Sejarah

Pengertian Homo Sapiens: Manusia Purba yang Memiliki Sifat Seperti Manusia Modern

Mengenal Homo Sapiens, Manusia Purba yang Memiliki Sifat Seperti Manusia Modern
Written by Fandy

Pengertian Homo Sapiens – Lebih dari satu juta tahun yang lalu, pernah hidup satu jenis primata di pulau Jawa yang oleh para ahli saat itu disebut dengan Pithecanthropus erectus (manusia kera yang berjalan tegak), yang kemudian disebut Homo erectus. Dalam perkembangan dan proses evolusi selanjutnya, jenis primata tersebut yang akan berevolusi “menurunkan” Homo soloensis.

Adapun proses yang paling sempurna adalah munculnya Homo sapiens atau manusia modern yang hidup pada akhir Pleistosen atau awal Holosen. Fosil jenis Homo sapiens tertua di Indonesia ditemukan di Desa Campurdarat, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, yang kemudian dikenal sebagai Homo wajakensis (manusia Wajak).

Para ahli paleoantropologi akhirnya berkesimpulan bahwa manusia Wajak ini memiliki ciri-ciri Australomelanesid seperti yang dimiliki oleh manusia, yang sekarang menjadi penduduk Australia (suku Aborigin) dan disejajarkan dengan manusia-manusia penghuni gua di Niah, Serawak, Malaysia Timur serta Tabon, Palawan, Filipina.

Penelitian arkeologis yang pernah dilakukan di kjokkenmodinger (bukit-bukit kerang) yang berada di pantai Timur Sumatra, gua-gua di Kedah dan Pahang, Malaysia, serta beberapa situs-situs dari masa akhir Pleistosen – awal Holosen ditandai dengan temuan chopper-chopping tools (kapak perimbas) yang monofasial dan sering disebut Sumatralith. Dalam konteks dengan Asia Tenggara, jenis kapak perimbas dan penetak seperti itu banyak ditemukan di gua-gua di daerah Bacson yang terletak di sebelah utara Hanoi dan di gua-gua di daerah Hoabinh yang terletak di selatan Hanoi.

Alat batu ini diperkirakan berasal dari Tiongkok selatan yang kemudian berkembang di Vietnam. Dari sinilah budaya Sumatralith ini menyebar ke Kamboja, Laos, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Melihat asal-usul budaya alat batu tersebut, dapat dipastikan bahwa pendukung budaya tersebut adalah manusia yang bercirikan ras Mongoloid.

Teuku Jacob dalam penelitiannya berjudul Evolution of Man in Southeast Asia (1977) menjelaskan bahwa manusia Wajak yang diklasifikasikan oleh Dubois sebagai proto-Australoid, adalah hasil campuran antara ras Australomelanesid dan ras Mongoloid. Meskipun penanggalan absolut fosil manusia Wajak masih belum ditemukan, tetapi jika kita mengacu kepada pernyataan Teuku Jacob tersebut, dapat disimpulkan pula bahwa kedatangan ras Mongoloid di Jawa kira-kira berlangsung setidaknya 10.000 tahun yang lalu.

Hal ini sesuai dengan hasil analisis penanggalan C-14 dari fosil fauna Wajak. Sementara itu, berdasarkan posisi stratigrafi situs diketahui secara relatif bahwa manusia Wajak diperhitungkan telah ada sejak antara 40.000–25.000 tahun yang lalu.

Manusia Wajak ras Australomelanesid sisa-sisanya masih ditemukan di Australia. Inilah yang menyebabkan sampel yang digunakan untuk menelitinya adalah kepulauan Melanesia, satu kawasan di Pasifik yang dekat dengan Benua Australia. Kepulauan Melanesia meliputi beberapa kelompok pulau, yaitu Papua Nugini, Britania Baru, Kepulauan Bismarck, Pulau Irlandia Baru, Kepulauan Solomon, Kepulauan Fiji, serta pulau-pulau kecil lainnya yang seluruhnya berjumlah sekitar 341 gugusan.

Pembagian wilayah antara Melanesia, Polinesia, dan Mikronesia adalah berdasarkan ciri budaya atau kulturalnya. Secara kultural, di antara ketiga wilayah tersebut Melanesia yang paling dekat dengan Indonesia. Oleh karena itu, di dalam mengkaji prasejarah Melanesia, kita tidak akan lepas dari konteks proses migrasi bangsa-bangsa yang sekarang ini mendiami beberapa wilayah seperti Asia Tenggara, Oseania, dan Australia.

Pengertian Homo Sapiens

Homo sapiens atau manusia cerdas adalah manusia purba yang menyerupai manusia modern. Mereka terbentuk setelah terjadi proses evolusi selama ribuan tahun. Homo sapiens hidup antara 40.000 sampai 10.000 tahun yang lalu, dari akhir zaman batu kuno sampai zaman batu muda. Spesies jenis ini tidak hanya mampu membuat peralatan sehari-hari, tetapi juga memiliki kemampuan berpikir yang sangat baik. Tidak hanya itu, mereka sudah bisa membuat teknologi lukisan yang awet di dinding gua.

Ciri-ciri fisiknya juga hampir menyamai fisik manusia yang hidup pada masa sekarang. Homo sapiens merupakan spesies yang sangat tangguh dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Selain itu, kapasitas otaknya jauh lebih besar daripada jenis manusia sebelumnya.

Ciri-Ciri Homo Sapiens

Ciri-ciri Homo sapiens dapat diuraikan sebagai berikut:

  • Tinggi badan berkisar antara 130–210 sentimeter;
  • Berat badan antara 30–150 kilogram;
  • Volume otak antara 1.000–2.000 cc;
  • Reduksi di bagian gigi, rahang, dan otot-otot kunyah, sehingga mulai terdapat dagu di rahang bawah;
  • Otot-otot dan tulang-tulang ukurannya menjadi lebih mungil;
  • Telah menggunakan bahasa untuk berkomunikasi

Persebaran Homo Sapiens

Persebaran Homo sapiens berawal dari Afrika, kemudian meluas ke berbagai belahan dunia seperti Asia, Eropa, Amerika, dan Australia, termasuk Indonesia. Selama masa perubahan iklim yang dramatis sekitar 300.000 tahun lalu, Homo sapiens berevolusi di Afrika. Seperti manusia purba lainnya, mereka menjalani kehidupan sederhana dengan berburu dan mengumpulkan makanan.

Asal-usul manusia modern dan pengembaraannya keluar dari Afrika sesuai dengan teori yang dikembangkan oleh Stringer dan Brauner. Teori tersebut bernama Theory Out of Africa. Teori tersebut juga didukung dengan adanya bukti genetik, linguistik, dan arkeologis yang menyebutkan bahwa fosil yang ditemukan di dekat Sungai Omo, Ethiopia (Afrika Timur) merupakan fosil Homo sapiens tertua, bahkan usianya lebih tua dari Homo neandertal.

Teori tersebut juga didukung dengan data penelitian DNA mitokondria (mtDNA), yaitu sel tubuh berbentuk molekul kompleks yang menggambarkan sistem genetika dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Dari catatan DNA fosil yang ditemukan, kemudian dicocokan dengan fosil manusia saat ini dan diperoleh kesimpulan bahwa genetika manusia atau genom 99,9% identik di seluruh dunia.

Para ahli juga menyimpulkan bahwa tidak ditemukan pencampuran mtDNA manusia modern dengan manusia pra modern di suatu wilayah. Dengan kata lain, Homo sapiens dari Afrika menggantikan dan menghapus populasi manusia sebelumnya (Homo erectus dan Homo neandertal) di wilayah yang didatanginya.

Teori lainnya yang mengulas tentang asal-usul Homo sapiens adalah Theory Multiregional Evolution Model yang dikemukakan oleh Wolpoff, Thorne, dan Wu. Para ahli tersebut menyebutkan bahwa manusia modern tidak hanya dari Afrika, tetapi ada juga yang dari Eropa dan Asia yang merupakan hasil dari populasi menusia sebelumnya di wilayahnya masing-masing. Teori ini juga menyebutkan bahwa Afrika merupakan sumber kedatangan nenek moyang menusia yang menyebar, tetapi tidak bercampur dengan manusia pramodern sebelumnya di suatu wilayah dan berkembang sesuai dengan rasnya.

Seiring berjalannya waktu, Homo sapiens mulai mengembangkan kemampuan untuk menanggapi tantangan bertahan hidup di tengah kondisi lingkungan yang tidak stabil. Fosil tertua Homo sapiens ditemukan di Jebel Irhoud, Maroko, pada 2000. Temuan tersebut berupa pecahan tengkorak, tulang rahang lengkap, dan perkakas batu, yang diperkirakan berumur 315.000 tahun.

Homo sapiens kemudian menyebar ke seluruh benua dan tiba di Tiongkok antara 120.000 sampai 80.000 tahun lalu. Sementara itu, jenis Homo sapiens yang ditemukan di Indonesia diperkirakan berasal dari zaman Holosen, yang berlangsung sekitar 40.000 tahun lalu.

Homo sapiens tidak hanya membuat dan menggunakan perkakas dari batu, tetapi juga membuat peralatan yang lebih kecil dan kompleks. Seperti contohnya mata pancing, anak panah, pelempar tombak, dan jarum jahit. Dalam 12.000 tahun terakhir, Homo sapiens melakukan transisi dari mengumpulkan makanan menjadi menghasilkan makanan sendiri. Masyarakatnya juga menyadari bahwa mereka dapat mengembangbiakkan tanaman dan hewan. Saat mereka mulai menginvestasikan lebih banyak waktu untuk memproduksi makanan dan menjinakkan hewan, mereka memutuskan untuk hidup menetap.

Penemuan Homo Sapiens di Indonesia

Dalam beberapa temuan, jenis manusia purba di Indonesia yang paling mendekati jenis manusia sekarang adalah Homo sapiens. Penemuan fosil Homo sapiens di Indonesia berawal pada 1889, yaitu saat van Rietschoten menemukan beberapa bagian tengkorak dan rangka manusia di daerah Tulungagung, Jawa Timur.

Homo sapiens di Indonesia kemudian digolongkan menjadi tiga jenis berdasarkan lokasi temuannya.

1. Homo Wajakensis

Homo wajakensis ditemukan di Wajak, Tulungagung oleh von Rietschoten pada 1889. Fosil yang ditemukan berupa tulang paha, rahang atas, rahang bawah, tulang kering, dan fragmen tengkorak dengan volume sekitar 1.600 cc. Temuan Rietschoten ini digolongkan sebagai Homo sapiens pertama di Asia. Fosil tersebut kemudian diteliti oleh Eugene Dubois.

Dalam sebuah penelitian disebutkan bahwa manusia purba ini sudah bisa membuat alat dari batu dan tulang. Tak hanya itu, Homo wajakensis juga diketahui sudah mengetahui cara memasak.

Dari segi fisik, ciri-ciri Homo sapiens ini sebagai berikut:

  • Wajah datar dan lebar;
  • Hidung lebar dengan bagian mulut menonjol;
  • Berat badan sekitar 30–150 kilogram;
  • Tinggi badan kurang lebih 130–210 sentimeter;
  • Otak sudah lebih berkembang;

Tengkorak dari Homo wajakensis diketahui mempunyai persamaan dengan tengkorak masyarakat asli Aborigin di Australia, sehingga E. Dubois memperkirakan jenis Homo sapiens ini dikelompokan dalam manusia modern yang masuk ras Australoide. Fosil dari Homo wajakensis mempunyai persamaan dengan manusia Niah di Sarawak (Malaysia) dan manusia Tabon di Palawan (Filipina).

Berbicara tentang Homo wajakensis, kita akan selalu diingatkan pula kepada Eugene Dubois, seorang dokter asal Belanda yang memiliki keinginan keras untuk datang ke Hindia Belanda (Indonesia) untuk membuktikan atau mencari bukti-bukti akan teori evolusi Charles Darwin seperti yang tertuang dalam bukunya berjudul The Origin Of Species, walaupun saat itu masih sarat akan polemik-akademik.

Dengan mendaftar sebagai tentara Belanda untuk tenaga medis, bersama istri dan anaknya, Dubois akhirnya dikirim
ke Sumatra. Dubois selalu mencari waktu untuk melakukan “misi utamanya”, yaitu mencari fosil dan sisa-sisa nenek moyang manusia di sela-sela waktunya bertugas sebagai dokter tentara Belanda.

Sayangnya, ekspedisi Sumatra rupanya belum berhasil dan dia mengalihkan perhatiannya ke Jawa. Hal ini juga dipicu adanya informasi tentang temuan fosil tulang-belulang manusia di Desa Campurdarat, Kabupaten Tulungagung yang kemudian dikenal sebagai fosil Wajak I. Berdasarkan data tersebut, Dubois melakukan penggalian di sekitar tempat penemuan fosil Wajak I dan berhasil menemukan fosil manusia Wajak II.

Selain tulang-belulang dari Campurdarat di atas, temuan penting Eugene Dubois selama penelitiannya di Jawa adalah beberapa fosil tulang hominid yang dia pastikan sebagai makhluk nenek moyang manusia yang selama ini dicari-cari oleh para pengikut teori evolusi Darwin. Temuan spesies hominid yang dinamakan Pithecanthropus erectus yang kemudian disebut Homo erectus inilah missing link yang berhasil ditemukannya di Trinil, Madiun, Jawa Timur, tidak jauh dari aliran Bengawan Solo.

Temuan yang menggemparkan dunia ilmu pengetahuan yang dimaksud adalah fosil cranium, femur, dan  gigi hominid yang dipastikan dari satu individu yang sama. Sebagai seorang ahli anatomi, Dubois berhasil merekonstruksi dan menyimpulkan bahwa cranium, gigi, dan tulang paha tersebut milik hominid yang telah berjalan tegak, walaupun bentuk muka menyerupai kera. Dalam publikasinya disebutkan bahwa hominid tersebut adalah makhluk manusia kera yang berjalan tegak.

2. Homo Soloensis

Manusia purba jenis Homo soloensis ditemukan oleh von Koenigswald dan Weidenrich di dekat Desa Ngandong, lembah Sungai Bengawan Solo. Oleh sebagian ahli, manusia purba ini digolongkan dengan Homo neandertal yang merupakan jenis Homo sapiens dari Asia, Eropa, dan Afrika yang berasal dari lapisan Pleistosen Atas.

3. Homo Floresiensis (Manusia Liang Bua)

Homo floresiensis ditemukan oleh Peter Brown dan Mike J. Morwood pada September 2003. Manusia Liang Bua dianggap sebagai penemuan spesies baru yang kemudian diberi nama sesuai dengan tempat ditemukannya, yaitu di Liang Bua, Flores.

Adapun ciri ciri Homo sapiens yang ditemukan di Flores sebagai berikut:

  • Kepala dan badan mempunyai ukuran kecil;
  • Ukuran otak juga kecil;
  • Volume otak sekitar 380 cc;
  • Rahang menonjol atau berdahi sempit;
  • Berat badan sekitar 25 kilogram;
  • Tinggi badan sekitar 1,06 meter.

Pengelompokan Homo floresensis sebagai manusia modern masih menjadi perdebatan banyak ahli. Sebagian menyimpulkan jenis ini adalah hasil evolusi Pithecantropus, tetapi ahli lain menduga Homo floresensis hidup berdampingan atau bahkan satu zaman dengan Homo sapiens.

Perspektif Mengenai Homo Sapiens

Evolusi manusia telah melahirkan berbagai bentuk spesies manusia di permukaan bumi. Evolusi manusia adalah sejarah fenotipe genus Homo, termasuk Homo sapiens sebagai spesies berbeda dan sebagai kategori hominid yang unik. Dalam evolusi manusia terdapat spesies manusia, misalnya Homo neandertal dan Homo sapiens.

Homo neandertal telah menjadi topik utama dalam evolusi manusia. Spesies manusia ini telah berevolusi 2000.000 tahun yang lalu dan memiliki sifat yang berbeda seiring dengan perubahan waktu. Homo neandertal dan Homo sapiens memperjelaskan secara detail tentang adanya evolusi dari dari genus homo sebelumnya.

Dalam sains modern, Homo neandertal dan Homo sapiens dianggap sebagai spesies yang terpisah nenek moyang yang sama sekitar 660.000 tahun yang lalu. Namun, sekuensing (pengurutan DNA) tahun 2010 terhadap genom Neandertal menunjukan bahwa Neandertal memang betul kawin dengan Homo sapiens sekitar 75.000 SM (setelah Homo sapiens dari Afrika, tetapi sebelum mereka masuk ke Eropa, Timur Tengah, dan Asia). Homo sapiens (manusia modern) telah muncul sejak sekitar 2.000 SM.

Dalam buku On The Origin of Spesies dan Descent of Man karangan Charles Darwin banyak mendapatkan perdebatan. Pendapatnya dalam buku itu menjadi kontroversi, sebagian kelompok mendukung teori evolusi Darwin dan sebagian yang lain menolaknya. Dawkins misalnya, salah seorang saintis yang mendukung teori evolusi menyatakan bahwa teori evolusi merupakan sebuah kebenaran. Sementara itu, agamawan cenderung menolak teori ini karena dianggap meniadakan Tuhan.

Nah, itulah penjelasan singkat mengenai Homo sapiens, manusia purba yang memiliki sifat seperti manusia modern. Melalui pemaparan di atas, dapat diketahui jika Homo sapiens merupakan manusia purba yang memiliki kesamaan dengan manusia modern. Fosil dari Homo sapiens di Indonesia ditemukan di berbagai tempat dengan beberapa ciri khusus.

Grameds dapat mengunjungi koleksi buku Gramedia di www.gramedia.com untuk memperoleh referensi tentang Homo sapiens, mulai dari ciri-ciri hingga proses persebarannya di dunia. Berikut ini rekomendasi buku Gramedia yang bisa Grameds baca untuk mempelajari tentang Homo sapiens agar bisa memaknainya secara penuh. Selamat membaca.

Temukan hal menarik lainnya di www.gramedia.com. Gramedia sebagai #SahabatTanpaBatas akan selalu menampilkan artikel menarik dan rekomendasi buku-buku terbaik untuk para Grameds.

BACA JUGA:

About the author

Fandy

Perkenalkan nama saya Fandy dan saya sangat suka dengan sejarah. Selain itu, saya juga senang menulis dengan berbagai tema, terutama sejarah. Menghasilkan tulisan tema sejarah membuat saya sangat senang karena bisa menambah wawasan sekaligus bisa memberikan informasi sejarah kepada pembaca.