Review Novel Kita Pergi Hari Ini – Jika anda adalah penggemar buku kategori fiksi campuran antara dongeng dan fantasi, yang pada awalnya tampak manis seperti kisah untuk anak-anak, tetapi di balik kemanisan tersebut terdapat kisah yang gelap dan cenderung menakutkan, anda akan menyukai buku ini.
Novel Kita Pergi Hari Ini ditulis oleh Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, seorang penulis muda wanita asal Indonesia yang sangat berbakat. Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie atau yang dikenal dengan panggilan Zesy merupakan penulis berpengalaman, dengan lama berkarir mencapai lebih sepuluh tahun, dan telah meraih berbagai penghargaan atas karyanya.
Zesy dikenal sebagai seorang penulis fiksi fantasi dengan gaya menulis yang absurd dan nyeleneh. Sejumlah besar karyanya dapat membuat para pembacanya merasakan perasaan yang campur aduk dengan cerita tak terduga yang mendorong fantasi mereka yang membacanya.
Kualitas dari karya-karya Zesy tak diragukan lagi oleh para penggemar novel. Dibuktikan pada akhir 2021, Novel Kita Pergi Hari Ini berhasil terjual habis selama kurun waktu kurang dari 24 jam. Padahal pada saat itu, penjualan novel ini masih dalam bentuk pre-order.
Awal mula melihat sampul buku ini, dengan gambar lima anak kecil yang sedang menatap ke daerah perbukitan yang cantik, kita pasti berpikir bahwa buku ini adalah buku yang manis dan menyenangkan. Tapi, siapa sangka jika dibalik sampul dan tampilan anak-anak tersebut, buku ini mengandung cerita yang mengangkat isu menyeramkan, triggering, dan absurd.
Kelima anak kecil yang tinggal di kota kecil bernama Kota Suara, memiliki keinginan untuk menyusuri sebuah kota yang mengagumkan, tempat di mana tinggalnya makhluk yang luar biasa.
Kota Terapung Kucing Luar Biasa namanya. Dan ya, sesuai dengan namanya, kota tersebut dipenuhi oleh para penduduk berupa kucing yang menyerupai manusia. Berjalan dengan dua kaki, menggunakan dua tangan, bekerja, dan melakukan aktivitas lain layaknya seorang manusia. Bahkan, mereka kucing luar biasa dapat menjadi seorang pengasuh bagi anak manusia.
Petualangan tiga anak Keluarga Mo, yaitu Ma, Mi, dan Mo, dan dua anak kembar yang tinggal di samping rumahnya, Fifi, dan Fufu, menyusuri Kota Terapung Kucing Luar Biasa bersama dengan pengasuh kucing mereka yang bernama Nona Gigi adalah sebuah kesalahan.
Kita pergi hari ini. Menuju ke tempat-tempat indah yang ada dalam mimpi-mimpi anak-anak baik-baik.
Table of Contents
Profil Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie – Penulis Novel Kita Pergi Hari Ini
Sumber: metaculture.com
Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie atau yang dikenal dengan nama panggilan Zesy merupakan penulis wanita asal Indonesia yang berumur 28 tahun, yang dilahirkan di Bandar Lampung, pada 10 Oktober 1993.
Belajar Sains Sulit dan Membosankan? Kamu Bisa Belajar Sains dengan Seru dan Menyenangkan Disini!
Ziggy memulai karirnya sebagai penulis sejak dirinya berumur 17 tahun, yakni pada tahun 2010, dengan menerbitkan buku yang berjudul “Indigo Girl”. Hingga saat ini, Ziggy telah menerbitkan lebih dari 30 buku dari berbagai genre, yang sejumlah besarnya adalah buku bergenre fiksi.
Beberapa buku yang ditulis Ziggy berhasil memenangkan beberapa penghargaan di Indonesia. Penghargaan pertama yang diterimanya, yakni dari hasil karya bukunya yang berjudul “Tanah Lada”, berhasil membawanya menjadi pemenang juara 2 di Sayembara Novel yang diadakan Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 2014. Kemenangan atas karya ini juga membawanya masuk ke daftar panjang Penghargaan Sastra Khatulistiwa.
Penghargaan selanjutnya yang ia terima adalah dari naskah karyanya yang berjudul “Semua Ikan di Langit”, berhasil membawa Zesy untuk menang sebagai juara pertama di Sayembara Novel oleh Dewan Kesenian Jakarta tahun 2016. Selain itu, Zesy juga kemudian diberikan Penghargaan Badan Bahasa Sastra oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
Selain karya fiksinya, Zesy mampu membuktikan diri bahwa ia dapat menguasai genre lain dengan meraih Penghargaan Pilihan Editor dan Rolling Stones tahun 2016, untuk karya novel young-adult-nya yang berjudul “Jakarta Sebelum Pagi”.
Pada tahun 2018, ia bergabung dengan Ruang Perempuan dan Tulisan, sebuah proyek yang bertujuan untuk menemukan kembali penulis perempuan Indonesia yang terlupakan.
Pada tahun 2019, Ziggy didukung oleh National Organizing Committee Indonesia dan British Council untuk hadir di Metal selama bulan Maret 2019, sebagai bagian dari program Essex Writers House.
Sinopsis Novel Kita Pergi Hari Ini
“Hal yang paling menyeramkan di dunia ini adalah anak-anak.”
Dikisahkan ada sebuah kota yang disebut sebagai Kota Suara, yang mana di kota ini, jumlah populasi anak kecil jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah populasi orang dewasa.
Dari banyaknya jumlah populasi anak-anak, ditambah dengan sifat alami anak kecil, terdapat banyak keributan di kota tersebut. Keributan yang disebabkan anak-anak yang tertawa, teriak, menangis, dan menjerit.
Oleh karena keributan ini, masyarakat Kota Suara mulai melupakan nama asli dari kota tersebut. Dan dari situ lah asal usul kota tersebut disebut sebagai Kota Suara.
Kisah ini berawal dari salah satu keluarga kecil di Kota Suara, yang beranggotakan lima orang. Seorang ayah, ibu, dan tiga orang anaknya. Keluarga ini disebut sebagai Keluarga Mo, di mana ada Bapak Mo, Ibu Mo, dan tiga anak yang bernama Ma, Mi, dan Mo.
Kondisi ekonomi di Kota Suara menuntut penduduknya untuk mencari uang lebih. Sebab seluruh harta Kota Suara telah diraup habis oleh para penjahat. Seluruh uang yang ada di dasar laut diambil oleh para perompak, seluruh uang yang ada di bawah tanah diambil oleh para perampok, dan seluruh uang yang ada di ranting pohon diambil oleh pengusaha kayu yang jahat.
Orang-orang dewasa yang menempati Kota Suara setiap harinya harus bekerja keras demi menghasilkan uang, untuk dapat menghidupi dirinya sendiri beserta keluarganya. Tidak terkecuali Bapak Mo dan Ibu Mo.
Aktivitas keseharian Bapak Mo dan Ibu Mo adalah bekerja, dan sebagian besar waktu mereka habis karena sibuk bekerja. Maka itu, Bapak Mo dan Ibu Mo tidak memiliki banyak waktu yang dapat dihabiskan untuk mengurus dan bermain bersama anak-anaknya.
Memakai jasa seorang pengasuh anak bukan lah suatu pilihan bagi Keluarga Mo, karena Bapak dan Ibu Mo tidak mempunyai uang lebih untuk membayar jasa tersebut.
Namun, terdapat satu pilihan yang memungkinkan para keluarga yang kondisinya seperti Keluarga Mo, yang tidak memiliki penghasilan yang banyak, tetapi juga tidak memiliki waktu untuk menjaga anak-anaknya, yakni dengan memakai jasa pengasuh berbentuk kucing luar biasa yang tidak perlu dibayar atau gratis.
Kucing luar biasa berasal dari sebuah kota di luar Kota Suara yang bernama Kota Terapung Kucing Luar Biasa. Sesuai dengan namanya, seluruh populasi kota ini adalah kucing.
Kucing luar biasa bukan lah sebuah sebutan tanpa makna, melainkan sebutan yang menggambarkan keadaan para kucing penduduk Kota Terapung Kucing Luar Biasa. Kucing-kucing penduduk kota tersebut tidak seperti hewan kucing biasa, tetapi para kucing tersebut menyerupai seorang manusia.
Berjalan dengan dua kaki, memiliki dua tangan, bisa berbicara, bisa melakukan aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari, dan memiliki akal seperti manusia. Begitu juga dengan pengasung yang disewa jasanya oleh Bapak dan Ibu Mo.
Pengasuh kucing luar biasa ini meminta Keluarga Mo untuk memanggilnya Nona Gigi.
Kehadiran Nona Gigi ke dalam Keluarga Mo membawa kedamaian hati bagi Bapak dan Ibu Mo. Sebab, dengan hadirnya Nona gigi, kehidupan anak-anak Bapak dan Ibu Mo, yakni Ma, Mi, dan Mo menjadi terurus, dan mereka dapat terus bekerja keras dengan merasa tenang.
Kehadiran Nona Gigi kemudian memungkinkan Ma, Mi, dan Mo untuk bersosialisasi ke luar rumah. Ma, Mi, dan Mo kemudian berkenalan dan dekat dengan dua anak kembar yang tinggal di samping rumahnya. Kedua anak tersebut bernama Fifi dan Fufu.
Ma, Mi, dan Mu, serta Fifi dan Fufu berteman baik dan saling berbagi cerita. Ternyata, mereka memiliki satu cerita yang sama, yakni orang tua mereka berlima memiliki janji untuk membawa mereka semua pergi jalan-jalan.
Berdasarkan sifat alami seorang anak kecil, ketika mereka diberikan sebuah janji, maka mereka akan menagihnya sewaktu-waktu. Ma, Mi, dan Mo, serta Fifi dan Fufu kemudian menagih janji para orang tuanya.
Pada akhirnya, orang tua mereka menepati janji tersebut dengan memutuskan satu hari di mana mereka dapat pergi jalan-jalan. Namun, oleh sebab kondisi hidup mereka yang pas-pasan, orang tua mereka tidak dapat menemani anak-anaknya jalan-jalan, karena tidak dapat meninggalkan pekerjaan.
Akhirnya para orang tua pun meminta Nona Gigi sebagai pendamping alan-jalan Ma, Mi, Mo, Fifi, dan Fufu. Para anak-anak memutuskan untuk pergi ke Kota Terapung Kucing Luar Biasa. Dari sini lah kisah perjalanan yang tidak terduga dimulai.
Untuk dapat sampai ke Kota Terapung Kucing Luar Biasa, mereka harus naik kendaraan yang disebut kereta air. Kereta air ini memiliki bentuk yang unik, bentuk badan kereta air menyerupai sebuah daun, jadi tiap-tiap penumpangnya akan duduk di sebuah daun. Sedangkan, lantai pijakan dari kereta air akan berubah menjadi air ketika para penumpang duduk.
Perjalanan menuju Kota Terapung Kucing Luar Biasa mengharuskan mereka untuk singgah di sebuah tempat yang bernama Sirkus Sendu. Tidak seperti sirkus pada umumnya, yang mana setelah menonton sirkus para penontonnya akan merasa senang, Sirkus Sendu adalah kebalikannya.
Reaksi para penonton setelah menonton Sirkus Sendu adalah merasakan kesedihan, bahkan hingga menangis. Bukan tanpa tujuan Sirkus Sendu ini diadakan, karena tangisan para penumpang yang menonton Sirkus Sendu merupakan bahan bakar kererta air, yang memungkinkan mereka untuk pergi ke Kota Terapung Kucing Luar Biasa.
Akhirnya, mereka pun dapat sampai ke Kota Terapung Kucing Luar Biasa. Pemandangan pertama yang disuguhkan sesampainya di sana adalah pemandangan yang mengagumkan bagi seorang manusia.
Bagaimana tidak, para kucing di sana sungguh hidup seperti para manusia. Memiliki rumah, memiliki pekerjaan, ada yang bekerja di darat, bekerja di laut, dan melakukan aktivitas manusia lainnya.
Ma, Mi, Mo, Fifi, dan Fufu, bersama dengan Nona Gigi pun melanjutkan perjalanan menyusuri Kota Terapung Kucing Luar Biasa. Nona Gigi membawa mereka berpetualang menyusuri Kota Terapung Kucing Luar Biasa yang indah dan megah.
Namun, petualangan mereka tidak berjalan seperti ekspektasi. Tak lama setelah petualangan dimulai, keanehan mulai terjadi, muncul masalah demi masalah dan juga ancaman, kebenaran mulai terkuak.
Petualangan kelima anak kecil tersebut dipenuhi oleh kejadian mengerikan yang bertubi-tubi. Bahkan, kejadian mengerikan yang terburuk dapat mengorbankan keselamatan nyawa Ma, Mi, Mu, Fifi, dan Fufu.
Kelebihan Novel Kita Pergi Hari Ini
Buku ini dituliskan oleh Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie dengan gaya bahasa yang cenderung nyeleneh, tapi dilengkapi juga setting latar yang indah. Jadi, meski pun buku ini mengandung cerita yang menyeramkan, pembaca tidak dibiarkan untuk ketakutan begitu saja.
Dapat diibaratkan menjadi kondisi di mana para pembaca dipaksa makan oleh penulis, tetapi makanan yang disuguhkan adalah makanan yang enak. Pengalaman yang membuat perasaan campur aduk, seperti bittersweet.
Zesy menuliskan novel ini bagai petunjuk untuk mendapatkan jawaban yang disusun sangat rapi. Meskipun dalam bahasa yang nyeleneh, pada bagian akhir cerita, pembaca akan menemukan “jawaban” atas hal-hal yang dianggap tidak masuk akal sebelumnya. Susunan ini memungkinkan para pembaca untuk berpikiran terbuka dan menjelajahi fantasinya.
Terdapat isu-isu sosial yang relevan dengan kehidupan nyata, yang diangkat Zesy dibalik cerita fiksi ini. Hal ini kemudian menjadikan novel ini sebagai novel yang memiliki makna yang baik.
Kekurangan Novel Kita Pergi Hari Ini
Gaya tulisan Zesy yang nyeleneh membuat novel Kita Pergi Hari Ini tidak dapat dinikmati oleh semua orang. Terutama mereka yang lebih suka untuk membaca sesuatunya secara jelas dan langsung.
Alur cerita dalam novel Kita Pergi Hari Ini dari awal hingga pertengahan dapat dibilang absurd. Hal ini memungkinkan sebagian orang yang membacanya dapat berhenti ketika baru mencapai tengah cerita.
Cerita yang absurd dan menyeramkan menjadikan novel ini termasuk ke dalam novel yang berat untuk dibaca, yang baik untuk dibaca hanya ketika pembaca dalam keadaan pikiran yang sehat dan optimal. Sebab, jika membaca novel ini dalam kondisi pikiran yang buruk, pembaca dapat merasakan kebingungan dan sama sekali tidak mengerti akan cerita dalam novel ini.
Pesan Moral Novel Kita Pergi Hari Ini
Semua orang di dunia ini saling terhubung. Hubungan antara manusia dengan manusia, atau hubungan antara manusia dengan lingkungan. Dalam sebuah hubungan, terdapat seorang yang lebih dominan atau berkuasa. Seseorang yang berkuasa ini seringkali melakukan hal-hal yang membuat pasangannya merasa tertindas, baik disengaja maupun tidak disengaja.
Hal seperti ini sangat umum terjadi, dan kian kali dapat dianggap sesuatu yang normal. Manusia harus segera membenahinya untuk berlaku secara adil antar sesama makhluk hidup, sekaligus untuk menghindari balasan atas perbuatan buruk yang telah dilakukannya.
Tradisi tidak selamanya baik, dan mempertanyakan hal-hal kecil tidak selamanya buruk. Sebuah tradisi, kebiasaan turun-temurun mestinya senantiasa dievaluasi untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Pertanyakan hal-hal kecil dalam kebiasaan, apakah masih relevan dengan masa yang dihidupi saat ini? Apakah kebiasaan ini harus untuk dilakukan?
Memiliki anak bukan sebuah kewajiban. Perlu diperhatikan bahwa memiliki anak adalah tanggung jawab yang sangat besar. Jika seseorang sekiranya tidak menyanggupi untuk memiliki anak dan menjadi orang tua, maka tidak usah. Sebab, jika dipaksakan, akan dipastikan keputusan tersebut dapat menimbulkan dampak yang buruk suatu hari nanti.
Memori dan ilmu yang seseorang simpan di kepalanya sedari kecil, hendaknya senantiasa diingat dan disimpan sedemikian rupa, serta dikembangkan. Dapat dipastikan, pada suatu hari nanti, anda akan membutuhkan memori dan ilmu tersebut. Zesy di sini ingin mengingatkan para pembacanya untuk mengembangkan diri dengan terus belajar dan berkarya.
Bagi kalian yang penasaran akan kelanjutan cerita novel Kita Pergi Hari Ini, yuk segera dapatkan bukunya di www.gramedia.com.
- Novel Fantasi
- Novel Best Seller
- Novel Romantis
- Novel Fiksi
- Novel Non Fiksi
- Buku Tentang Perempuan
- Rekomendasi Novel Terbaik
- Rekomendasi Novel Horor
- Rekomendasi Novel Remaja Terbaik
- Rekomendasi Novel Fantasi
- Rekomendasi Novel Fiksi
- Rekomendasi Novel Dewasa
- Rekomendasi Novel Pernikahan
- Rekomendasi Novel Romantis Korea
- Rekomendasi Novel Romantis Islami
- Rekomendasi Novel Sejarah
- Rekomendasi Novel Tentang Kehidupan
- Review Novel Amba
- Review Novel Badai Pasti Berlalu
- Review Novel Catatan Harian Sang Pembunuh (Diary Of A Murderer)
- Review Novel Funiculi Funicula
- Review Novel Kita Pergi Hari Ini
- Review Novel Perempuan yang Menangis Kepada Bulan Hitam
- Review Novel Petualangan Jack dan Piggy Natal
- Review Novel The Architecture of Love
- Review Novel The Hunger Games
- Review Novel Samuel
- Review Novel One Of Us Is Next
- Review Novel Angkasa dan 56 Hari
- Review Novel Cantik Itu Luka
- Review Novel Dollagoot: Toko Penjual Mimpi
- Review Novel Guru Aini
- Review Novel Garis Waktu
- Review Novel The Star And I
- Resensi Novel Ruin and Rising
- Review Novel Crooked Kingdom
- Review Novel Six Of Crows
- Review Novel Kig Of Scars
- Review Novel Rules Of Wolves
- Review Novel Novel Botchan Natsume Soseki
- Review Novel Must Be a Happy Ending
- Review Novel Merindu Cahaya De Amstel
- Resensi Novel Teluk Alaska