in

Review Buku Yang Sering Bilang Gapapa, Padahal Berantakannya Luar Biasa

Grameds, setiap orang pasti pernah memiliki rasa sakit atau rasa sedih yang luar biasa. Ada orang-orang yang mengungkapkan perasaan-perasaan sakit dan sedih itu dengan menunjukkan kepada orang-orang seperti menangis dan menceritakan rasa sedih itu, namun ada juga yang tidak menunjukkan rasa sakit dan sedih itu kepada orang-orang dan hanya bersikap biasa saja dan mengatakan “gapapa” sedangkan perasaan yang dirasakan begitu menyiksa.

Yang Sering Bilang Gapapa, Padahal Berantakannya Luar Biasa

Nah Grameds, apakah ada yang merasakan tentang perasaan yang sama? Jika kamu sedang merasakan hal yang sama sesuai dengan judul buku, mungkin buku ini bisa membantu kamu untuk menghilangkan rasa “berantakan” di hatimu. Buku ini akan memberikanmu rasa nyaman yang mungkin tidak bisa kamu dapatkan karena kamu selalu menutupi rasa sedih dan sakit dengan kata “gapapa”. Nah Grameds berikut ini adalah ulasan mengenai buku Yang Sering Bilang Gapapa, padahal Berantakannya Luar Biasa.

 

Sinopsis Buku Yang Sering Bilang Gapapa, padahal Berantakannya Luar Biasa

Yang Sering Bilang Gapapa, Padahal Berantakannya Luar Biasa

Ada yang sedang berantakan, tapi tetap berusaha terlihat waras dan tenang.

Ada yang sedang menopang beban, tapi tetap berusaha tegak dan seimbang. 

Ada yang menangis diam-diam, tapi mencoba tegar dan bertahan. 

Dunia memang terdiri dari banyak kepura-puraan. “Gapapa” menjelma jadi tempat sembunyi paling nyaman. 

Kita bukannya tidak percaya siapa-siapa. Hanya saja, tidak semua pendengar akan mengerti, atau setidaknya mencoba memahami. 

Akhirnya, yang bisa kita lakukan adalah pulang, pada diri sendiri.

Buku ini akan menemani kamu menyembuhkan rasa sakit dan emosi yang dirasakan yang sekiranya mengganggu aktivitas dan kegiatan sehari-hari. Buku ini memiliki 15 bagian dimana pada masing-masing bagian akan membahas sebagai berikut :

Pada Bagian I akan membahas mengenai Emosi-Emosi yang Dirasakan, Perlu Diwaraskan. 

Pada Bagian II akan membahas mengenai “Gapapa”

Pada Bagian III akan membahas mengenai Istirahat

Pada Bagian IV akan membahas mengenai Semampunya

Pada Bagian V akan membahas mengenai Ekspektasi

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Pada Bagian VI akan membahas mengenai Berjuang, Sekali Lagi

Pada Bagian VII akan membahas mengenai Beranjak dan Tumbuh

Pada Bagian VIII akan membahas mengenai Apresiasi Diri Sendiri

Pada Bagian IX akan membahas mengenai Gimana?

Pada Bagian X akan membahas mengenai Semua Ada Waktunya, kan?

Pada Bagian XI akan membahas mengenai Sabar, Sebentar Lagi

Pada Bagian XII akan membahas mengenai Bukan Perlombaan

Pada Bagian XIII akan membahas mengenai Reda

Pada Bagian XIV akan membahas mengenai Sesuai Kadarnya

Pada Bagian XV akan membahas mengenai Mahir

Pada Bagian XVI akan membahas mengenai Merayakan Luka dan Bahagia

Makin dewasa, kita jadi terbiasa menghadapi hal-hal rumit sendirian. Terlalu sibuk menguatkan díri dengan kata-kata “gapapa”, sampai lupa kalau sebenarnya diri sedang butuh bantuan. Butuh untuk díkuatkan, butuh telinga untuk didengarkan. Karena terlalu banyak yang di-gapapa-in dan di-yaudah-in, ketika ada kesempatan untuk nangis, jadinya tumpah semua.

Sering bilang “gapapa” sama diri sendiri, padahal berantakan juga. Lebih mudah bilang “gapapa” daripada harus bercerita tentang apa yang membuat bisingnya isi kepala. Lebih mudah menguatkan diri sendirian, daripada harus melibatkan orang lain yang sebenarnya juga sedang berusaha untuk tak menyerah menghadapi banyak hal dalam hidupnya.

“adakalanya, orang-orang tak benar-benar sepeduli itu, mereka hanya ingin tahu”

Katanya, diantara banyak duka, Tuhan akan memberi bahagia sebagai hadiahnya. Kalau hari ini diberi banyak kecewa, gagal berkali-kali, penolakan, ditinggalkan… hingga membuat kita lagi-lagi cuma bisa bilang “gapapa”, siapa tahu besok banyak bahagianya.

Tidak ada yang perlu ditahan. Tidak semua hal bisa di gapapa in. Apapun yang sedang dirasakan, mulai sekarang belajar untuk jujur pada diri sendiri. Beri ruang untuk diri membuang segala kerumitan yang ada. Kalau sedang berantakan, akui saja. Biarkan diri melepaskan segala hal yang tidak bisa dikendalikan. Kalau sedih, silahkan bersedih.  Kalau terluka dan berantakan, silahkan menangis.

“Mulai sekarang, jangan takut pada banyaknya sedih dan kecewa yang datang. Lagi pula,semua hanya sementara, kan?” 

Di depan orang lain, kita selalu terlihat baik-baik saja. Katanya, memendam itu tidak baik. Tapi, kata siapa kita memendam semuanya sendiri? Ketika isi kepala sudah benar-benar penuh, kita kerap bercerita sambil berkendara sendirian. Hal yang cukup ampuh untuk mengurangi sedikit isi kepala. Biarkan keluhan-keluhan yang menyesakkan itu terbang terbawa angin dan tertinggal di sepanjang perjalanan yang terlalui.

 

Tentang Penulis Buku Yang Sering Bilang Gapapa, Padahal Berantakannya Luar Biasa

Penulis buku ini adalah Syarilla Asri yang biasa juga akrab disapa dengan nama Rilla. Syarilla Asri merupakan penulis yang lahir di Riau pada Juni 1996. Bagi Rilla, jika ia menulis tulisan yang berasal dari hati pasti akan sampai pula ke hati para pembacanya. Ia percaya bahwa setiap tulisan memiliki takdir pembacanya sendiri. Buku Yang Sering Bilang Gapapa, Padahal Berantakannya Luar Biasa adalah buku pertamanya yang terbit di Mediakita.

Selain buku ini, Rilla juga mengeluarkan buku keduanya yang sudah terbit dengan judul Ikhlas Saja Tidak Cukup. Buku keduanya ini cocok untuk kamu yang sedang merasa lelah dengan hidup dan merasa kehilangan, sedang merasa berada di fase hidup yang rendah dan tidak tahu berbuat apa.

Syarilla Asri juga sering membagikan informasi mengenai buku dan tulisannya pada akun media sosial instagram @syarillaasri. Jika Grameds, ingin mengenal penulis lebih dekat maka kamu bisa langsung follow akun Instagramnya ya.

 

Kelebihan dan Kekurangan Buku Yang Sering Bilang Gapapa, Padahal Berantakannya Luar Biasa

Yang Sering Bilang Gapapa, Padahal Berantakannya Luar Biasa

Pros & Cons

Pros
  • Merupakan buku kumpulan quotes
  • Terdapat ilustrasi menarik di dalamnya
  • Mengangkat tema keresahan yang sering terjadi di kalangan anak muda
  • Buku ini dapat menjadi motivasi dan penyembuhan diri.
Cons
  • Bahasa yang terlalu puitis

Kelebihan Buku Yang Sering Bilang Gapapa, Padahal Berantakannya Luar Biasa

Yang Sering Bilang Gapapa, Padahal Berantakannya Luar Biasa

Buku ini bukan hanya buku novel pada umumnya yang membahas mengenai kesehatan mental dengan tulisan yang banyak dan membosankan. Namun buku ini ditulis dengan konsep kumpulan quote dan ditambahkan ilustrasi yang menarik.

Buku ini mengangkat tema yang menjadi keresahan yang sering dialami oleh anak-anak muda saat ini dalam menjalani proses pendewasaannya. Banyak sekali anak muda yang saat ini membohongi diri sendiri dengan mengatakan ‘gapapa’ namun hati dan dirinya sebenarnya berantakan.

Buku ini dapat menjadi motivasi dan mengajak pembaca untuk menerima dan menghargai diri sendiri hingga dapat menenangkan dan merangkul diri sendiri. Diharapkan pembaca dapat lebih terbuka dan tidak menyalahkan diri sendiri atau menyembunyikan luka dari orang lain.

Kekurangan Buku Yang Sering Bilang Gapapa, Padahal Berantakannya Luar Biasa

Yang Sering Bilang Gapapa, Padahal Berantakannya Luar Biasa

Beberapa bahasa penulisan memang sulit untuk dipahami karena penuh dengan kalimat yang sangat puitis sehingga benar-benar meresapi apa yang ditulis oleh penulis. Gaya penulisan yang kaya akan metafora dan analogi seringkali membuat pembaca harus menggali makna yang lebih dalam untuk memahami pesan yang ingin disampaikan.

Bagi beberapa orang, pengalaman membaca teks-teks semacam ini menjadi sebuah perjalanan intelektual yang memuaskan, di mana mereka dapat mengeksplorasi dan merenungkan makna yang tersembunyi di balik kata-kata.

Namun, bagi sebagian orang lain, kata-kata puitis ini perlu diartikan lebih universal karena tidak semua pembaca dapat mengartikannya dengan baik. Mereka mungkin merasa kehilangan atau tidak terhubung dengan karya tersebut jika tidak dapat memahami sepenuhnya apa yang dimaksud oleh penulis.

 

Penutup

Yang Sering Bilang Gapapa, Padahal Berantakannya Luar Biasa

Grameds itu dia adalah ulasan singkat mengenai buku Yang Sering Bilang Gapapa, Padahal Berantakannya Luar Biasa. Buku ini cocok untuk kamu yang sedang memendam perasaan sedih atau luka namun memilih untuk tidak mengungkapkannya.

Jika Grameds tertarik membaca buku ini, Grameds bisa mendapatkannya di Gramedia.com atau di toko buku Gramedia terdekat di kotamu.

Gramedia senantiasa menjadi #SahabatTanpaBatas untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Grameds selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Devina

 

Rekomendasi Buku Terkait

Atomic Habits: Perubahan Kecil yang Memberikan Hasil Luar Biasa

Atomic Habits: Perubahan Kecil yang Memberikan Hasil Luar Biasa

Atomic Habits: Perubahan Kecil yang Memberikan Hasil Luar Biasa adalah buku kategori self improvement karya James Clear. Pada umumnya, perubahan-perubahan kecil seringkali terkesan tak bermakna karena tidak langsung membawa perubahan nyata pada hidup suatu manusia. Jika diumpamakan sekeping koin tidak bisa menjadikan kaya, suatu perubahan positif seperti meditasi selama satu menit atau membaca buku satu halaman setiap hari mustahil menghasilkan perbedaan yang bisa terdeteksi. Namun hal tersebut tidak sejalan dengan pemikiran James Clear, ia merupakan seorang pakar dunia yang terkenal dengan ‘habits’ atau kebiasaan. Ia tahu bahwa tiap perbaikan kecil bagaikan menambahkan pasir ke sisi positif timbangan dan akan menghasilkan perubahan nyata yang berasal dari efek gabungan ratusan bahkan ribuan keputusan kecil. Ia menamakan perubahan kecil yang membawa pengaruh yang luar biasa dengan nama atomic habits.

 

Merawat Luka Batin

Merawat Luka Batin

Merawat Luka Batin adalah buku yang ditulis oleh seorang Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa bernama dr. Jiemi Ardian Sp.Kj. Buku ini berisi tentang proses berpikir, bukan sekadar berpikir dengan positif. Saat perasaan sedang tidak baik-baik saja, terlebih pada keadaan depresi, proses pikir kita biasanya ikut andil dalam memperburuk keadaan. Namun, sulit bagi kita untuk menyadari proses berpikir yang bermasalah ini karena kita menganggapnya sebagai cara kita melihat realitas. Menyadari pikiran yang keliru saat hal itu muncul bukanlah hal yang mudah.

 

Setiap Luka Akan Pulih

Setiap Luka Akan Pulih

Patah hati, depresi, hingga beberapa kali ingin mengakhiri hidup, pernah kulalui saat umur 20-an. Aku merasa tidak kuat menghadapi beban hidup, terlebih saat itu aku merantau sendirian di ibu kota, jauh dari keluarga di Kabanjahe, Sumatra Utara. Lalu, ketika sakit fisikku tak kunjung membaik, ternyata ada di dalam diri ini juga yang perlu diobati. Aku pun ke psikolog, dan dari sanalah aku tahu, bahwa akar dari perasaan tidak berdaya itu adalah peristiwa-peristiwa di masa kecilku, my inner child. Anak kecil yang diabaikan dan tidak mendapatkan perhatian, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang haus perhatian, butuh validasi, dan gagal menghadapi dinamika hubungan. Lewat buku Setiap Luka akan Pulih ini, aku menyusuri satu demi satu kejadian di masa lalu dan berusaha pulih dari luka-luka itu. Tidak ada kehidupan yang sempurna. Luka-luka itu pasti ada, tapi percayalah, setiap luka akan pulih dan esok pasti lebih baik.

 

Written by Adila Verni