bawah ini dirangkum dari berbagai artikel jurnal dan artikel dari laman serupa.id

Konsep Teori Belajar Sibernatik

Teori sibernatik terdiri dari penyatuan antara teori dan praktik seperti pada laboratorium dan komputasi. Teori belajar sibernatik merupakan teori belajar yang menganggap bahwa komputasi tidak hanya bisa digunakan untuk mengolah data, presentasi, membuat database, dan alat komunikasi.

Tetapi juga, dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk memancing dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik untuk menciptakan dan membangun pengetahuan baru. Hal tersebut selaras dengan prinsip teori sibernatik, yang mana belajar merupakan pengolahan informasi.

Proses belajar memegang peranan penting. Namun, tidak kalah penting juga pengolahan sistem informasi. Dengan kata lain, sistem informasi dipandang sangat memegang peranan penting dalam memberikan kemudahan penyampaian materi pembelajaran yang akan disajikan kepada siswa.

Teori sibernatik juga dapat didefinisikan sebagai tidak ada satu proses belajar apapun yang ideal untuk semua situasi dan cocok untuk karakter siswa yang beragam. Hal ini disebabkan oleh cara belajar yang sangat ditentukan oleh sistem informasi.

Menurut teori belajar sibernatik, pembelajar menggunakan jenis-jenis memori yang berbeda selama belajar karena situasi yang dihadapi berbeda-beda. Adapun pengelolaan sistem pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernatik menuntut adanya pembelajaran yang memperhatikan kondisi internal dan kondisi eksternal.

Untuk mengetahui apa itu kondisi internal dan kondisi eksternal, Grameds dapat menyimak penjelasan berikut ini.

  1. Kondisi internal siswa memilii faktor pengaruh pada proses belajar berupa proses pengolahan informasi, kemampuan awal peserta didik, perhatian, motivasi, persepsi, lupa, retensi, dan transfer.
  2. Kondisi eksternal siswa sangat beroengaruh pada prose belajar dengan pengelolaan informasi di antaranya tujuan belajar, pemberian umpan balik, dan kondisi belajar.

Dasar-Dasar Dan Teori Pendidikan

https://www.gramedia.com/products/awas-internet-jahat-mengintai-anak-anda?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Proses Berpikir Sibernatik

Lev N. Landa, ahli psikolog beraliran sibernatik mengelompokkan proses berpikir menjadi dua, yakni proses berpikir algoritmik dan proses berpikir heuristik. Berikut penjelasan keduanya.

  1. Proses berpikir algoritmik merupakan proses berpikir sistematis, tahap demi tahap, konvergen, linear, dan lurus menuju satu target tujuan tertentu.
  2. Proses berpikir heuristik merupakan cara berpikir divergen, menuju ke beberapa target tujuan sekaligus. Memahami suatu konsep yang mengandung arti ganda dan penafsirannya menuntut seseorang untuk menggunakan cara berpikir heuristik.

Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran—yang diajarkan dengan toeri sibernatik disebut dengan sistem informasi—yang akan dipelajari atau masalah yang akan diselesaikan diketahui ciri-ciri atau karakteristiknya.

Materi pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan secara berurutan, teratur, sekuensial, dan linier. Sedangkan, beberapa materi pelajaran akan lebih tepat jika disajikan dalam bentuk terbuka dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk berpikir dan berimajinasi.

Tidak hanya Landa yang menganut aliran sibernatik, Pask dan Cott juga menganut teori tersebut. Menurut Pass dan Cott, ada dua macam cara berpikir dalam pembelajaran, yakni cara berpikir surealis dan menyeluruh.

Pendekatan surealis hampir serupa dengan pendekatan algoritmik. Namun, keduanya sebenanrnya memiliki perbedaan. Cara berpikir menyeluruh merupakan berpikir yang cenderung melompat ke depan dan lansung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi.

Sebagai penganut sibernetik, Pask dan Cott memiliki pandangan yang sedikit berbeda. Bagi mereka, proses belajar bergantung pada strategi yang digunakan oleh peserta didik. Tujuan belajar dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian yang lebih kecil sehingga peserta didik dapat fokus.

Secara sederhana, teori sibernetik dapat dikatakan sebagai teori belajar yang menekankan pada penyimpanan informasi. Dalam penyampaian informasi, interaksi antara pendidik dan peserta didik harus diperhatikan. Sehingga, pemahaman mengenai informasi yang disampaikan dapat diterima, diproses, dan disimpan dengan baik di memori peserta didik.

Pemrosesan Informasi dalam Teori Belajar Sibernatik

Menurut Anwar, pemrosesan informasi didasarkan pada cara-cara orang menangani rangsangan dari lingkungan, melihat masalah, mengorganisasi data, mengembangkan konsep, dan memecahkan masalah dengan cara menafsirkan atau menggunakan lambang/simbol baik verbal maupun nonverbal.

Pemrosesan informasi ini berkaitan dengan cara seseorang untuk menelaah informasi di lingkungannya dan memahami pengalaman tersebut. tokoh yang mengembangkan pembelajaran berbasis pendekatan yang berorientasi pada pemrosesan informasi di antaranya Gagne dan Berline, Biehler, Snowman, Baine, dan Tennyson.

Setidaknya ada tiga asumsi yang dijadikan rujukan dari teori pemrosesan informasi. Berikut rinciannya.

  • Antara stimulus dan respons berpijak pada asumsi, yaitu pemrosesan informasi ketika pada masing-masing tahap dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
  • Stimulus yang diproses melalui tahap-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk ataupun isinya.
  • Salah satu tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.

Dari ketiga asumsi maka dikembangkan komponen struktur dan pengatur alur pemrosesan infromasi. Dasar pemilihannya, yakni perbedaan fungsi, kapasitas bentuk informasi dan proses terjadinya lupa. Ketiga kompoen tersebut terdiri dari sensory memory, working memory dan short term memory, long term memory.

Berikut penjelasan ketiga komponen tersebut.

1. Sensory Memory atau Sensory Register

Sensory memory atau sensory register (SM/SR) merupakan sel yang menjadi tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Sensory memory menerima informasi atau stimulus dari lingkungan dapat berupa sinar, bau, panas, warna, suara, dan sebagainya secara terus menerus melalui alat-alat penerima (receptors).

Receptors biasanya disebut dengan alat-alat indra yang menjadi bagian dari mekanisme tubuh untu melihat, merasakan, mendengar, meraba, membau, dan perasaan. Informasi-informasi yang diterima akan disimpan dalam sensori memory untuk waktu yang singkat sehingga akan mudah terganggu dan berganti.

2. Working Memory dan Short Term Memory

Working memory merupakan bagian dari memori manusia yang mampu menangkap informasi melalui perhatian oleh individu. Kemudian menyimpannya menjadi pikiran-pikiran. Informasi yang diterima oleh seseorang dan mendapat perhatian akan dikirimkan ke dalam sistem short term memory (STM).

Informasi yang masuk ke dalam STM berasal dari sensory memory dan mungkin juga didapatkan melalui komponen dasar ketiga sistem memori. Salah satu cara untuk menjaga ingatan mengenai informasi dalam short term memory dengan mengulang melalui proses latihan.

Tanpa diulang dan dilatihkan, besar kemungkinan informasi akan hilang. Apalagi jika individu telah mendapatlan informasi yang lebih baru dan lebih kuat.

3. Long Term Memory

Long term memory (LTM) yang dimiliki individu merupakan pengetahuan dengan kapasitas tidak terbatas. Sekali informasi disimpan di dalam long term memory maka tidak akan permah terhapus atau hilang.

Ketika seseorang lupa maka hal itu disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan yang memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Artinya jika informasi ditata dengan baik maka akan memudahkan proses penelusuran dan pemunculan kembali informasi yang diperlukan.

Kelebihan Pembelajaran Sibernatik

Melansir dari laman serupa,id, berikut kelebihan dari teori belajar sibernatik yang diungkapkan oleh Husamah dan Pantiwati.

  • Cara berpikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
  • Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.
  • Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.
  • Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai.
  • Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
  • Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu.
  • Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan

Teori Manajemen Pendidikan

https://www.gramedia.com/products/awas-internet-jahat-mengintai-anak-anda?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Penerapan Teori Sibernatik

Orang tua atau guru dapat menerapkan teori belajar sibernatik kepada anak atau peserta didik. Berikut beberapa langkah yang dapat dijadikan acuan dalam penerapan teori belajar sibernatik yang dirangkum dari laman serupa.id.

  1. Menentukan tujuan instruksional.
  2. Menentukan materi pelajaran.
  3. Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi yang akan disampaikan
  4. Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan informasi (algoritmik/heuristik).
  5. Menyusun materi dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya.
  6. Menyajikan materi dan membimbing peserta didik belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan pelajaran (sistem informasi).

Tinjauan Ontologi Manajemen Pembelajaran Berbasis Teori Sibernatik

Hakikat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernatik merupakan usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi.

Adapun proses pengolahan inrmasi menjadi sebuah pendekatan dalam belajar yang mengutamakan fungsi memory. Dari proses pengolahan informasi maka akan dapat menentukan perubahan perilaku atau hasil belajar siswa.

Pada prinsipnya teori belajar sibernatik merupakan perkembangan dari teori belajar kognitif. Yang mana menekankan pada peristiwa belahar sebagai proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan terjadinya perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu.

Model proses pengolahan informasi melihat memori manusia serupa dengan komputer yang mengambil dan mendapatkan informasi, mengelola, dan mengubahnya dalam bentuk dan isi. Kemudian menyimpannya dan menampilkan kembali informasi pada waktu-waktu dibutuhkan.

Adapun aktivitas memproses informasi meliputi beberapa tahap berikut ini.

  • Mengumpulkan dan menghadirkan informasi (encoding).
  • Menyimpan informasi (storage)
  • Mendapatkan informasi dan menggali informasi kembali dari ingatan pada saat dibutuhkan (retrieval).

Ingatan sendiri terdiri dari struktur informasi yang terorganisir. Juga terdapat proses penelusuran yang bergerak secara hirarkis dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling umum dan rinci sampai ke informasi yang ingin diperoleh.

Tinjauan Epistemologis Manajemen Pembelajaran Berbasis Teori Sibernatik

Woolfolk merumuskan skema tentang model pemrosesan informasi (information processing model) sebagai berikut.

Cara belajar berdasarkan teori sibernatik ditentukan oleh sistem informasi. Oleh karena itu, tidak ada satu pun proses belajar yang ideal untuk segala situasi. Serta cocok untuk semua peserta didik.

Komponen pemrosesan informasi berdasarkan perbedaan fungsi kapasitas dikelompokkan menjadi tiga, yakni sensory memory, working memory dan short term memory, long term memory. Ketiganya telah dijelaskan dalam subjudul “Pemrosesan Informasi dalam Teori Belajar Sibernatik”.

Tinjauan Aksiologi Manajemen Pembelajaran Berbasis Teori Sibernatik

Woolfolk memberikan alternatif mengenai tindakan pendidik untuk mengelola pembelajaran yang baik. Yakni dengan menempatkan peran penting elaborasi (elaboration), organisasi (organization), dan konteks (context) untuk mengintegrasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah ada dalam memori.

Elaborasi sendiri dipahami sebagai cara penambahan makna baru terhadap informasi baru dengan cara menghubungkan antara pengetahuan yang sudah ada atau yang telah dimiliki. Sehingga, peserta didik akan membangun sebuah pemahaman terhadap informasi baru atau mungkin proses mengubah pengetahuan yang telah ada.

Elaborasi dijadikan sebuah bentuk pengulangan, yang dapat menjaga keaktifan kerja memori jangka panjang. Sehhingga, harapannya akan cukup memungkinkan untuk penyimpanan permanen dalam long term memory (LTM).

Menurut Gagne dan Briggs memori kerja manusia memiliki kapasitas yang terbatas. Oleh sebab itu, untuk mengurangi muatan memori kerja, manusia harus memperhatikan kapabilitas belajar, peristiwa belajar, dan pengorganisasian atau urutan pembelajaran.

Belajar bukan sesuatu yang bersifat alamiah, tetapi terjadi dengan kondisi-kondisi tertentu, yakni kondisi internal dan kondisi eksternal. Selaras dengan hal tersebut, maka pengelolaan pembelajaran teori belajar sibernatik menuntut pembelajan agar diorganisir dengan tepat dengan memperhatikan kondisi internal dan eksternal.

Kondisi internal peserta didik harus diperhatikan karena berpengaruh pada proses pengolahan informasi. Namun, ada beberapa hal yang tidak kalah penting untuk diperhatikan dalam pengelolaan pembelajaran sebagai berikut.

1. Kemampuan Awal Peserta Didik

Kemampuan awal peserta didik dipahami sebagai pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki oleh peserta didik sebagai prasyarat sebelum mengikuti pembelejaran. Kemampuan awal peserta didik dapat dilihat melalui tes awal, interview, atau cara-cara sederhana lainnnya seperti memberikan beberapa pertanyaan.

2. Perhatian

Perhatian menjadi salah satu strategi kognitif untuk menerima dan memilih stimulus yang relevan untuk diproses lebih lanjut di antara sekian stimulus yang datang dari luar. Perhatian mampu membuat peserta didik menjadi fokus pada tugas yang diberikan, melihat permasalahan, memilih, dan memberikan fokus yang baik sehingga mampu menyelesaikan tugas dan mengabaikan hal-hal lain yang tidak relevan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian dari sisi internal berupa kelelahan, minat, dan karakteristik pribadi. Sedangkan, faktor eksternal berupa intensitas stimulus, keragaman stimulus, stimulus baru, gerak, warna, dan penyajian stimulus secara berkala dan berulang-ulang.

3. Motivasi

Motivasi mengambil peran sebagai tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tigkah laku ke tujuan tertentu. Dalam proses belajar motivasi intrinsic lebih menguntungkan karena dapat bertahan lebih lama.

Kebutuhan berprestasi yang sifatnya intrinsik cenderung relatif stabil. Orientasinya lebih kepada tugas-tugas belajar yang memberikan tantangan. Pendidik yang dapat mengetahui kebutuhan peserta didik untuk berprestasi dapat memanipulasi motivasi dengan memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan peserta didik.

4. Persepsi

Persepsi merupakan proses yang bersifat kompleks yang mengakibatkan orang lain dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Persepsi dapat dijadikan sebagai tingkat awal struktur kogniti seseorang.

Adapun, untuk membentuk persepsi yang akurat tentang stimulus yang diterima serta mengembangkannya menjadi suatu kebiasaan yang perlu beberapa latihan yang disesuaikan dengan berbagai situasi. Persepsi seseorang akan menjadi lebih matang ketika dibarengi dengan banyaknya pengalaman yang dimiliki.

5. Ingatan

Ingatan merupakan suatu sistem aktif yang menerima, menyimpan, dan mengeluarkan kembali informasi yang telah diterima seseorang. Ingatan sangat selektif yang terdiri dari tiga tahap di antaranya ingatan sensorik, ingatan jangka panjang yang relatif permanen, dan ingatan jangka pendek.

Penyimpanan informasi dalam jangka panjang dilakukan dalam berbagai bentuk di antaranya melalui kejadian-kejadian khusus (episodic), gambaran (image), atau dalam bentuk verbal yang sifatnya abstrak. Daya ingat sangat menentukan hasil belajar yang diperoleh peserta didik.

6. Lupa

Lupa merupakan hilangnya informasi yang telah disimpan dalam ingatan jangka panjang. Seseorang dapat melupakan informasi yang diperoleh karena bebera sebab.

Di antaranya memang tidak ada informasi yang menarik perhatian, kurang adanya pengulangan atau tidak ada pengelompokkan informasi yang diperoleh, mengalami kesulitan dalam mencari kembali informasi yang telah disimpan, ingatan telah aus dimakan waktu atau rusak, ingatan tidak pernah dipakai, materi tidak dipelajari sampai benar-benar dikuasai, adanya gangguan dalam bentuk informasi lain yang menghambatnya untuk mengingat kembali.

7. Retensi

Retensi didefinisikan sebagai apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah seseorang mempelajari sesuatu—berkebalikan dengan lupa. Ada tiga faktor yang mempengaruhi adanya retensi di antaranya materi yang dipelajari pada permulaan (original learnig), belajar melebihi penguasaan (overlearning), dan pengulangan dengan interval waktu (spaced review).

8. Transfer

Transfer merupakan sutau proses yang pernah dipelajari dan memberikan pengaruh pada proses dalam mempelajari materi yang baru. Transfer belajar atau transfer latihan berarti aplikasi atau pemindahan pengetahuan, keterampilan, sikap, kebiasaan, atau respons-respons dari satu situasi ke situasi lainnya.

Manajemen Pendidikan: Teori, Kebijakan&Praktik

https://www.gramedia.com/products/awas-internet-jahat-mengintai-anak-anda?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

About the author

Gilang P

Saya menulis sekian banyak tulisan untuk menuangkan apa yang ada di pikiran–tentunya setelah diolah dan diracik sedemikian rupa agar menjadi menarik. Saya pikir, setiap orang bisa menulis tentang apa saja, selama mau belajar memahami.