in

Review Buku Merindu Baginda Nabi Karya Habiburrahman El Shirazy

Novel-novel karya Habiburrahman El Shirazy memang selalu menarik untuk dibaca. Tokoh-tokoh yang ada di dalamnya memberikan banyak inspirasi, nasihat yang disampaikan pun sangat mendidik.

Di sisi lain, peristiwa, latar, dan nuansa cerita begitu relevan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Semua karakteristik ini bisa kamu temukan dalam buku Merindu Baginda Nabi.

Novel yang terbit tahun 2018 ini berkaitan erat dengan kehidupan remaja masa kini yang dekat dengan kenakalan, pornografi, hingga narkotika. Sama seperti novel lainnya, Merindu Baginda Nabi juga membawa pesan bagi pembaca, khususnya para remaja dan orang tua.

Lantas seperti apa pesan yang disampaikan oleh Habiburrahman El Shirazy atau yang lebih akrab disapa Kang Abik dalam buku ini? Simak review buku Merindu Baginda Nabi di bawah ini untuk menemukan jawabannya.

Sinopsis Buku Merindu Baginda Nabi

Judul Buku : Merindu Baginda Nabi

Pengarang : Habiburrahman El Shirazy (Kang Abik)

Penerbit : Republika

Tahun Terbit : Cetakan Pertama, 2018

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Tebal : iii + 176 halaman

Merindu Baginda Nabi adalah novel yang bercerita tentang Syarifatul Bariyah, seorang remaja yang mengenyam pendidikan di salah satu SMA favorit di Kota Malang. Rifa–sapaan akrabnya–memiliki banyak prestasi di sekolahnya.

Akan tetapi, di balik kesuksesan yang didapatkannya, ada banyak perjuangan dan cerita menyakitkan yang harus dia lalui. Rifa merupakan seorang anak yang dibuang ke tempat sampah oleh kedua orang tuanya saat masih bayi. Karena itu, hingga menginjak usia remaja, dia tidak pernah mengetahui orang tua kandungnya.

Rifa yang malang ditemukan dan diadopsi oleh Mbah Tentrem, seorang nenek berusia lanjut. Tak banyak momen indah yang dirasakan Rifa bersama Mbah Tentrem karena beliau meninggal sebelum Rifa tumbuh besar.

Selepas itu, Rifa lalu diasuh oleh Pak Nur dan Bu Salamah, pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak selama delapan tahun. Bagi Rifa, orang tua barunya merupakan sosok yang luar biasa baik mampu mendidiknya dengan baik.

Kehidupan Rifa bertambah baik sejak diadopsi oleh Pak Nur dan Bu Salamah. Hingga akhirnya dia berhasil lolos dalam ujian untuk program pertukaran pelajar ke San Jose, Amerika Serikat.

Di San Jose, Rifa berhasil memenangi olimpiade matematika antar sekolah dan membuat namanya terus melejit. Selain itu, dia juga menemukan keluarga dan teman baru, yaitu Tuan Bill, Nyonya Barbara, dan putri bungsu mereka Fiona.

Sayangnya, kehidupan Rifa tidak berjalan mulus karena seorang temannya yang bernama Arum melakukan berbagai cara untuk mengalahkan Rifa dalam perebutan ranking satu. Arum sendiri merupakan putri pejabat di Malang yang menganggap Rifa sebagai rival terberatnya.

Bagi Arum, Rifa adalah sosok yang menghalanginya mendapatkan ranking satu di kelas. Oleh karena itu, dia berani melakukan cara-cara kotor seperti berusaha membuat Rifa tidak naik kelas dengan cara menghasut kepala sekolah karena absen selama 8 bulan saat masa pertukaran pelajar.

Selain itu, dia juga pernah berusaha mencelakai Rifa dengan cara menyuruh seseorang menyerempet motornya. Berkat kejadian ini, Rifa mengalami gegar otak ringan, patah kaki kiri, dan retak tulang belikat sehingga tidak bisa berjalan normal selama beberapa bulan.

Seiring berjalannya waktu, kesuksesan Rifa dan teman-teman setianya terus bertambah. Mereka bahkan sukses menyelenggarakan acara seminar internasional yang dihadiri oleh banyak tokoh penting seperti Menteri Sosial dan Walikota Malang.

Di sisi lain, Arum yang berkesempatan menjadi pemateri dalam sebuah Talkshow pada acara ulang tahun sekolahnya, harus merasakan kepedihan. Acaranya hanya dihadiri oleh beberapa orang guru dan siswa. Bahkan, Walikota Malang yang berencana menghadiri acara tersebut lebih memilih datang ke seminar internasional yang diselenggarakan oleh Rifa.

Hal ini tak pelak membuat Arum semakin cemburu dan marah pada Rifa hingga dia gelap mata. Tak tanggung-tanggung, Arum menyuruh seseorang untuk menabrak Rifa yang sedang dibonceng oleh Dian.

Saat kecelakan itu, Dian meninggal di tempat kejadian dan Rifa harus menjalani sisa hidupnya sebagai disabilitas karena kedua kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan lagi. Namun kejadian ini tidak membuat Rifa hilang semangat hidup.

Dia tetap tegar menghadapi kenyataan yang pahit dengan mengatakan bahwa dia masih dikaruniai dua tangan untuk menulis, mulut untuk berbicara, dan dua mata untuk membaca Al-Qur’an.

Cobaan bagi Rifa tak berhenti sampai di situ saja. Pak Nur, orang tua yang sudah dianggap sebagai bapak kandungnya, meninggal dunia setelah shalat ashar di Masjid Nabawi saat melaksanakan umrah. Sekali lagi, Rifa menunjukkan bahwa dia bukan manusia yang mudah menyerah.

Setelah melewati berbagai ujian kehidupan, Allah menunjukkan harapan kepada Rifa untuk bisa berjalan secara normal kembali dengan bantuan Judith Mueller, seorang dokter asal Jerman. Rifa pun berangkat ke Muenchen untuk menjalani pengobatan yang intensif hingga kakinya sembuh. Bahkan, dia melanjutkan pendidikan tingginya di Negara Pemikir dan Penyair itu.

Lalu, apakah Rifa akan kembali dalam keadaan sehat? Atau Arum akan terus melakukan kejahatan terhadap Rifa?

Review Buku Merindu Baginda Nabi

Secara garis besar, konflik utama dalam buku Merindu Baginda Nabi bisa dibagi menjadi dua. Pertama, konflik yang muncul karena rasa benci dan cemburu Arum kepada Rifa. Dalam konflik ini, Kang Abik menunjukkan bagaimana seorang manusia bisa melakukan apa saja untuk memuaskan nafsu dengkinya.

Konflik yang kedua, muncul dari dalam diri Rifa sendiri. Di sini Kang Abik lebih banyak memperlihatkan bagaimana cara Rifa melawan dendam, prasangka, keluh kesah, dan egoisme yang ada dengan sabar, takwa, dan syukur.

Di luar dua konflik utama tersebut, Kang Abik juga berusaha mengajak pembacanya untuk merenungi kembali bagaimana cara merindukan dan mencintai Nabi Muhammad SAW yang telah kita lakukan selama ini. Apakah kita sudah meneladani, mencontoh, dan mengikuti baginda Rasulullah dengan tepat atau justru hanya sampai pada keinginan belaka?

Ada beberapa kisah dalam novel ini yang mewakili bagaimana cara kita meneladani Rasulullah SAW. Misalnya sifat dermawan Mbah Tentrem yang baru terungkap setelah beliau meninggal saat mengikuti pengajian saat perayaan Maulid Nabi Muhammad. Mbah Tentrem ternyata mewakafkan tanah untuk masjid dan pesantren anak yatim piatu.

Dari sini, kita bisa belajar bagaimana beliau mengamalkan hadist Nabi yang menjelaskan bahwa kedekatan Nabi SAW dengan orang-orang yang menyayangi dan menyantuni anak yatim piatu seperti jarak antara jari telunjuk dengan jari tengah.

Cerita lainnya adalah tentang sifat tawadhu Pak Nur yang menjalankan amanah untuk mengelola wakaf pesantren dari Mbah Tentrem. Pak Nur bahkan sampai menjual rumahnya sendiri agar bisa membeli rumah baru di dekat pesantren sehingga beliau dapat mengelola pesantren tersebut dengan lebih baik.

Cerita lain yang tidak kalah menarik adalah tentang perjalanan hijrah Pak Nur saat belajar di sebuah pesantren yang ada di Mojokerto. Kang Abik tidak ragu menyelipkan sedikit sindiran dengan kalimat pesantren untuk membersihkan diri dan batin yang erat kaitannya dengan orang-orang tasawuf.

Kang Abik secara cerdas menyisipkan pesan melalui nasihan Kyai pesantren tersebut yang disampaikan kepada Pak Nur bahwa jalan untuk dekat dengan Allah itu tidak ada batasnya, namun tetap berakhir pada ridha Allah. Selama kita mengikuti cara yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, apapun cara yang kita lakukan akan sampai kepada ridha Allah SWT.

Jika dilihat dari konflik di dalam novel ini, sebenarnya Kang Abik memilih konflik yang lebih ringan dan banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi kemampuan beliau membuat konflik yang ringan tersebut berhasil dikemas dengan sangat apik.

Kemudian pembaca juga bisa menemukan latar tempat di luar negeri yang banyak ditemukan dalam novel-novel karya Kang Abik yang lainnya. Mulai dari San Jose, Muenchen, London, Frankfrut, dan yang lainnya. Akan tetapi latar tempat ini hanya dibahas secara singkat saja karena sepertinya Kang Abik ingin lebih fokus pada cerita yang berlatar di Indonesia.

Kang Abik juga berhasil menyuguhkan cerita yang sederhana dengan gaya khas nya sendiri sehingga cerita di novel ini dipenuhi dengan sisi keislaman. Akibatnya, pembaca mendapatkan sebuah cerita istimewa yang memberikan banyak manfaat dan pelajaran.

Salah satunya adalah pelajaran tentang kebaikan. Kang Abik, melalui novel ini ingin menunjukkan bahwa setiap perbuatan baik yang kita lakukan akan kembali lagi kepada kita, sesuai janji Allah SWT. Karena itu, kita harus melibatkan Allah SWT dalam setiap urusan sambil tidak pernah berhenti berharap mendapatkan ridho-Nya.

Cerita dalam buku Merindu Baginda Nabi dibawakan dengan cara yang tenang, adem, dan sejuk sehingga memberikan efek menenangkan kepada pembacanya. Di samping itu, bagi pembaca yang punya ikatan khusus dengan kota Malang, mungkin akan merasakan kerinduan pada kota tersebut karena beberapa percakapan ditulis dengan bahasa Jawa Timuran.

Last but not least, novel Kang Abik yang satu ini bisa dibaca oleh siapa saja, mulai dari anak remaja hingga orang tua. Sebab sosok Rifa dapat mengajarkan tentang kesabaran, keikhlasan, dan sifat pantang menyerah dalam menjalani kehidupan yang pahit.

Kelebihan dan Kekurangan Buku Merindu Baginda Nabi

Pros & Cons

Pros
  • Novel ini dapat menjadi “kritik” dan perlawanan pada syubhat dalam kerancuan paham agama Islam.
  • Secara langsung maupun tidak langsung, jalan ceritanya dapat menghilangkan kebathilan dalam paham agama.
  • Mengajarkan tentang sifat pantang menyerah dalam meraih kesuksesan di dunia dan akhirat.
  • Kisah hidup Rifa dapat menjadi motivasi, khususnya bagi pembaca yang berusia remaja.
  • Menggunakan kalimat yang mudah dipahami.
  • Penuh dengan nilai kebaikan dan nilai-nilai ajaran agama Islam.
  • Mengingatkan pembaca bahwa anak merupakan karunia dari Allah SWT sehingga kita harus menjaga dan merawatnya sebaik mungkin. 
Cons
  • Beberapa halaman di bagian terakhir buku memiliki cetakan yang kurang rapi.

Kelebihan buku

Novel yang ditulis dengan epik oleh Kang Abik ini bukanlah karya yang sempurna, karena itu pasti ada kelebihan dan kekurangan yang bisa kita temukan di dalamnya. Sekarang mari kita bahas tentang kelebihannya terlebih dulu.  Pertama, novel ini bisa dikatakan sebagai bentuk perlawanan Kang Abik terhadap syubhat dalam kerancuan paham agama, khususnya yang berkembang di Jawa Timur. Tidak bisa dipungkiri, ada beberapa orang yang mengaku mencintai Nabi Muhammad SAW namun keliru dalam beribadah.

Kedua, jalan cerita yang disuguhkan oleh Kang Abik di novel ini secara langsung maupun tidak dapat menghilangkan kebathilan dalam paham agama. Yang ketiga, Kang Abik berusaha mengingatkan kita bahwa seperti apapun latar belakang yang kita miliki, kita tidak boleh menyerah dan harus terus berusaha mendapatkan kesuksesan di dunia dan akhirat.

Keempat, cerita tentang Rifa yang menjalani kehidupan beratnya dapat menjadi motivasi bagi pembaca. Khususnya pembaca berusia remaja yang dihadapkan dengan berbagai konflik dalam hidupnya.

Kelima, cerita yang cukup ringan dalam novel Merindu Baginda Nabi disajikan dengan menarik dan tidak membuat pembaca merasa bosan. Keenam, buku ini dipenuhi dengan nilai, persahabatan, kekuatan doa, akhlak yang baik, rasa syukur, akibat buruk dari sifat dendam, serta nilai-nilai ajaran agama Islam yang lainnya.

Terakhir, Kang Abik mengingatkan pada kita bahwa anak adalah karunia yang Allah titipkan pada kita sehingga harus dijaga dengan baik. Seperti yang ditunjukkan oleh Pak Nur dan Bu Salamah saat merawat Rifa seperti anak kandung mereka sendiri. Sebagai hasilnya, Rifa tumbuh menjadi anak yang pandai dan alim.

Bahkan, meskipun Rifa selalu mendapatkan gangguan dari Arum, namun dia tetap menghadapinya dengan sabar sambil menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. Rifa juga berhasil menjadi anak yang membalas tindakan jahat Arum dengan kebaikan.

Pembaca dapat mengambil inspirasi dari sifat-sifat yang dimiliki oleh Rifa ini, sehingga dapat menjalani kehidupan yang lebih baik lagi saat di rumah, di sekolah, maupun di mana saja. Melalui cerita ini, Kang Abik nampaknya ingin agar remaja Indonesia menjadi anak yang baik, beriman, dan menjalankan nilai agama Islam secara tepat.

Kekurangan buku

Sebenarnya tidak banyak kekurangan yang ada pada buku Merindu Baginda Nabi yang ditulis oleh Kang Abik ini. Namun agar kamu tidak merasa kecewa, kekurangan tersebut tetap harus disebutkan.

Adapun kekurangannya adalah beberapa halaman di bagian terakhir dalam buku ini yang cetakannya kurang baik, misalnya seperti tidak simetris atau miring sehingga terasa kurang rapi.

Demikianlah review buku Merindu Baginda Nabi yang ditulis oleh Habiburrahman El Shirazy. Jika kamu ingin memiliki dan membaca buku ini, kamu bisa langsung membelinya di Gramedia.com, ya.

Selain buku Merindu Baginda Nabi, ada banyak buku karya Habiburrahman El Shirazy yang bisa kamu temukan di toko offline maupun marketplace Gramedia. Mulai dari Ayat-Ayat Cinta, Cinta Suci Zahrana, Bidadari Bermata Bening, Di Atas Sajadah Cinta, Dalam Mihrab Cinta, Bumi Cinta, Ketika Cinta Bertasbih 1, Ketika Cinta Bertasbih  2, Suluh Rindu, hingga Ayat-Ayat Cinta 2 Edisi Film.

Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Gilang Oktaviana

 

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy