in

Review Buku Sesekali Boleh Egois Buat Diri Sendiri Karya Depi Puspitaningsih

Sesekali Boleh Egois Buat Diri Sendiri adalah buku pengembangan diri yang memuat refleksi diri dan pencerahan. Buku ini mengajak para pembaca untuk menjalani kehidupan secara lebih autentik dan berani. Buku ini dituliskan dengan pandangan baru dan sentuhan penuh inspirasi mengenai pentingnya merawat dan menghargai diri sendiri di tengah sibuknya kehidupan sehari-hari yang penuh tuntutan.

Buku Sesekali Boleh Egois Buat Diri Sendiri memberikan motivasi kepada pembaca untuk menyisihkan waktu dan memberi perhatian untuk diri sendiri, merayakan kemandirian dan kekuatan diri, serta menyempatkan waktu untuk merenungi dan mengejar minat dan mimpi kita. Dengan cara ini, kita bisa menemukan keseimbangan dalam hidup, menjalin hubungan yang lebih sehat dengan orang lain, dan merasa lebih bahagia dengan diri sendiri.

Buku terbitan Gradien Mediatama ini dapat menjadi teman dan penuntun bagi pembaca dari berbagai kalangan, yang ingin meningkatkan kualitas hidup, mewujudkan kebahagiaan pribadi, dan menjalani hidup dengan sikap yang lebih berani serta positif. Menarik sekali ya Grameds buku yang satu ini. Yuk, kita intip lebih banyak tentang buku ini dengan menyimak sampai selesai!

Profil Depi Puspitaningsih – Penulis Buku Sesekali Boleh Egois Buat Diri Sendiri

Buku Sesekali Boleh Egois Buat Diri Sendiri ditulis oleh Depi Puspitaningsih. Tak banyak informasi tentang penulis yang satu ini. Namun, Grameds bisa mengenal sosok Depi lebih dekat dengan mengikuti akun Instagram @dep.daily yang kerap mengunggah kutipan-kutipan dan puisi karya Depi. Unggahan di akun ini tentunya relevan dengan kehidupan banyak orang, yang membuat akun ini sudah memiliki 13.4 ribu followers per bulan Februari 2024.

Sinopsis Buku Sesekali Boleh Egois Buat Diri Sendiri

Jika hidup tak pernah sesuai sama apa yang diminta, cukup ciptakan arah layar untuk perjalanan baru. Walaupun di awal harus menyesuaikan dengan keadaan, tetapi di akhir perjalanan, kita akan menemukan jalan tanpa beban. Jangan utamakan kesedihan dan tangisan mereka, jika dirimu sendiri juga membutuh pelukan dan ketenangan. Sesekali boleh egois, buat diri sendiri.

Setiap keluarga memiliki cerita yang berbeda. Yang utuh belum tentu bahagia.yang tampak aman belum tentu menyenangkan, yang runtuh selalu meninggalkan bekas dan menyakitkan. Pada nyatanya, aku selalu menjadi orang yang sering memiliki angan tentang kebahagiaan yang diciptakan di rumah. Walaupun tidak mudah, tapi berharap bukan hal yang salah.Hingga pada akhirnya, ada hal-hal yang aku mengerti. Bahwa pulang bukan hanya tentang rumah. Ada sejumlah hal yang diharapkan oleh masa kecil. Luka yang dibawa hingga perjalanan menuju dewasa, selalu terlihat bekasnya, tanpa tahu cara mengobatinya. Tak ada yang tahu, memori itu dibawa hingga nanti. Dan selama hidup, hanya ada ketakutan yang datang dari diri sendiri. Nyatanya, tangisan saat kecil masih terdengar dan bersuara. Tanpa pengakuan yang jarang aku peroleh. Tanpa apresiasi yang tak pernah aku dengarkan. Nyatanya, kehidupan pada masa kecil menjadi bagian yang paling menyakitkan.

Jadi harapan terakhir keluarga, terkadang memaksa diri untuk keras dan membunuh ego yang ada. Bahkan, kadang ada rasa senang yang sengaja dilewatkan, demi membahagiakan orang lain. Barangkali, orang yang sangat jarang berbagi cerita, adalah mereka yang memiliki trauma tentang kepercayaan pada orang lain. Hilang rasa untuk berbagi luka. Bahkan, menyimpan rasa kecewa tanpa ada yang mengetahui keseluruhannya. Dulu, kelahiranku menjadi bagian penutup dari rasa bahagia di keluarga. Aku selalu didoakan jadi yang paling bisa membuat cerita baru. Yang selalu diharapkan sukses dengan cara apapun. Yang selalu diminta untuk melakukan banyak hal dan dituntut bisa semua. Ada yang selalu berbagi cerita tentang sedih dan senang yang diterima. Namun, ada juga yang merasa tidak nyaman untuk sekadar cerita soal masalah yang ada. Semua punya keluarga, tapi tak semua bisa mendapat hak yang sama.

 

Kelebihan dan Kekurangan Buku Sesekali Boleh Egois Buat Diri Sendiri

Pros & Cons

Pros
  • Buku ini menyajikan potongan-potongan sajak yang menyampaikan suatu kisah.
  • Sajak-sajak dituliskan dengan pilihan kata yang indah dan membentuk kutipan yang bermakna.
  • Gaya penulisan hangat dan penuh dengan empati.
  • Buku ini menjadi sosok teman yang mampu memberikan semangat dan motivasi.
Cons
  • Gaya bahasa dinilai timpang, karena memadukan bahasa tidak formal dengan diksi yang indah.

Kelebihan Buku Sesekali Boleh Egois Buat Diri Sendiri

Grameds bisa lihat sendiri pada sinopsis di atas, buku Sesekali Boleh Egois Buat Diri Sendiri ini menyajikan potongan-potongan sajak yang menyampaikan suatu kisah. Sajak-sajak tersebut dituliskan dengan pilihan kata yang indah sehingga membentuk kutipan yang bermakna.

Gaya penulisan Depi Puspitaningsih sungguh hangat dan penuh dengan empati. Seperti yang telah disebutkan di atas, buku ini menjadi sosok teman yang mampu memberikan semangat dan motivasi. Buku ini juga menjadi penuntun yang bisa memberikan arahan kepada kita dalam melakukan suatu hal.

Secara keseluruhan, buku ini adalah buku yang ringan dan cocok untuk dinikmati di kala waktu luang. Buku Sesekali Boleh Egois Buat Diri Sendiri menjadi pengingat bagi kita yang kerap lupa untuk mendahulukan diri sendiri.

Review Buku: The Architecture of Love | Point of View

Kekurangan Buku Sesekali Boleh Egois Buat Diri Sendiri

Selain memiliki kelebihan, buku Sesekali Boleh Egois Buat Diri Sendiri ini masih memiliki kekurangan. Kekurangan pada buku ini terletak pada gaya bahasa yang dinilai timpang, karena memadukan bahasa tidak formal dengan diksi yang indah. Perpaduan ini dinilai kurang menyatu.

Pesan Moral Buku Sesekali Boleh Egois Buat Diri Sendiri

Buku Sesekali Boleh Egois Buat Diri Sendiri ini banyak memberikan pembelajaran bagi pembaca. Buku ini mengajak pembaca untuk lebih percaya diri dan mencintai diri sendiri tanpa rasa tidak enak karena egois. Buku ini memaparkan panduan dan saran praktis untuk menghadapi berbagai tekanan sosial dan ekspektasi orang lain, sehingga kita bisa hidup dengan lebih jujur kepada diri sendiri dan mengikuti keinginan hati.

Buku ini mengingatkan pembaca bahwa dengan menghargai dan mencintai diri sendiri, kita bisa menjadi versi pribadi paling baik dari diri sendiri dan mampu memberi kontribusi positif bagi orang di sekitar kita. Ini adalah hal yang penting untuk diingat dan diterapkan di masyarakat yang kerap kali mementingkan orang lain sebelum diri sendiri.

Nah, itu dia Grameds ulasan buku Sesekali Boleh Egois Buat Diri Sendiri karya Depi Puspitaningsih. Yuk langsung saja dapatkan buku ini di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap memberikan informasi terbaik dan terlengkap untuk kamu. Selamat membaca!

 

Penulis: Gabriel

 

Rekomendasi Buku

Slow Living, Hidup Bukanlah Pelarian Tapi Perjalanan Karya Sabrina Ara

slow living

Demi label kesuksesan yang dicapai lebih cepat, kita rela menjadi orang yang miskin waktu dan memiliki kebahagiaan yang tidak menentu. Belum lagi jika kesehatan terganggu karena mesin dalam tubuh terus terpacu. Apakah tidak sayang dengan diri sendiri?

Nyatanya, hidup cepat tidak selalu tepat untuk semua orang. Ada yang sukanya lari, tetapi mungkin kita cocoknya berjalan kaki. Memang lebih lambat, tetapi toh pada akhirnya akan sampai juga pada tujuan. Mengapa harus memaksakan diri untuk mengambil kecepatan yang sama dengan orang lain, jika kemampuan kita berbeda?

Jangan menyiksa, sayangilah dirimu. Bergerak cepat di lintasan yang tidak cocok untukmu justru bisa berbahaya, bukan? Cobalah melambat, karena hidup adalah perjalanan, bukan pelarian.

Untuk mencapai kesuksesan dengan lebih cepat, kita menjadi sibuk dan rela mengorbankan waktu, kebahagiaan bahkan kesehatan diri sendiri. Hidup cepat tidak selalu tepat untuk semua orang. Setiap orang memiliki alurnya sendiri, ada yang mampu berlari tetapi ada pula yang cocok dengan berjalan kaki untuk mencapai tujuan. Tidak perlu memaksakan diri untuk mengambil kecepatan yang sama dengan orang lain jika kemampuan kita berbeda.

Buku Slow Living membahas tentang gaya hidup melambat namun tetap produktif untuk menikmati setiap momen tanpa sibuk berlari sampai ke tujuan. Lambat bukan berarti berhenti namun bergerak sesuai ritme yang tepat.

 

Bisa Kok Hidup Damai Tanpa Validasi Orang Lain Karya Jiskim

bisa kok hidup damai tanpa validasi orang lain

Kamu tahu nggak sih, selain menyandang makhluk sosial, manusia itu juga disebut “sang pencari validasi”?

Nah, mencari validasi berkutat seputar tindakan yang kita lakukan di kehidupan keseharian, dalam rangka mewujudkan image diri yang ideal, menjadi terpandang dalam pandangan orang-orang. Adapun dengan mencari validasi itu memang wajar selama masih batas wajar. Ya, karena yang semula normal, jika dilakukan secara berlebihan, biasanya lebih banyak mendatangkan keburukan dibanding kebermanfaatan. Kedepannya bisa jadi masalah serius jika kamu memburu validasi dengan intensitas tinggi.

Melalui buku ini penulis berupaya mencari jawaban atas tiga pokok persoalan. Pertama, mengapa orang perlu mencari validasi orang lain. Kedua, mengapa saat mengejar validasi acapkali yang didapat justru kekecewaan. Lalu, yang ketiga apakah ada jalan alternatif di mana kita bisa mendapat validasi orang sekaligus tanpa perlu merasakan kekecewaan. Semua pertanyaan itu akan dikupas tuntas dalam buku kecil yang kamu pegang ini.

Mengejar validasi orang, entah dengan atau tidak sebegitunya kurasa, output-nya selalu saja berakhir menderita. Menjadi cemas, gelisah always, batin menjerit, pikiran berisik, selalu kurang dan tidak pernah puas, komplain terus sama takdir, dan bahagia, kayaknya tidak. Tapi selagi masih mau, ya tidak apa-apa, lakukan saja. Berpetualanglah! Lagi pula, tidak masalah untuk larut menelusuri rules of three. Oleh karena itu, termasuk sesuatu hal yang sewajarnya dialami manusia.

Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan Karya Tsuneko Nakamura, Hiromi Okuda

hidup damai tanpa berpikir berlebihan

Terlalu banyak tuntutan untuk melakukan ‘ini’ dan ‘itu’ sering kali membuat kita kewalahan. Beberapa tuntutan membutuhkan kesabaran sampai batas tertentu dan membuat kita dibebani pikiran yang berlebihan.

Dalam buku laris dari Jepang yang telah diterbitkan di beberapa negara ini, Dokter Tsuneko Nakamura—seorang psikiater yang berkarier selama hampir 70 tahun—berpendapat bahwa solusinya ada pada bagaimana kita mengkompromikan perasaan dengan kenyataan.

Buku Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan adalah salah satu rekomendasi buku pengembangan diri terbaik yang dapat jadi referensi belajar untuk berdamai dengan hidup. Karena dalam hidup, tidak ada seorang pun yang akan lepas dari sebuah masalah. Dari penulisnya saja, kita sudah bisa menebak isi buku ini yang akan memberi pembaca banyak pengetahuan baru tentang ilmu psikologi, terutama stres, overthinking, depresi, dan gangguan mental yang berkaitan dengannya.

Cara hidupnya memiliki kebiasaan melakukan hal baik dimulai sejak dari pikiran yang membuat kita dapat menerima diri apa adanya ini sangat bermanfaat bagi kesehatan fisik dan psikis untuk meraih kehidupan yang berkualitas.

 

Sumber:

https://bos.google.co.id/books?id=rZLPEAAAQBAJ&pg=PA8&source=kp_read_button&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&gboemv=1&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false

Written by Gabriela

Hai, saya Gabriel. Saya mengenal dunia tulis menulis sejak kecil, dan saya tahu tidak akan pernah lepas dari itu. Sebab, segala informasi yang kita dapat setiap hari, salah satunya berbentuk tulisan. Sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya untuk bisa turut memberikan informasi melalui tulisan saya.

Membuat karya tulis akan selalu menyenangkan bagi saya, karena saya bisa terus belajar melalui kata-kata. Setiap kali menulis, saya akan terlebih dahulu membaca sumber untuk memperoleh informasi yang tepat. Keseluruhan proses merangkai kata tersebut adalah proses pembelajaran yang tak berkesudahan.

Saya suka menulis review buku, karena setiap buku menyajikan dunia yang baru dan memberikan banyak pengetahuan baru. Saya juga suka menulis tentang dunia kuliner dan trivia, karena ada banyak fakta unik, tips, dan juga trik yang bisa saya coba praktikkan.

Keahlian
Review buku
Kuliner
Trivia

Pendidikan
Universitas Multimedia Nusantara

Linkedin: Gabriela Estefania
Instagram: @gaby_tandean