Agama Islam Pendidikan

Macam-Macam Takdir dan Contohnya

Written by Gilang P

Macam-Macam Takdir dan Contohnya – Apabila membahas takdir, itu merujuk pada sesuatu hal yang memang harus terjadi dalam kehidupan manusia. Takdir itu dapat berupa hal sekecil apapun, misalnya bertemu dengan seseorang di jalan.

Dalam agama Islam, takdir itu dibagi menjadi dua macam yakni qada dan qadar. Meyakini akan adanya takdir itu merupakan salah satu dari rukun iman. Seorang muslim yang baik harus beriman dan meyakini takdir yang terjadi di dalam hidupnya, baik itu takdir baik atau takdir buruk.

Kematian, kelahiran, rezeki, nasib, hingga jodoh itu semua telah ditetapkan sebelumnya dalam garis takdir manusia dan tidak diketahui oleh siapapun, kecuali Allah SWT. Maka dari itu, karena kita tidak mempunyai pengetahuan mengenai bagaimana takdir nasib hidup, seharusnya kita berlomba-lomba untuk menjadi seorang muslim yang taat kepada Allah SWT.

Lalu, bagaimana penjelasan mengenai macam-macam takdir tersebut beserta contohnya di kehidupan sehari-hari?

Yuk simak ulasan berikut ini!

Qada’ dan Qadar

Qada’ berarti ketetapan, perintah, kepastian, dan kehendak. Dalam hal ini maka qada’ dapat diartikan sebagai ketetapan Allah SWT kepada setiap makhluk-Nya sejak zaman azali (sejak manusia diciptakan), meliputi baik dan buruk nasib, hingga bagaimana hidup dan matinya manusia. Jadi dapat dikatakan bahwa apa yang akan, sedang, dan sudah terjadi di hidup manusia itu semuanya sebenarnya sudah digariskan oleh Allah SWT.

Sementara itu, Qadar mempunyai arti sebagai peraturan dan ukuran. Dalam hal ini, maka Qadar adalah perwujudan dari Qadar terhadap segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya sesuai dengan kehendak Allah SWT. Qadar ini sering disebut juga sebagai takdir Allah SWT dan berlaku bagi semua makhluk hidup.

Keberadaan Qada’ dan Qadar ini telah tertulis di dalam Lauhul Mahfuzh atau papan tulis yang terpelihara. Berkaitan dengan Qada’ dan Qadar, ternyata telah tertulis dalam Al-Quran dan hadist, yakni:

  • Dalam QS Al-Qamar ayat 49:

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”. (Q.S. Al-Qamar:49)

  • Dalam QS Al-Ahzab ayat 38:

وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ قَدَرًا مَقْدُورًا

…Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.” [Al-Ahzab/33 :38]

  • Dalam QS. Al-Hijr ayat 21:

وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا عِنْدَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَعْلُومٍ 

…Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya, dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu.” [Al-Hijr/15 : 21]

  • Dalam QS. Al-Mursalaat ayat 22-23:

إِلَىٰ قَدَرٍ مَعْلُومٍ فَقَدَرْنَا فَنِعْمَ الْقَادِرُونَ

Sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan.” [Al-Mursalaat/77 : 22-23]

  • Dalam QS. Al-Anfaal ayat 42:

لِيَقْضِيَ اللَّهُ أَمْرًا كَانَ مَفْعُولًا

… (Allah mempertemukan kedua pasukan itu) agar Dia melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan…” [Al-Anfaal/8: 42]

  • Dalam Hadist Jibril Alaihissalam

وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

“…Dan engkau beriman kepada qadar, yang baik maupun yang buruk…”

Hadist tersebut didasarkan pada sabda Nabi Muhammad SAW akan keberadaan Qadar.

Beli Buku di Gramedia

  • Dalam Hadis Riwayat Kitab Shahiih Dari Thawus

Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahiih dari Thawus, dia mengatakan, “Saya mengetahui sejumlah orang dari para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Segala sesuatu dengan ketentuan takdir.’ Ia melanjutkan, “Dan aku mendengar ‘Abdullah bin ‘Umar mengatakan, ‘Segala sesuatu itu dengan ketentuan takdir hingga kelemahan dan kecerdasan, atau kecerdasan dan kelemahan.’”

  • Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْئٌ فَلاَ تَقُل:ْ لَوْ أَنِّيْ فَعَلْتُ، كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ: قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ

“…Jika sesuatu menimpamu, maka janganlah mengatakan, ‘Seandainya aku melakukannya, niscaya akan demikian dan demikian.’ Tetapi ucapkanlah, ‘Sudah menjadi ketentuan Allah, dan apa yang dikehendakinya pasti terjadi… .’”

Beli Buku di Gramedia

Konsep Takdir

Sebenarnya, takdir itu sama dengan qada’ dan qadar, yakni sesuatu yang gaib dan semua manusia di bumi ini tak mampu mengetahui takdir hidupnya. Meskipun ternyata, terdapat beberapa takdir yang dapat diubah dengan usaha dari manusia itu sendiri. Misalnya, dari hidup miskin itu dapat diubah dengan bekerja keras maka dapat menjadikan takdirnya berubah.

Sering ada kata-kata bijak berkaitan dengan takdir, yakni “Tugas manusia itu hanyalah berusaha sekeras dan sebaik mungkin, untuk hasil cukup serahkan kepada Allah SWT”. Nah, kata-kata bijak tersebut ternyata benar apa adanya yang secara tidak langsung menegaskan manusia untuk mengusahakan qada’ supaya dapat menjadi qadarnya.

Tingkatan Takdir

Sebuah takdir itu memiliki empat tingkatan, yang tentu saja keempatnya wajib diimani oleh manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya. Tingkatan tersebut adalah:

1. Al-Ilmu (Pengetahuan)

Dalam tingkatan pertama yakni Al-Ilmu atau pengetahuan adalah ketika seseorang harus meyakini bahwa Allah SWT itu mengetahui segala sesuatu baik hingga serinci apapun. Dia mengetahui apa yang telah terjadi di langit dan bumi, baik itu termasuk perbuatan-Nya sendiri atau perbuatan para makhluk-Nya. Maka dari itu, segala sesuatu itu pasti diketahui oleh Allah SWT, sekalipun kamu menutupinya secara rapat.

Hal tersebut juga diungkapkan dalam kitab suci Al-Quran pada surah Al-An’am ayat 59.

Yang artinya:

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata.” (QS. Al-An’am:59).

2. Al-Kitabah (Penulisan)

Tingkatan kedua adalah Al-Kitabah atau penulisan. Dalam hal ini, manusia harus mengimani dan mempercayai bahwa Allah SWT itu telah menuliskan segala ketetapan akan sesuatu yang terjadi di seluruh semesta dalam  Lauhul Mahfuzh.

Hal tersebut diungkapkan sebagaimana dalam Al-Quran surah Al-Hajj ayat 70, yakni:

Yang artinya:

Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab. Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hajj:70)

Beli Buku di Gramedia

3. Al-Masyi’ah (Kehendak)

Tingkatan ketiga adalah Al-Masyi’ah atau kehendak. Kehendak Allah SWT itu bersifat umum, sehingga tidak ada apapun di langit maupun di bumi yang terjadi tanpa kehendak dan keinginan-Nya. Hal tersebut juga diungkapkan sebagaimana dalam Al-Quran surah Yasin ayat 82.

Yang artinya:

“Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia” (QS. Yasin:82)

4. Al-Khalqu (Penciptaan)

Tingkatan takdir yang terakhir adalah Al-Khalqu atau penciptaan. Dalam hal ini, manusia harus mengimani dan percaya bahwa Allah SWT itu yang menciptakan segala sesuatu di seluruh semesta ini, bahkan hingga kematian dari kehidupan makhluk-Nya.

Hal tersebut juga diungkapkan sebagaimana dalam Al-Quran surah Az-Zumar ayat 2.

Yang artinya:

“Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab dengan kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (QS. Az Zumar:2).

Beli Buku di Gramedia

Macam-Macam Takdir

Berdasarkan Takdir yang Berlaku

1. At-Taqdiirul ‘Aam (Takdir yang bersifat umum)

Takdir Allah ini berlaku untuk seluruh alam karena Dia adalah Yang Maha Mengetahui, Maha Menghendaki, dan Maha Menciptakan. Hal tersebut ditunjukkan dalam surah Al-Quran, yakni:

أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۗ إِنَّ ذَٰلِكَ فِي كِتَابٍ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

Artinya:

“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh) Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah“. [Al-Hajj/22 : 70]

2. At-Taqdiirul Basyari (Takdir yang berlaku untuk manusia)

Takdir jenis ini berlaku kepada seluruh manusia. Allah SWT nantinya akan menentukan bahwa orang-orang akan berbahagia dan orang-orang akan celaka, bergantung perbuatan dan amalan masing-masing.

Hal tersebut diungkapkan dalam Al-Quran surah Al-A’raaf ayat 172.

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ

Artinya:

“Dan (ingatlah), ketika Rabb-mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), Bukankah Aku ini Rabb-mu. Mereka menjawab, Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb).” [Al-A’raaf/7 :172]

3. At-Taqdiirul ‘Umri (Takdir yang berlaku bagi usia)

Dalam takdir ini, apapun ketentuan yang akan terjadi kepada makhluk-Nya, baik itu kehidupan, usia, kesengsaraan, kebahagiaan, hingga akhir ajal adalah ketetapan Allah SWT. Hal tersebut telah diungkapkan sebagaimana pada hadits ash-Shadiqul Mashduq (Nabi Muhammad SAW) dalam Shahihain dari Ibnu Mas’ud, yang berbunyi:

 إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا، ثُمَّ يَكُوْنُ فِي ذَلِكَ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ فِيْ ذَلِكَ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ، فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ، بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ

Yang artinya:

“Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal darah seperti itu pula (empat puluh hari), kemudian menjadi segumpal daging seperti itu pula, kemudian Dia mengutus seorang Malaikat untuk meniupkan ruh padanya, dan diperintahkan (untuk menulis) dengan empat kalimat: untuk menulis rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagia(nya).”[5]

Beli Buku di Gramedia

4. At-Taqdiirus Sanawi (Takdir yang berlaku tahunan)

Dalam takdir ini berkaitan erat dengan malam Lailatul Qadar yang terjadi setiap tahun, yakni pada bulan Ramadhan. Tentu saja malam penuh berkah termasuk dalam takdir Allah SWT yang tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun.

Hal tersebut diungkapkan dalam Al-Quran terutama pada surah Al-Qadr ayat 4-5.

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

“Pada malam itu turun para Malaikat dan juga Malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” [Al-Qadr/97 : 4-5]

5. At-Taqdiirul Yaumi (Takdir yang berlaku harian)

Takdir itu tidak hanya berlaku tahunan saja, tetapi juga harian, sepanjang kehidupan manusia masih berjalan. Baik itu kematian, kehidupan, rezeki, bahkan hujan yang akan turun juga telah ditentukan oleh takdir.

Hal tersebut diungkapkan dalam Al-Quran terutama surah Ar-Rahmaan ayat 29.

كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ

“Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” [Ar-Rahmaan/55 : 29]

Beli Buku di Gramedia

Berdasarkan Kehendak Allah dan Usaha Manusia

1. Takdir Mubram

Takdir mubram adalah ketentuan takdir yang mutlak dari Allah SWT selaku pencipta semesta dan tidak bisa ditawar lagi, meskipun manusia itu telah memohon kepada-Nya. Takdir jenis ini berkaitan erat dengan kelahiran dan kematian manusia. Bahkan bagaimana fisik bayi di dalam kandungan pun juga turut diatur dalam takdir Mubram.

Takdir manusia yang melingkupi pada takdir Mubram adalah jenis kelamin bayi, ciri fisik bayi, waktu kematian manusia, umur manusia, jodoh, dan lain-lain.

Hal tersebut diungkapkan pada Al-Quran surah Al-A’raf ayat 34.

2. Takdir Muallaq

Takdir Muallaq ini mempunyai perbedaan besar dengan takdir Mubram. Dalam takdir Muallaq berupa ketentuan Allah SWT yang mengikutsertakan usaha dan ikhtiar manusia. Secara tidak langsung, usaha dan doa yang dilakukan manusia, niscaya dapat mengubah takdirnya. Hal-hal yang dapat diubah melalui usaha dan doa tersebut mencangkup cita-cita dan impian seseorang, kesuksesan seseorang, hingga rezeki.

Takdir Muallaq sebenarnya telah tertulis dalam  Lauhul Mahfuzh, tetapi dapat berubah lantaran dua sebab, yakni doa yang telah dipanjatkan oleh manusia secara sungguh-sungguh dan perbuatan baik yang telah dilakukan semasa hidup manusia.

  • Doa, apabila manusia berdoa kepada Allah secara bersungguh-sungguh, maka Insya Allah takdirnya dapat berubah. Namun, doa tersebut harus diiringi pula dengan usaha yang maksimal. Hal tersebut diungkapkan oleh Nabi Muhammad SAW:

“Tidak ada yang bisa menolak takdir selain do’a, dan tidak ada yang bisa memperpanjang umur kecuali berbuat kebaikan”.(HR. Tirmidzi)

  • Berbuat baik. Melalui perbuatan baik, percaya tidak percaya ternyata dapat mengubah takdir manusia. Banyak perbuatan baik yang tentu saja dapat dilakukan, misalnya silaturahmi, menghormati orang tua, menghargai orang lain, memberikan santunan kepada anak yatim piatu, menolong sesama, dan lain-lain.

Hal tersebut diungkapkan dalam Al-Quran surah ar-Radu ayat 11

Beli Buku di Gramedia

Hikmah Beriman Kepada Qada’ dan Qadar

  1. Melatih diri supaya banyak bersyukur kepada Allah SWT
  2. Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa
  3. Menenangkan jiwa
  4. Mendekatkan diri kepada Allah SWT
  5. Membiasakan diri untuk bertawakal kepada Allah SWT

Contoh Qada’ dan Qadar

Contoh Qada’

  1. Matahari terbit ketika pagi hari, sementara bulan dan bintang tampak pada malam hari.
  2. Kematian manusia
  3. Kelahiran manusia
  4. Waktu laut pasang dan surut
  5. Adanya jenis kelamin laki-laki dan perempuan

Contoh Qadar

  1. Shannon mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang sutradara. Dirinya terus-menerus berusaha dan mencari pengalaman yang dapat berguna untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Namun, dirinya juga tidak lupa untuk berdoa kepada Allah SWT. Ketika telah berusaha selama bertahun-tahun, akhirnya dirinya berhasil menjadi sutradara dan film besutannya populer di kalangan masyarakat.
  2. Arkie adalah seorang siswa yang kepintarannya rata-rata. Setiap penerimaan rapot kenaikan kelas, nilainya hanya sebatas KKM saja. Namun karena ingin masuk di universitas melalui jalur undangan atau SNMPTN, maka dirinya bertekad untuk belajar supaya nilai rapotnya naik. Setelah perjuangan dan doanya kepada Allah SWT, maka akhirnya dirinya berhasil lolos seleksi masuk ke universitas tersebut.
  3. Awin adalah seorang yang terlahir dari keluarga miskin. Bahkan dirinya harus rela menamatkan sekolah di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) saja. Awin pun bertekad supaya menjadi orang kaya. Dirinya mulai berjualan keripik kaca yang diberi bumbu racikannya, tak lupa juga berdoa kepada Allah SWT supaya jualannya selalu laris terjual. Akhirnya setelah perjuangan bertahun-tahun, Awin berhasil menjadi seorang pengusaha muda yang berbisnis camilan keripik kaca.

Beli Buku di Gramedia

Nah, itulah penjelasan mengenai macam-macam takdir dan contohnya. Sebagai umat muslim yang baik, tentunya kita harus senantiasa mengimani dan mempercayai akan takdir apapun yang terjadi dalam hidup ini. Jika Grameds memiliki keinginan untuk diwujudkan, berusahalah secara sungguh-sungguh dan jangan lupa untuk tetap berdoa kepada Allah SWT supaya diberi kemudahan.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

Sumber:

https://almanhaj.or.id/

https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/

Samsiah, Nurul Huda. Konsep Qada, Takdir, dan Ikhtiar

Baca Juga:

  1. Apa Saja Perbedaan Qada dan Qadar?
  2. Pengertian Iman Secara Bahasa
  3. 20 Sifat Wajib Allah Beserta Maknanya
  4. Bagaimana Perbedaan Nabi dan Rasul?
  5. Pengertian Iman Kepada Malaikat Allah
  6. Apa Itu Mukjizat?

About the author

Gilang P

Saya menulis sekian banyak tulisan untuk menuangkan apa yang ada di pikiran–tentunya setelah diolah dan diracik sedemikian rupa agar menjadi menarik. Saya pikir, setiap orang bisa menulis tentang apa saja, selama mau belajar memahami.