in

Review Novel The Traveling Cat Chronicles

Novel The Traveling Cat Chronicles atau dalam Bahasa Jepang adalah Tabineko Ripouto ditulis oleh Hiro Arikawa, penulis wanita asal Jepang. Novel The Traveling Cat Chronicles pertama kali diterbitkan pada tahun 2012, dan pertama kali diterjemahkan ke dalam bahasa lain, yakni Bahasa Inggris pada tahun 2017. Novel ini menjadi novel pertama Hiro Arikawa yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.

Kisah The Traveling Cat Chronicles telah diadaptasi menjadi sebuah film yang telah dirilis pada tahun 2018 lalu. Novel The Traveling Cat Chronicles masuk ke dalam kisah slice of life, yang memiliki tokoh utama seekor kucing bernama Nana, dan pemiliknya yang bernama Satoru. Novel ini terbagi jadi beberapa bagian. Hiro Arikawa menggunakan beberapa sudut pandang dalam menuliskan cerita ini.

Terkadang, menggunakan sudut pandang Nana, si kucing. Terkadang juga menggunakan sudut pandang orang ketiga serba tahu untuk mengisahkan masa lalu Satoru dan tokoh-tokoh lain. Setiap bab dalam kisah ini akan fokus mengisahkan satu tokoh saja. Alur yang digunakan adalah alur maju dan mundur.

Novel ini mengisahkan tentang Nana si kucing yang sedang melakukan perjalanan. Nana tidak yakin ke mana dia pergi atau mengapa ia pergi, yang ia ketahui hanya perjalanan itu membuatnya bisa duduk di kursi depan sebuah van perak bersama pemilik tercintanya, Satoru.

Mereka berdua saling berdampingan untuk berlayar mengelilingi Jepang, melalui perubahan musim, dan mengunjungi teman-teman lama Satoru. Dalam perjalanan itu, ia bertemu dengan Yoshimine, seorang petani kasar dan tidak sentimental yang menganggap kucing seperti tikus. Lalu, ia bertemu juga dengan Sugi dan Chikako, pasangan berhati hangat yang menjalankan B&B ramah hewan peliharaan, dan Kousuke, suami sedih yang istrinya merupakan pecinta kucing baru, tapi baru saja meninggalkannya.

Bahkan ia juga bertemu dengan anjing yang sangat spesial, yang kemudian membuat Nana untuk menilai kembali rasa jijiknya terhadap spesies anjing. Namun, apa tujuan dari perjalanan ini? Dan mengapa semua orang begitu tertarik pada Nana? Nana tidak tahu dan Satoru tidak akan mengatakannya. Namun, ketika Nana akhirnya berhasil, hati kecilnya akan hancur.

 

Profil Hiro Arikawa – Penulis Novel The Traveling Cat Chronicles

Hiro Arikawa

Sumber foto: goodreads.com

Hiro Arikawa lahir di Prefektur Kouchi, pada tanggal 9 Juni 1972. Hiro Arikawa memulai karir kepenulisannya dengan menerbitkan karya yang berjudul “Shio no Machi”. Hiro Arikawa dikenal sebagai penulis yang telah menulis berbagai macam novel. Karya Hiro Arikawa juga banyak diadaptasi menjadi sebuah film atau drama.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Selain sebagai seorang penulis, Hiro Arikawa juga membentuk sebuah teater bernama Sky Rocket, yang ia oleh sendiri beberapa karyanya menjadi drama panggung. Hiro Arikawa sebagai seorang penulis telah diakui oleh masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilannya untuk memenangkan Penghargaan Novel Dengeki tahunan kesepuluh untuk penulis baru melalui karya pertamanya, Shio no Machi: Wish on My Precious pada tahun 2003. Buku debutannya tersebut akhirnya diterbitkan pada tahun berikutnya.

Novel pertama Hiro Arikawa Itu dipuji, karena mengangkat kisah cinta antara pahlawan wanita dan pahlawan yang dibagi berdasarkan usia dan status sosial, dan untuk penggambaran struktur militernya. Meskipun ia adalah seorang novelis ringan, buku-bukunya dari karya keduanya dan seterusnya telah diterbitkan sebagai hardback bersama lebih banyak karya sastra. Hiro Arikawa juga menerima perlakuan khusus dari penerbitnya, MediaWorks.

Novel Shio no Machi juga kemudian diterbitkan dalam hardback. Novel ringannya yang diterbitkan pada tahun 2006, yang berjudul Toshokan Sens (Perang Perpustakaan) dinobatkan sebagai Hon no Zasshi nomor satu untuk hiburan untuk paruh pertama tahun 2006, dan berada di urutan kelima di Honya Taish untuk tahun yang sama. Novel ringan ini mampu bersaing dengan novel biasa.

Hiro Arikawa juga pernag menulis tentang Pasukan Bela Diri Jepang (JSDF). Tiga novel pertamanya membahas tentang tiga cabangnya dikenal sebagai Jieitai Sanbusaku (Trilogi SDF). Hiro Arikawa juga pernah menulis tentang Pasukan Perpustakaan fiksi dalam seri Toshokan Sens. Raintree no Kuni, yang pertama kali muncul sebagai buku dalam sebuah buku di Toshokan Nairan kemudian diterbitkan oleh Arikawa sebagai spin-off dengan penerbit lain.

Novel ini berhasil diadaptasi menjadi film berjudul World of Delight yang berhasil dirilis pada 21 November 2015. Novelnya yang berjudul Shokubutsu Zukan juga berhasil diadaptasi menjadi sebuah film yang berjudul Shokubutsu Zukan: Unmei no Koi, Hiroimashita (Evergreen Love), yang resmi dirilis pada 4 Juni 2016. Selain itu, dua novelnya yang lain, yaitu Freeter, Ie wo Kau dan Hanky? Densha masing-masing diadaptasi dalam film atau serial TV pada tahun 2010 dan 2011.

Sejumlah karya yang ditulis Hiro Arikawa, yaitu The SDF Trilogy series Shio no Machi: Wish on My Precious, Sora no Naka, dan Umi no Soko. The Library War series: Toshokan Sens? (The Library War), Toshokan Nairan (The Library Infighting), Toshokan Kiki (The Library Crisis), dan Toshokan Kakumei (The Library Revolution). Raintree no Kuni, Sweet Blue Age, Hanky? Densha, Shokubutsu Zukan, Freeter, Ie wo Kau, Soratobu K?h?shitsu, dan The Travelling Cat Chronicles.

Sinopsis Novel The Traveling Cat Chronicles

 

Novel The Traveling Cat Chronicles menceritakan tentang persahabatan sejati dan mengharukan antara seorang manusia bernama Satoru, yang menjadi majikan dari seekor kucing bernama Nana. Novel ini terdiri dari beberapa bagian, yakni kisah Nana dan Satoru, juga kisah masa lalu Satoru bersama teman-temannya di masa sekolah. Nana merupakan seekor kucing liar yang diadopsi oleh seorang pria lajang bernama Satoru. Melihat dari bentuk ekor si kucing yang unik, Satoru akhirnya memutuskan untuk memberi nama kucing itu ‘Nana’, yang berarti tujuh dalam bahasa Jepang dan menjadi sebuah lambang keberuntungan.

Kisah ini dimulai saat Satoru mengatakan kepada Nana bahwa ia sudah tak bisa lagi merawat Nana. Nana tidak mengetahui alasan pasti mengapa Satoru tega mengatakan hal itu. Satoru tidak lantas menelantarkan Nana. Ia sangat ingin seseorang yang bisa merawat Nana dengan penuh cinta dan ketulusan.

Maka itu, Satoru akhirnya memikirkan sebuah solusi, yakni mengirim banyak email kepada teman-teman baiknya yang ia kenal sejak masa sekolah dulu, untuk menawarkan mereka, agar merawat kucingnya, Nana. Satoru dan Nana kemudian memulai perjalanannya mengelilingi Jepang untuk mengunjungi setiap rumah teman-teman Satoru. Mereka mengelilingi Jepang menggunakan mobil van berwarna perak yang sudah menjadi mobil kesukaan Nana sejak ia masih menjadi kucing liar.

Nana tidak mengetahui maksud dari perjalanan itu. Namun, ia tetap menikmati perjalanan melewati berbagai musim dan daerah itu bersama pemiliknya. Perjalanan ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari orang yang tepat dari antara teman-teman Satoru yang sekiranya mampu merawat Nana.

Teman Satoru yang pertama kali mereka kunjungi adalah Kousuke. Kousuke adalah teman Satoru di masa sekolah dasar, yang saat itu kebetulan sedang memiliki masalah perkawinan. Istri Kousuke diketahui merupakan pecinta kucing, tetapi sang istri baru saja meninggalkannya.

Selanjutnya, Satoru dan Nana mengunjungi Yoshimine, seorang teman dari sekolah menengah yang saat ini bekerja sebagai petani. Yoshimine ternyata merupakan seorang petani yang kasar dan tidak sentimental. Yoshimine bahkan menganggap kucing seperti seekor tikus.

Kemudian, Satoru dan Nana mengunjungi Sugi dan Chikako, pasangan yang merupakan teman dekat masa sekolah menengah Satoru yang menikahi satu sama lain. Pasangan itu berhati hangat, dan diketahui bahwa mereka menjalankan B&B ramah hewan peliharaan. Pada akhirnya tidak ada di antara mereka yang berhasil mengadopsi Nana, karena mereka masing-masing memiliki masalah dan kesulitan yang menghalangi niat itu.

Dengan berbagai pertimbangan, pada akhirnya Satoru memutuskan untuk mengunjungi bibinya yang ada di luar kota. Pada kunjungannya itu, diketahui bahwa Satoru didiagnosa mengidap tumor otak. Hal ini menjadi alasan utama yang membuat Satoru resah, karena ia mengetahui bahwa suatu hari nanti, ia bisa tiba-tiba pergi dan membuat Nana menderita sendirian.

Dari awal kisah perjalanan ini dimulai, Nana memang sudah mengetahui ada sesuatu yang tidak beres terkait Satoru. Namun, Nana berusaha menolak instingnya itu dengan kuat. Hingga tiba pada suatu hari, ketakutan terbesar Satoru dan Nana pun tiba. Satoru pingsan dan diharuskan untuk tinggal di rumah sakit hingga akhir.

Satoru tak lama dinyatakan meninggal dunia. Di saat kerabat Satoru menangis dengan hebat, Nana masih luar biasa mencoba tegar dan mengatakan bahwa hingga akhir pun, ia tetap kucing Satoru. Nana kemudian lari dari rumah dan memilih menjadi kucing bebas. Hingga akhir hayat Nana, jiwa Satoru tetap berada di sampingnya.

Kelebihan Novel The Traveling Cat Chronicles

 

Hiro Arikawa menyajikan kisah yang premisnya sangat sederhana, yakni hubungan antara seorang manusia dengan kucing peliharaannya. Namun, kisah ini dikemas dengan sangat indah dengan menghadirkan konflik dan resolusi konflik yang mengharukan.

Penggunaan sudut pandang yang berbeda-beda pada kisah ini, penggunaan alur maju dan mundur, serta pembagian kisah menjadi beberapa bagian menjadikan cerita ini menjadi mendetail dan menunjukkan perkembangan cerita yang menarik.

Hiro Arikawa juga menyelipkan beberapa bagian cerita yang membahas tentang hubungan pertemanan dan hubungan keluarga. Hal ini semakin memperkaya kisah ini yang dinilai menghangatkan hati dan mampu mengundang air mata bagi para pembacanya.

Karakter para tokoh dalam novel ini juga dinilai menarik dan kuat. Perkembangan karakter dan dinamika antar tokoh juga sangat menarik untuk diikuti. Desain sampul novel The Traveling Cat Chronicles ini juga dinilai menarik.

Kekurangan Novel The Traveling Cat Chronicles

Oleh karena novel The Traveling Cat Chronicles ini merupakan novel terjemahan dari Bahasa Jepang, terdapat beberapa diksi terjemahan dalam Bahasa Indonesia yang dinilai kurang. Dalam novel ini juga masih didapatkan kesalahan penulisan. Meski begitu, novel ini masih nyaman untuk dibaca.

Pesan Moral Novel The Traveling Cat Chronicles

Hewan juga memiliki pikiran dan perasaan seperti manusia. Bahkan, perasaan mereka bisa jauh lebih murni dibandingkan dengan perasaan manusia. Hewan juga dikenal dengan kesetiaannya. Jika manusia bisa mendapatkan kesetiaan dari hewan, maka hal itu dapat menjadi suatu kebahagiaan yang tak ternilai.

Sebagai orang tua, terkadang kita terlalu fokus untuk memberikan yang terbaik menurut kita. Sampai lupa untuk mempertimbangkan pendapat dari anak kita sendiri. Kita ingin memberikan yang terbaik dengan menafkahi dan bekerja keras, tapi terkadang lupa untuk meluangkan waktu untuk anak.

Selalu pertimbangkan segala hal dari dua sisi. Dan selalu minta pendapat orang lain, karena apa yang benar dan baik menurutmu, belum tentu benar dan baik bagi orang lain. Hendaknya kamu selalu mengomunikasikan segala sesuatunya.

Syukurilah segala sesuatu yang kamu punya saat ini. Sayangi orang-orang di sekitarmu, hewan peliharaanmu, barang milikmu, dan sebagainya. Sebab, kamu tidak pernah tahu kapan mereka akan hilang, yang pasti suatu saat nanti akan tiba waktunya. Juga, banyak orang lain di luar sana yang mendambakan hal yang kita punya.

Terkadang, kamu harus meninggalkan segala yang kamu tahu, zona nyaman anda, untuk menemukan tempat terbaik bagi dirimu. Kamu tidak akan mendapatkan pengalaman baru jika kamu tetap berdiam diri di dalam lingkaran ternyamanmu.

Bagi anda yang ingin mengetahui kisah lengkap Nana dan Satoru yang mengharukan ini, kalian bisa mendapatkan novel The Traveling Cat Chronicles karya Hiro Arikawa ini hanya di Gramedia.com.

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy