in

Review Novel Hantu Rumah Belanda Karya Embart Nugroho

Novel Hantu Rumah Belanda merupakan buku karya ke-enam yang ditulis oleh Embart Nugroho, seorang penulis ternama asal Indonesia yang dikenal produktif. Novel Hantu Rumah Belanda ditulis setelah lima buku sebelumnya yang diterbitkan Embart Nugroho berhasil mencuri perhatian banyak orang, yaitu Love Hurts, Guardian Angel, Nenek Galau, Cinta Masih Ada dan When I Fall in Love.

Novel Hantu Rumah Belanda menjadi novel pertama Embart Nugroho yang bergenre horror. Novel ini pertama kali diterbitkan pada tahun 2014.

Novel Hantu Rumah Belanda mengisahkan tentang seorang wanita bernama Riri. Perusahaan papa Riri gulung tikar, maka itu, Riri kemudian harus merelakan diri untuk pindah rumah dan kembali ke kampung halaman sang ayah yang jauh di Medan sana. Wajah cemberut dan bersungut-sungut Riri juga tidak cukup ampuh untuk menggagalkan rencana itu. Cewek itu harus mau tidak mau harus say good bye kepada kehidupan di Jakarta yang serba nyaman.

Sedari awal pindah rumah, Riri sudah memiliki perasaan tidak enak. Ia kerap mengalami mimpi buruk, hingga melihat berbagai penampakan yang menyeramkan. Herannya, hanya Riri saja yang mengalami kejadian aneh itu. Mama, Papa, dan kakaknya, Gordy tidak mengalami hal serupa dan hidup tenang-tenang saja.

Mereka malah bilang bahwa itu adalah akibat dari Riri yang keseringan membaca buku misteri. Namun, tak lama kemudian, kehidupan keluarga kecil itu mulai berubah. Kejadian aneh mulai terjadi setelah sebuah pintu terlarang di rumah itu terbuka segelnya.

Leher perempuan paruh baya itu secara perlahan mengucurkan darah segar. Darah segarnya itu langsung membanjiri gaun berwarna krem yang dikenakannya. Riri sangat ketakutan melihatnya. Bibirnya bergetar, ia sangat ingin menjerit.

Riri bergerak mundur. Cepat-cepat ingin keluar dari ruangan itu. Dengan nafas yang terengah-engah, Riri berlari mencari pintu keluar. Gawat, pintu keluar itu entah di mana letaknya. Riri panik dan semakin ketakutan.

Profil Embart Nugroho – Penulis Novel Hantu Rumah Belanda

Sumber foto: medandaily.com

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Embart Nugroho adalah pria kelahiran Pematang Siantar, pada 3 Februari 1977. Embart Nugroho akrab dipanggil dengan nama depannya saja, Embart. Menjadi seorang penulis terkenal merupakan mimpi dari lelaki berzodiak Aquarius ini.

Embart mulai jatuh cinta kepada dunia kepenulisan saat ia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada awalnya, Embart belajar menulis dengan membuat cerita pendek dan komik. Lalu, cerita yang dituliskannya itu diberikan kepada sang kakak untuk kemudian ia baca. Beranjak ke bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), Embart masih melanjutkan hobinya itu.

Semangat Embart kian bertambah saat ia berkesempatan untuk ikut lomba menulis cerpen di Aneka Yess, dan ia berhasil menjadi juara pertama. Tak sampai di situ saja, Embart kemudian mulai menulis cerpen untuk media cetak. Suatu saat, Embart membaca sebuah novel di toko buku. Dari situ ia memiliki keinginan untuk membuat novel.

Namun, perjalanan Embart tak selalu lancar. Berkali-kali novel karya Embart ditolak oleh penerbit. Embart tidak putus asa, ia malah kembali belajar dengan banyak membaca novel. Usaha keras yang dilakukan Embart tentunya membuahkan hasil yang baik, novel Embart akhirnya dapat diterima penerbit. Sampai saat ini, Embart sudah menerbitkan sejumlah 8 novel.

Bagi Embart, menulis adalah suatu proses kreatif untuk menuangkan gagasan ke dalam bentuk bahasa tulis. Menulis adalah hal yang tak terlepas dari setiap orang, meskipun itu hanya berupa catatan pribadi. Bakat seni memang mengalir dalam diri Embart dari anggota keluarganya yang lain, yang memang menggeluti bidang seni.

Embart diketahui lebih suka menulis novel dengan tema romansa dan horor. Hal ini disebabkan, karena tema tersebut memungkinkan Embart untuk menceritakan tentang perasaannya, juga sang tokoh dalam cerita dengan tema tersebut mampu menghipnotis para pembacanya. Cerita cinta dapat diramu sedemikian rupa sehingga menjadi plot cerita yang menarik.

Sedangkan, untuk cerita horor, Embart lebih suka menceritakan ketakutan yang dimilikinya. Cerita horor baginya seperti sebuah kisah yang sangat menguji adrenalin. Embart menyatakan bahwa sebenarnya dirinya penakut, tetapi tetap saja ia suka menulis cerita horor.

Embart tentunya pernah mengalami hambatan ketika menulis. Salah satu hambatannya adalah kesulitan untuk membagi waktu untuk menulis dan melaksanakan pekerjaannya, lalu ada kemauan yang tiba-tiba muncul, mood tidak bagus, saat tidak ada ide dan perbendaharaan kata minim, dan sebagainya. Namun, Embart mengatasi hambatannya itu dengan relaksasi, traveling, jalan mengelilingi kota, menonton, dan membaca novel lain. Sejumlah kegiatan itu mampu membuat Embart mendapatkan ide yang baru untuk melanjutkan cerita novelnya.

Beberapa karya Embart yang sudah diterbit dan terpajang di toko buku, yaitu Guardian Angel (2011), Love Hurts (2012), Nenek Galau (2013), When I Fall in Love (2013), Cinta Masih Ada (2013), Hantu Rumah Belanda (2014), Banyak Hantu di Casablanca (2014), Goodbye Singapore (2015), dan Scary Movie On (2015).

Sinopsis Novel Hantu Rumah Belanda

Oleh karena perusahaan ayah Riri gulung tikar, Riri mau tak mau harus merelakan dirinya untuk pindah rumah, kembali ke kampung halaman ayahnya yang jauh di Medan sana. Wajah cemberut dan bersungut-sungut Riri juga tidak cukup ampuh untuk menggagalkan rencana itu. Cewek itu harus mau tidak mau harus say good bye kepada kehidupan di Jakarta yang serba nyaman.

Sedari awal pindah rumah, Riri sudah memiliki perasaan tidak enak. Ia kerap mengalami mimpi buruk, hingga melihat berbagai penampakan yang menyeramkan. Herannya, hanya Riri saja yang mengalami kejadian aneh itu. Mama, Papa, dan kakaknya, Gordy tidak mengalami hal serupa dan hidup tenang-tenang saja.

Mereka malah bilang bahwa itu adalah akibat dari Riri yang keseringan membaca buku misteri. Namun, tak lama kemudian, kehidupan keluarga kecil itu mulai berubah. Kejadian aneh mulai terjadi setelah sebuah pintu terlarang di rumah itu terbuka segelnya.

Riri mulai memasuki pintu terlarang itu secara perlahan. Riri menelusuri tiap lorong demi lorong yang ada di dalam pintu terlarang itu. Tidak lama kemudian, Riri mendengar suara jeritan. Riri langsung berlari mencari pintu keluar.

Riri berlari dengan sangat ketakutan, ia sangat ketakutan sampai senter yang ia pegang di tangannya terjatuh. Namun, Riri tak mempedulikan itu, karena ia harus terus berlari. Ia merasakan ada banyak sekali arwah yang mengikutinya. Tiba-tiba, Boby muncul di koridor.

Riri pun terkejut dan langsung menanyakan alasan Boby berada di situ. Boby mengatakan bahwa mereka semua harus pergi dari rumah itu. Lalu, Riri melihat sosok mayat hidup yang sedang berusaha keluar dari bawah lantai dengan mencakar-cakar. Riri terkejut dan menjerit histeris.

Sosok mengerikan yang ada di hadapannya itu menjulurkan tangannya. Kedua tangan itu berwarna hitam, dengan kuku-kuku yang tajam dan berwarna hitam juga. Secara tiba-tiba, seluruh arwah para penduduk desa yang meninggal secara tragis bangkit dari liang kubur. Riri tidak sendirian di dalam lorong sempit itu, ia bersama dengan temannya Adam yang tidak lain merupakan anak dari sahabat ayahnya.

Tidak lama kemudian Riri dan Adam melihat sosok perempuan paruh baya yang berdiri di ujung lorong. Mereka berdua berjalan menghampiri perempuan itu. Leher perempuan paruh baya itu secara perlahan mengucurkan darah segar. Darah segarnya itu langsung membanjiri gaun berwarna krem yang dikenakannya. Riri sangat ketakutan melihatnya. Bibirnya bergetar, ia sangat ingin menjerit.

Riri bergerak mundur. Cepat-cepat ingin keluar dari ruangan itu. Dengan nafas yang terengah-engah, Riri berlari mencari pintu keluar. Gawat, pintu keluar itu entah di mana letaknya. Riri dan Adam panik, dan mereka semakin ketakutan. Suasana semakin tegang, Lambok tiba-tiba muncul dari balik pohon. Arwah Martha seolah marah tak karuan. Ia kemudian menghembuskan angin kencang yang membuat Riri dan Adam semakin merasa takut.

Lalu, ayah Riri, Bintara datang. Ayah Riri kemudian berbicara kepada arwah Martha. Ia menyatakan bahwa dirinya lah yang bersalah, dan lebih baik ia yang dibunuh oleh Martha. Mata Martha berubah menjadi hitam, ia sangat ingat akan apa yang Bintara lakukan kepadanya di zaman dulu. Angin berhembus semakin kencang, angin itu kemudian menghempas tubuh Bintara ke dinding.

Lambok kemudian memohon kepada Martha untuk membiarkannya hidup dengan tenang dan berhenti membunuh orang. Namun, Martha menjawab dengan suara memekik bahwa orang-orang itu telah membunuhnya. Angin berhembus semakin kencang. Wajah Bintara terlihat panik dan pucat. Martha menghempaskan tubuh Bintara ke atas dan ke bawah, sampai darah segar keluar dari mulut Bintara.

Lambok terus menasehati Martha supaya ia tidak lagi membalas dendam. Setelah beberapa kali dibujuk Lambok, akhirnya arwah Martha mau menerima nasihat Lambok. Martha mengampuni mereka, dengan syarat mereka harus mengubur tulang-tulangnya dengan benar, kemudian menaburi kuburannya dengan bunga mekar serta 7 mekar kenanga.

Selain itu, Bintara harus ziarah ke makam Martha setiap jumat malam, ia juga harus membersihkan makam Martha dan memeliharanya. Bintara menyetujui persyaratan itu. Martha kemudian juga menyuruh Bintara untuk menutup pintu itu dan tak sekali-kali berani untuk membukanya lagi.

Tiba-tiba angin kencang berhembus lagi, meniupkan daun-daun sampai berterbangan. Sosok Martha menyeringai dan terbang ke angkasa. Suasana mendadak hening setelah angin kencang itu berhenti berhembus. Pintu terlarang itu kembali terbuka di bagian samping.

Mereka yang melihatnya langsung berlari sigap untuk menutup pintu itu secara rapat-rapat. Lorong-lorong yang gelap itu runtuh, seperti habis diterjang gempa bumi. Mereka kemudian berlari menuju ke rumah Bintara.

Kelebihan Novel Hantu Rumah Belanda

Sebagai novel horor pertamanya, Embart Nugroho berhasil mengemas kisah ini dengan sederhana. Premis yang diangkat sederhana, dan ia menggunakan gaya bahasa ala remaja yang memudahkan pembaca untuk memahami cerita ini dengan mengalir.

Embart Nugroho juga mampu membangun karakter yang kuat dalam cerita ini. Hal ini kemudian mempermudah para pembaca untuk mengetahui latar belakang tokoh, meskipun terkadang para tokoh tak disorot dengan deskriptif.

Aksi-aksi menyeramkan yang ada di cerita ini dinilai cukup seram, tapi tidak terlalu mengagetkan. Hal ini menjadi kelebihan, karena novel ini tidak akan menimbulkan ketakutan berlebih yang mungkin dapat memengaruhi keadaan fisik seseorang.

Kekurangan Novel Hantu Rumah Belanda

Beberapa pembaca menemukan bahwa tidak ada penjelasan akan latar waktu ketika terjadi suatu peristiwa. Selain itu, masih terdapat beberapa kesalahan penulisan kata di beberapa kalimat, juga kesalahan penulisan tanda baca.

Pesan Moral Novel Hantu Rumah Belanda

Berbuat baiklah kepada siapa pun. Apa yang kamu berikan adalah hal yang kamu peroleh. Maka itu, hindari membuat masalah dengan orang lain, supaya kamu juga terhindar dari segala risiko yang mungkin mengintaimu.

Dendam adalah perasaan yang paling kuat, dan mampu menimbulkan hal-hal yang sangat buruk. Hendaknya kita tidak menyimpan dendam, karena dendam bagaikan penyakit hati yang akan membutakan diri.

Di dunia tempat hidup manusia ini, kita hidup berdampingan dengan dunia yang lain. Percaya atau tidak, sebaiknya kita menghormati dan tidak mengganggu mereka yang mungkin hidup di tempat yang kita tinggali, di sisi alam yang lain.

Bagi anda yang penasaran akan sosok yang menghantui Riri dan keluarganya, kalian bisa mendapatkan novel Hantu Rumah Belanda karya Embart Nugroho ini di Gramedia.com.

 

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy