Sejarah

Fase Lengkap dan Umum Periodisasi Perkembangan Peradaban Islam

Fase Lengkap dan Umum Periodisasi Perkembangan Peradaban Islam
Written by Fandy

Sejarah Islam sangat erat dengan Islam sebagai agama penuntun maupun petunjuk bagi umatnya, sehingga Islam dalam sejarah memberikan arti lebih penting, bahkan menentukan kehidupan umat manusia. Peranan Islam dalam kehidupan manusia mempunyai arti sebagai peraturan dalam kehidupan, baik kehidupan dunia maupun akhirat. Oleh karena itu, sejarah Islam yang sebenarnya berpangkal dan bersumber dari Al-Qur’an dan hadis. Ini dikarenakan din mempunyai arti mendalam yang lebih daripada hanya yang dapat dicakup dalam agama.

Dengan demikian, pengertian sejarah peradaban Islam adalah keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan peradaban Islam dari satu waktu ke waktu lain, sejak zaman lahirnya Islam sampai sekarang.

Untuk mengkaji sejarah peradaban Islam dari satu waktu ke waktu, hendaknya kita melakukan empat langkah berikut:

  1. Konstruksi, artinya sejarah yang berlaku dan masih berkaitan harus disusun, dipahami, dihayati, dan dicerna.
  2. Interpretasi, artinya sejarah yang berlaku dan masih berkaitan dapat dijadikan pedoman dan perlu dikembangka.
  3. Transformasi, artinya sejarah yang berlaku dan masih berkaitan perlu ditransfer dan dikembangkan agar mampu mengisi tuntutan globalisasi.
  4. Rekontruksi, artinya melakukan kontruksi ulang secara runtut dan sistematis agar ada keserasian dan kesesuaian dengan zaman bahwa tuntutan global hendaknya mampu menyediakan model peradaban Islam dengan tujuan mampu menghadapi masalah lokal dan global.

Hubungan Kebudayaan dan Peradaban

Peradaban Islam adalah terjemahan dari kata Arab “al-hadlarah al-Islamiah“. Kata Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kebudayaan Islam. Kebudayaan dalam bahasa Arab adalah al-Tsaqafah. Masyarakat di Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan Barat, masih banyak yang menyinonimkan antara kata kebudayaan (Arab, al-tsaqafah; Inggris, culture) dan kata peradaban (Arab, al-hadlarah; Inggris, civilization).

Dalam perkembangan ilmu antropologi sekarang, kedua istilah tersebut dibedakan. Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat, sedangkan manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban. Jika kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi (agama), dan moral, sedangkan peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi, dan teknologi.

Sementara itu, Koentjaraningrat menyatakan jika kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud berikut:

  1. Wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya.
  2. Wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
  3. Wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya.

Adapun istilah peradaban biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah. Menurutnya, peradaban sering juga dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan, dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.

Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw telah membawa bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal, dan diabaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju. Dia dengan cepat begerak mengembangkan dunia, membina satu kebudayaan dan peradaban yang sangat penting artinya dalam sejarah manusia hingga sekarang, bahkan kemajuan Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam yang masuk ke Eropa melalui Spanyol.

Islam memang berbeda dari agama-agama lain. H.A.R. Gibb di dalam bukunya berjudul Whither Islam menyatakan, “Islam is indeed much more than a system of theology, it is a complete civilization” (Islam sesungguhnya lebih dari sebuah agama. Ia adalah suatu peradaban yang sempurna).

Periodisasi Perkembangan Peradaban Islam

Para sejarawan memiliki pendapat yang berbeda terkait dimulainya sejarah Islam. Secara umum, perbedaan pendapat tersebut dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, sebagian sejarawan berpendapat bahwa sejarah Islam dimulai sejak Nabi Muhammad Saw diangkat menjadi rasul. Menurut pendapat ini, selama 13 tahun Muhammad tinggal di Makkah telah lahir masyarakat muslim, meskipun belum berdaulat.

Kedua, sebagian sejarawan berpendapat bahwa sejarah umat Islam dimulai sejak Muhammad hijrah ke Madinah karena masyarakat muslim baru berdaulat ketika Muhammad tinggal di Madinah. Muhammad tinggal di Madinah tidak hanya sebagai rasul, tetapi juga merangkap sebagai pemimpin atau kepala negara berdasarkan konstitusi yang disebut Piagam Madinah.

Fase Lengkap Periodisasi Sejarah Islam

Selain perbedaan mengenai awal sejarah umat Islam, sejarawan juga berbeda dalam menentukan fase-fase atau periodisasi sejarah Islam. Periodisasi sejarah Islam secara lengkap dibagi dalam periode-periode berikut:

1. Periode Sejarah Klasik (Masa Nabi Adam–sebelum diutusnya Nabi Muhammad Saw)

Periode ini merupakan fase sejarah sejak Nabi Adam As dan dilanjutkan dengan masa-masa para nabi hingga sebelum diutusnya Muhammad Saw.

2. Periode Sejarah Muhammad Saw (570 M–632 M)

Periode ini dimulai sejak  tahun 570 M hingga 632 M. Penjelasan di dalamnya meliputi berdirinya negara Islam yang dipimpin langsung oleh Muhammad Saw, yang menjadikan Madinah al-Munawwarah sebagai pusat awal dari semua aktivitas negara hingga meliputi semua jazirah Arabia. Sejarah pada periode ini merupakan sejarah yang seharusnya dijadikan contoh dan suri teladan oleh kaum muslimin, baik penguasa maupun rakyat biasa.

3. Periode Sejarah Kekhalifahan Rasyidin (632 M–661 M)

Periode ini dimulai sejak tahun 632 M hingga 661 M. Pada masa itu terjadi penaklukan-penaklukan Islam di Persia, Syam (Syiria), Mesir, dan lain-lain. Pada periode sejarah Kekhalifahan Rasyidin manusia betul-betul berada dalam manhaj (kaidah) Islam yang benar.

4. Periode Sejarah Kekhalifahan Umayyah (661 M–749 M)

Periode ini dimulai sejak tahun 661 M hingga 749 M. Pada masa ini, pemerintahan Islam mengalami perluasan yang demikian signifikan. Hanya ada satu khalifah dalam pemerintahan Islam yang demikian luasnya itu. Sayangnya, komitmen kepada syariat Islam mengalami sedikit kemerosotan daripada periode sebelumnya.

5. Periode Sejarah Kekhalifahan Abbasiyah (749 M–1258 M)

Periode ini dimulai sejak tahun 749 M hingga 1258 M. Pada masa ini, pendidikan Islam mengalami kejayaan, meskipun pada fase yang kedua terdapat beberapa pemerintahan dan kerajaan yang independen, misalnya pemerintahan Saljuk, Zanki, Ayyub, Ghazni, dan Murabithun. Pada masa ini pula muncul gerakan perang salib yang dilakukan oleh negara-negara Eropa, yang menaruh kebencian dan dendam kepada negara-negara Islam di kawasan Timur. Pemerintahan Abbasiyah hancur bersamaan dengan penyerbuan orang-orang Mongolia.

6. Periode Sejarah Mamluk (1250 M–1517 M)

Periode ini dimulai sejak tahun 1250 M hingga 1517 M. Goresan sejarah Islam paling penting pada masa ini adalah berhasil dibendungnya gelombang penyerbuan pasukan Mongolia ke beberapa belahan negeri Islam serta dihabiskannya eksistensi kaum Salibis dari negara Islam.

7. Periode Sejarah Kesultanan Utsmaniyah (1517 M–1923 M)

Periode ini dimulai sejak tahun 1517 M hingga 1923 M. Pada awalnya, pemerintahan ini telah berhasil melakukan ekspansi wilayah Islam, terutama di kawasan Eropa Timur. Pada saat itu, Hongaria, Beograd, Albania, Yunani, Romania, Serbia, dan Bulgaria berhasil ditaklukkan. Pemerintahan ini juga mampu melebarkan kekuasaannya ke kawasan timur wilayah Islam.

Salah satu goresan sejarah paling agung yang berhasil dilakukan oleh pemerintahan Utsmaniyah adalah ditaklukkannya Konstantinopel (yang merupakan ibukota Imperium Romawi). Namun pada masa akhir pemerintahan Turki, kaum kolonial berhasil menaburkan benih pemikiran nasionalisme. Pemikiran ini kemudian menjadi pemicu hancurnya pemerintahan Islam serta terkoyak-koyaknya kaum muslimin menjadi negeri-negeri kecil yang lemah dan terbelakang.

8. Periode Dunia Islam Kontemporer (1922 M–2000 M)

Periode ini dimulai sejak tahun 1922 M hingga 2000 M. Periode ini merupakan masa sejarah umat Islam sejak berakhirnya pemerintahan Utsmaniyah hingga perjalanan sejarah umat Islam pada masa sekarang.

Fase Umum Periodisasi Sejarah Islam

Harun Nasution dan Nourouzaman Shidiqi di sisi lain membagi sejarah Islam menjadi tiga periode, yaitu periode klasik (650 M–1250 M), periode pertengahan (1250 M–1800 M), dan periode modern (1800–sekarang).

1. Periode Klasik

Periode klasik dibagi ke dalam dua fase, yakni fase ekspansi, integrasi, dan kemajuan (650 M–1000 M) dan fase disintegrasi (1000 M–1250 M). Pada fase kemajuan, Islam mengalami internasionalisasi. Pada masa Bani Umayyah, Islam mulai masuk ke Eropa melalui Spanyol. Pengaruh Islam kemudian meluas dari Afrika Utara sampai Spanyol di belahan Barat. Lebih lanjut, perluasan ini menyentuh Persia hingga ke India di belahan Timur.

Mengutip buku Sejarah Peradaban Islam karya Syamruddin Nasution, pada masa ini ilmu pengetahuan dan arsitektur berkembang di kota-kota Spanyol, seperti Cordoba dan Granada. Beberapa bangunan dengan arsitektur megah juga dibangun, seperti istana Az Zahra Cordoba dan istana Alhambra Granada.

Sejumlah ulama besar bermunculan di fase ini, yaitu Imam Malik, Imam Abu Anifah, Imam Syafi’i, dan Imam Ibn Hambal dalam bidang fikih. Adapun dalam bidang teologi muncul Imam al-Asya’ri, Imam al-Maturidi, Wasil ibn ‘Ata’, Abu Huzail, Al-Nazzam, dan Al-Jubba’i.

Pada masa ini, perubahan bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan bahasa Pahlawi ke Bahasa Arab dimulai oleh Abdul Malik. Orangorang bukan Arab pada waktu itu telah mulai pandai berbahasa Arab. Untuk menyempurnakan pengetahuan mereka tentang bahasa Arab, terutama pengetahuan pemelukpemeluk Islam baru dari bangsabangsa bukan Arab, perhatian kepada bahasa Arab, terutama tata bahasanya mulai diperhatikan. Inilah yang mendorong Imam Sibawaih untuk menyusun alKitab, yang selanjutnya menjadi pegangan dalam masalah tata bahasa Arab.

Perhatian kepada syair Arab Jahiliah timbul kembali dan penyairpenyair Arab baru mulai muncul, misalnya Umar bin Abu Rabi’ah (w. 719 M), Jamil alUdhri (w. 701 M), Qays bin alMulawwah (w. 699 M) yang dikenal dengan nama Laila Majnun, alFarazdaq (w. 732 M), Jarir (w. 792 M), dan alAkhtal (w. 710 M). Selain itu, perhatian dalam bidang tafsir, hadis, fikih, dan ilmu kalam pada zaman ini juga mulai muncul. Inilah yang kemudian memunculkan namanama seperti Hasan alBashri, Ibnu Syihab alZuhri, dan Washil bin Atha’. Kufah dan Bashrah di Irak menjadi pusat dari kegiatankegiatan ilmiah ini.

Sayangnya, pada fase disintegrasi keutuhan umat Islam dalam bidang politik mulai pecah. Baghdad dirampas dan dihancurkan oleh Hulagu Khan pada 1258. Kekhalifahan sebagai simbol keutuhan politik mulai runtuh dan digantikan pemerintahan otonom di berbagai kawasan.

2. Periode Pertengahan

Sama halnya dengan periode klasik, peradaban Islam pada periode pertengahan juga dibagi dalam dua fase, yaitu fase kemunduran dan fase tiga kerajaan besar. Pada fase kemunduran (1250 M–1500 M), desentralisasi dan disintegrasi meningkat.

Pada fase ini juga dunia Islam terbagi dua. Bagian Arab yang berpusat di Mesir terdiri atas Arabia, Irak, Suriah, Palestina, Mesir dan Afrika Utara. Sementara bagian Persia yang berpusat di Iran terdiri atas Balkan, Asia kecil, Persia dan Asia tengah.

Pada fase tiga kerajaan besar (1500 M–1700 M), perhatian terhadap ilmu pengetahuan sangat kurang. Hasilnya, umat Islam semakin mundur saat tiga kerajaan besar mendapat banyak tekanan. Kekuatan militer dan politik pun menurun. Kerajaan Safawi dihancurkan oleh serangan-serangan bangsa Afghan, Kerajaan Mughal diserang raja-raja India, Kerajaan Usmani terpukul di Eropa, sementara Mesir dikalahkan oleh Napoleon Bonaparte dari Prancis.

Gedung-gedung bersejarah yang ditinggalkan periode ini antara lain Taj Mahal di Agra, benteng Merah, masjid-masjid, istana-istana, dan gedung-gedung pemerintahan di Delhi. Pada masa ini, tarekat terus mempunyai pengaruh besar dalam hidup Umat Islam. Selain Arab dan Persia, Turki dan India muncul sebagai kerajaan besar. Inilah yang membuat bahasa Turki dan bahasa Urdu mulai muncul sebagai bahasa penting dalam Islam, tetapi kedudukan bahasa Arab menjadi bahasa persatuan semakin menurun.

Kemajuan Islam pada era ini lebih banyak berpusat di bidang politik. Selain itu, Barat juga mulai bangkit, terutama dengan terbukanya jalan ke pusat rempah-rempah dan bahan-bahan mentah di Timur Jauh, melalui Afrika Selatan dan ditemukannya Amerika oleh Columbus tahun 1492 M. Namun demikian, kekuatan Eropa pada waktu itu masih lemah jika dibandingkan dengan kekuatan Islam.

3. Periode Modern

Periode modern (1800 M–sekarang) merupakan zaman kebangkitan umat Islam yang mulai sadar bahwa di Barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi. Ekspedisi Napoleon di Mesir yang berakhir pada tahun 1801 M membuka mata dunia Islam, terutama Turki dan Mesir, akan kemunduran dan kelemahan umat Islam. Raja-raja dan para pemuka Islam mulai memikirkan cara meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam kembali.

Kontak Islam dengan Barat sejak masa ini berlainan sekali dengan kontak Islam dengan Barat periode klasik. Pada waktu itu, Islam sedang naik dan Barat sedang dalam kegelapan. Sekarang sebaliknya, Islam tampak dalam kegelapan dan Barat tampak gemilang.

Dengan demikian, timbullah sesuatu yang disebut pemikiran dan aliran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam. Pemuka-pemuka Islam mengeluarkan pemikiran-pemikiran cara membuat umat Islam maju kembali, sebagaimana yang terjadi pada periode klasik. Usaha-usaha ke arah itu mulai dijalankan di kalangan umat Islam. Namun, Barat di sisi lain juga bertambah maju dalam hal itu.

Kebangkitan umat Islam ini dibagi lagi menjadi dua periode, yakni kebangkitan awal (1800–1967) dan kebangkitan kedua (1967–sekarang). Pada periode kebangkitan awal, muncul kesadaran pentingnya pembaharuan dalam Islam, baik secara politik, militer, sosial, dan budaya.

Sementara itu, pada kebangkitan kedua, kekalahan Arab oleh Israel tahun 1967 menjadi titik yang menggugah umat. Inilah yang kemudian menyebabkan berkembangnya pemikiran-pemikiran filosofis dan metodologis dalam rangka pembaharuan Islam pada era kontemporer.

Beberapa tokoh pembaharu atau modernisasi di kalangan dunia Islam, yaitu Muhammad bin Abdul Wahab di Arabia; Muhammad Abduh, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Rasyid Ridha di Mesir; Sayyid Ahmad Khan, Syah Waliyullah dan Muhammad Iqbal di India; H. Abdul Karim Amrullah, K.H. Ahmad Dahlan, dan KH. Hasyim Asy’ari di Indonesia; dan masih banyak yang lainnya.

Demikian gambaran umum periodesasi peradaban Islam dari periode klasik, pertengahan, dan modern sebagai cermin masa lalu dan sebagai pelajaran bagi orang yang datang kemudian agar mampu menghadapi masa depan dengan penuh optimisme serta belajar dari kegagalan masa lalu dan agar terhindar dari pesimisme.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

BACA JUGA:

About the author

Fandy

Perkenalkan nama saya Fandy dan saya sangat suka dengan sejarah. Selain itu, saya juga senang menulis dengan berbagai tema, terutama sejarah. Menghasilkan tulisan tema sejarah membuat saya sangat senang karena bisa menambah wawasan sekaligus bisa memberikan informasi sejarah kepada pembaca.