Bahasa Indonesia

Ketahui Contoh Puisi Rakyat

Written by Siti Badriyah

Puisi rakyat merupakan sebuah ragam sastra yang dipelajari di dalam materi Bahasa Indonesia. Puisi rakyat merupakan warisan dari leluhur saat akan mendapatkan pesan-pesan moral.

Puisi rakyat merupakan karya sastra yang didalamnya terdapat beberapa jenis bait maupun baris. Puisi rakyat juga terikat pada ketentuan-ketentuan, seperti halnya jumlah jumlah baris, suku kata, jumlah bait, dan rima.

Puisi rakyat atau bisa disebut juga sebagai puisi lama. Contoh puisi rakyat atau puisi lama yaitu pantun, gurindam, dan syair. Teks dari puisi rakyat juga pada umumnya mengandung nilai yang berkembang pada sebuah kehidupan di dalam masyarakat serta pesan sebagai warisan para leluhur.

 

Ciri-Ciri Puisi Rakyat

Puisi rakyat juga memiliki sebuah karakteristik yang berbeda jika dibandingkan dengan puisi modern pada umumnya. Perbedaan ini bisa dilihat dari cirinya, seperti sebagai berikut:

  1. Puisi rakyat seringkali anonim atau tidak dikenal nama pengarangnya
  2. Puisi rakyat disampaikan lewat mulut ke mulut, sehingga tergolong sebagai sastra lisan
  3. Puisi rakyat sangat terikat oleh aturan-aturan, seperti jumlah baris setiap bait, jumlah suku kata, rima, dan irama.

 

Kaidah Kebahasaan Puisi Rakyat

Setiap teks pastinya memiliki kaidah atau kebahasaan yang menjadi ciri khas serta pembeda dari genre teks lainnya. Kebahasaan yang digunakan dalam puisi rakyat yaitu:

  • Mengandung kalimat perintah, saran, ajakan, larangan dan kalimat pernyataan

Dalam puisi rakyat mengandung kalimat perintah, ajakan, saran, larangan, dan kalimat pernyataan karena memuat nasihat, puisi rakyat umumnya menggunakan kalimat perintah, kalimat saran, kalimat ajakan, kalimat larangan dan kalimat pernyataan.

Contoh:

Kalimat perintah, misalnya; “Wahai Ananda, dengarlah pesan”

Kalimat ajakan, misalnya; “Mari berbaiklah pada orang tua”

Kalimat larangan, misalnya; “Mohon adik, jangan lupakan daku”

Kalimat pernyataan, misalnya; “Tak ada orang menyesal dahulu”

  • Menggunakan kalimat tunggal dan majemuk

Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu pola kalimat, misalnya: Banyak orang menyesal kemudian.

Sementara kalimat majemuk memiliki bentuk yang lebih luas dari kalimat tunggal, biasanya memiliki dua pola kalimat atau lebih yang terdiri atas induk dan anak kalimat.

 

Contoh Puisi Rakyat

Contoh puisi rakyat dengan kalimat majemuk biasanya banyak ditemukan dalam gurindam.

Gurindam

Gurindam merupakan puisi rakyat India yang kemudian terdapat perkembangan menjadi puisi lama Melayu. Gurindam juga berisikan mengenai moral dan pesan agama yang telah dipadukan dengan sajak dan peribahasa.

Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI),

“gurindam merupakan sebuah bentuk karya sastra yang berupa sajak, satu bait nya ada dua baris. Isinya berupa nasihat atau petuah.”

Gurindam awalnya dibawa oleh orang Hindu atau pengaruh sastra Hindu. Gurindam berasal dari bahasa Tamil (India) yaitu ‘kirindam’, yang berarti mula-mula amsal, perumpamaan.

Baris pertama dalam gurindam berisikan semacam persoalan, masalah atau perjanjian, dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.

Secara bentuk, gurindam hampir sama dengan pantun dan puisi. Perbedaan gurindam dan pantun ada pada baris pada tiap baitnya. Dalam satu bait pantun memiliki empat baris dalam setiap baitnya.

Pada hakikatnya, gurindam merupakan kalimat majemuk yang saling berhubungan. Antarbaris dan kalimatnya berisi sebab-akibat.

Gurindam memiliki ciri-ciri, yaitu:

  1. Satu bait terdiri atas dua baris
  2. Satu baris memiliki 10-14 suku kata
  3. Bersajak sama, yaitu a-a, b-b, c-c, d-d, dan seterusnya
  4. Baris pertama berisi persoalan, baris kedua berisi jawaban

Berikut contoh gurindam:

  1. Kalau mulut tajam dan kasar, boleh ditimpa bahaya besar.
  2. Pikir dahulu sebelum berkata, supaya terelak silang sengketa.
  3. 3.Kalau diri kena perkara, turut susah sanak saudara.
  4. Barang siapa berbuat khianat, Tuhan kelak memberi laknat.
  5. Barang siapa tidak memegang agama, sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
  6. Jika hendak mengenal orang berilmu, bertanya dan belajar tiadalah jemu.
  7. Ilmu wajib diamalkan, agar ilmu tidak terlupakan.
  8. Tidak ada yang tidak mungkin, asal kamu belajar rajin.
  9. Apabila hendak asmara bahagia, hilangkan egois di dada.
  10. Jika hendak mencari cinta sejati, carilah dengan penuh hati-hati.
  11. Cinta kekasih bersemi, jika setia akan abadi.
  12. Cari olehmu akan kawan, pilih segala orang yang setiawan.
  13. Sebelum berbicara pikir dahulu, agar tidak melukai hati temanmu.
  14. Baik-baik memilih kawan, salah-salah bisa jadi lawan.
  15. Barang siapa meninggalkan sembahyang, seperti rumah tiada bertiang.
  16. Barang siapa tiada memegang agama, sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama.
  17. Barang siapa meninggalkan zakat, tiadalah hartanya beroleh berkat.
  18. Kalau bekerja terburu-buru, tentulah kerja banyak keliru
  19. Apabila banyak mencela orang, itulah tanda diri kurang.
  20. Apabila dengki sudah bertanah, datanglah daripadanya beberapa anak panah.
  21. Barang siapa tiada memegang agama, sekali-kali tiada boleh dibilang nama.
  22. Barang siapa mengenal yang empat, maka ia itulah orang yang ma’rifat
  23. Barang siapa mengenal Allah, Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah
  24. Barang siapa mengenal diri, Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri
  25. Lakukan saja apa yang menurutmu benar, Lakukan saja apa yang menurutmu pantas
  26. Hidup hanya bergantung pada hati, Karena hidup hanya sesaat dan kemudian mati
  27. Jagalah hati jagalah lisan, Agar kau tak hidup dalam penyesalan
  28. Bukalah pintu cinta dihatimu, Jangan pintu cinta dimatamu
  29. Jika cinta itu hanya untuknya, Harusnya kamu membuka mata
  30. Siapa yang enggan sesat dunia akhirat, Maka cepat-cepatlah bertaubat sebelum terlambat
  31. Jika segera bertaubat sebelum akhir zaman, Maka akan mendapatkan yang namanya selamat
  32. Apabila tidak suka memberi, Maka janganlah suka mencaci
  33. Hidup itu harus saling menghargai, Jika tak ingin menyesal di kemudian hari
  34. Jika hendak mengenal orang berbangsa, Lihat kepada budi dan bahasa
  35. Apabila kelakuan baik berbudi, Hidup menjadi indah takkan merugi
  36. Belajar itu tidak kenal usia, Teruslah belajar sampai tua
  37. Barang siapa mencari ilmu, Maka carilah ke para guru
  38. Ilmu jangan hanya dihafalkan, Namun juga harus diamalkan
  39. Ketika hendak mencari ilmu, Haruslah sungguh-sungguh selalu
  40. Ketika engkau tengah belajar, Haruslah tekun dan juga sabar
  41. Jika hidup tidak berilmu, Hidup akan sesat selalu
  42. Barang siapa meninggalkan yang lima, Pasti hidup tidak sempurna
  43. Percuma hidup punya harta, Kalau tidak pernah ibadah kepada-Nya
  44. Manusia hidup di dunia, Harus berpegang kepada agama
  45. Barang siapa tidak takut Tuhan, Hidupnya tidak akan bertahan
  46. Jika tidak mendirikan sholat, Maka Allah akan melaknat
  47. Barang siapa berpegang pada Al-Qur’an, Pasti jiwa tenang tiada keresahan
  48. Percuma jadi orang punya harta, Kalau tidak beramal pada sesama
  49. Apabila orang banyak berkata, Itu tandanya dia berdusta
  50. Percuma punya banyak teman, Kalau tidak berbuat kebaikan
  51. Jika engkau ingin dipercaya orang, Sikap jujur haruslah dipegang
  52. Cintanya ibu sepanjang zaman, Cinta anak sepanjang penggalan
  53. Ada kalanya cinta itu buta, Bila pentingkan nafsu semata
  54. Percuma saja punya cinta, Kalau itu cuma pura-pura
  55. Cinta ayah tempat berteduh, Menjadi petunjuk menjadi penyuluh
  56. Jika bertindak pikirlah dulu, Supaya sesal tak membelenggu
  57. Memang penting punya harta, Tapi menuntut ilmu jangan lupa
  58. Jadi insan harus beriman, Selalu terbarkan kebajikan
  59. Barang siapa putus asa, Pasti Allah akan murka
  60. Jangan suka berbuat maksiat, Kalau maksiat langsung tobat
  61. Ibadah dilakukan jangan lupa, Kalau ingin masuk surga
  62. Cinta itu memang suci, Karena datangnya dari hati
  63. Rasa cinta dari orang tua, Paling indah dan bahagia
  64. Cinta itu haruslah tulus, Tidak boleh gara-gara fulus
  65. Cinta laksana bintang kejora, Sinarnya pancaran kasih mesra
  66. Jika jadi sepasang kekasih, Harus saling sayang dan kasih
  67. Cinta kekasih cinta bersemi, Jika setia tetap abadi
  68. Apabila dengki sudah merasuki hati, Tak akan pernah hilang hingga nanti
  69. Berbohong jangan dilakukan, Nanti kamu dijauhi orang
  70. Lakukan kebaikan selalu, Kebaikan akan menghampirimu
  71. Hendaklah pelihara kaki, Daripada berjalan yang membawa rugi

 

Pantun

Pantun merupakan sebuah puisi yang menjadi warisan dari nenek moyang bangsa Indonesia. Puisi rakyat ini memiliki nilai-nilai moral dalam kehidupan bermasyarakat. Adapun unsur-unsur yang ada di dalam pantun terdiri dari unsur ekstrinsik dan Intrinsik.

Unsur Intrinsik bisa ditemukan di dalam struktur pantun itu sendiri, Contoh dari unsur ini adalah tokoh, nama, latar waktu, latar tempat, dan sebagainya. Ciri yang paling menonjol sebagai unsur intrinsik adalah rima. Ini adalah sebuah akhiran yang selaras.

Unsur ekstrinsik pantun terdiri dari struktur yang berasal dari luar pantun. Unsur ini menjadi suatu bumbu penambah keindahan dari sebuah pantun. Contohnya adalah latar belakang dari pembuatan suatu pantun yang biasanya memiliki asal yang beragam.

Tidak perlu bingung lagi dalam membuat pantun, karena saat ini sudah tersedia berbagai macam buku tentang pantun. Grameds bisa membaca buku Cakap Peribahasa, Puisi Baru & Pantun.

 

Pantun juga memiliki ciri-ciri, yaitu:

  1. Terdiri atas empat baris dalam satu bait
  2. Setiap bait memuat dua baris sampiran dan dua baris isi
  3. Baris sampiran pada pantun terdapat pada bait pertama dan kedua, kemudian isi pantun berada pada bait ketiga dan keempatBersajak a-b-a-b atau a-a-a-aMengandung 8–12 suku kata per barisnya

Berikut contoh pantun:

  • Apa guna orang bertenun

untuk membuat pakaian adat

Apa guna orang berpantun

untuk beri petuah amanat

  • Asam kadis asam gelugur

kedua asam siang riang

Menangis mayat di dalam kubur

mengingat diri tidak sembahyang.

  • Beli kacang kupas kulitnya

kacang dikupas dicampur kurma

Kalau boleh abang bertanya

nona manis hendak ke mana.

  • Minum cincau di siang bolong

Rasa cincaunya segar sekali

Jangan pernah menjadi orang sombong

Agar jauh dari penyakit hati

  • Terbang rendah burung peragam

Dari huma terbang ke hutan

Budaya daerah beraneka ragam

Mari bersama kita lestarikan

  • Melihat ikan di tepi kolam

Pohon pinang jadi tambatan

Air beriak tanda tak dalam

Air tenang menghanyutkan

Makna: Orang yang ilmunya sedikit biasanya banyak bicara. Sedangkan orang yang banyak ilmunya lebih tenang

  • Daun lebar ditanam di pekarangan

Disiramnya pakai air di gelas

Tidak pernah lapuk oleh air hujan

Tidak pernah habis terkena panas

Makna: Jikalau seseorang telah berjasa kepada negaranya, pasti jasanya juga tidak akan terlupakan

  • Kemumu di dalam semak

Jatuh sehelai selarasnya

Meski ilmu setinggi tegak

Tidak sembahyang apa gunanya

  • Terang bulan terang cahaya

Cahaya memancar ke Tanjung Jati

Jikalau hendak hidup bahagia

Beribadahlah sebelum mati

  • Sakit gigi makan kentang

Jangan makan yang berduri

Pergi pagi pulang petang

Mari bekerja sehari-hari.

  • Kalau ada sumur di ladang

Boleh kita menumpang pagi

Kalau ada umur yang panjang

Boleh kita berjumpa lagi

  • Sawah luas di sisi lembah

Tanahnya subur di tempat rendah.

Bekerja itu amatlah indah

Karena bekerja adalah ibadah

  • Bunga melati Mekar berseri

Sayang Tumbuh Di Batu Nisan

Kalau hati teriris duri

Tak seperti teriris lisan

  • Hujan rintik semua basah

Mari Liburan ke Pulau Bali

Bagaimana hati tak resah

Cinta lama bersemi kembali

  • Dongeng lama tentang kayangan

Cerita tentang para dewa

Gara-gara bangun kesiangan

Dia lupa pakai celana

  • Telah terbang anak angsa

Terbang cepat bagaikan kilat

Bagi orang jatuh cinta

Gula Jawa rasanya coklat

  • Berderak-derak sangkutan dacing

Seperti putus dihimpit nampan

Bergerak-gerak kumis kucing

Melihat Tikus bawa senapan

  • Bagaimana pergi ke rawa

Kalau jalan penuh pasir

Bagaimana tak tertawa

Kepala Botak ingin disisir

  • Sepohon kayu daunnya rimbun

Lebat daunnya banyak buahnya

Walaupun hidup seribu tahun

Tidak sembahyang apa gunanya

  • Ikan nila dimakan berang-berang

Katak Hijau melompat ke kiri

Jika berada di rantau orang

Baik-baik membawa diri

  • Apa tanda pisang setandan

Simpan semua di atas papan

Apa tanda orang beriman

Budi santun orangnya sopan

  • Hawa ingin melihat bulan

Duduk menyepi di tengah taman

Akupun ingin berkenalan

Agar hidup banyak teman

  • Jika datang hari raya

Jangan mandi di tepi rawa

Jika ingin hidup bahagia

Berbaktilah kepada orang tua

  • Anak katak turun ke rawa

Lari dari kejaran badak

Bagaimana aku tak tertawa

Nenek-nenek memakai bedak

  • Air surut memungut bayam

Sayur diisi ke dalam kantung

Jangan diikuti tabiat ayam

Bertelur sebiji riuh sekampung

 

Syair

Syair merupakan puisi rakyat yang asalnya dari Persia yang saat ini menjadi Iran. Syair masuk ke Indonesia bersamaan dengan datangnya agama Islam.

Syair memiliki ciri utama yaitu bahasa yang digunakan merupakan Bahasa Melayu lama. Pada awalnya, syair mengacu pada tradisi sastra syair di negeri Arab, tapi seiring dengan perkembangannya, syair mengalami perkembangan dan dimodifikasi sehingga menjadi khas Melayu.

Syair memiliki ciri-ciri, yaitu:

  1. Setiap bait terdiri atas 4 baris
  2. Setiap baris terdiri atas 8-14 suku kata
  3. Semua baris merupakan isi, jadi tidak ada sampiran seperti pada pantun
  4. Bersajak a-a-a-a

Berikut ini contoh syair:

  • Dengarlah kisah suatu riwayat

Raja di desa negeri Kembayat

Dikarang fakir dijadikan hikayat

Dibuatkan syair serta berniat

Ada raja sebuah negeri

Sultan Agus bijak besyari

Asalnya baginda raja yang bahari

Melimpahkan pada dagang biaperi

Kabar orang empunya termasa

Baginda itulah raja perkasa

Tiada ia merasai sengsara

Entah kepada esok dan lusa

  • Tak perlulah engkau menabur cinta

Karena hanya akan membuat luka

Jika nanti kita tak bersama

Jangan sampai meninggalkan luka

Berjanjilah untuk tetap setia

Jagalah mata supaya tak tergoda

Sehingga cinta ini tetap terjaga

Kesetiaanlah yang akan lahirkan bahagia

  • Dengarlah wahai para anak muda

Rajinlah belajar sepanjang usia

Ilmu itu tak akan habis dipunya

Untuk bekal datangnya masa senja

Buanglah seluruh rasa malas

Belajarlah yang rajin di dalam kelas

Jaga sikapmu jangan jadi orang culas

Jangan biarkan hatimu berubah keras

Ke sekolah betulkanlah niatmu

Tekadkan hati untuk mencari ilmu

Tak akan  rugi belajar tiap waktu

Supaya kelak baik masa depanmu

Itulah beberapa contoh dari puisi rakyat. Anda dapat menggunakan cerita rakyat sebagai nasehat tentang agama, kehidupan dan lain sebagainya. Grameds bisa membaca buku Kumpulan Cerita Rakyat 1 dan Kumpulan Cerita Rakyat 2 yang banyak sekali terdapat kisah orang terdahulu sebagai pembelajaran di masa kini.

 

 

Jika ingin mencari buku tentang puisi atau cerita rakyat, maka Grameds bisa mendapatkannya di gramedia.com.

Sebagai #SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Yufi Cantika Sukma Ilahiah

Rujukan:

  • https://www.cnnindonesia.com/edukasi/20230214143646-569-912900/puisi-rakyat-pengertian-ciri-ciri-kaidah-kebahasaan-dan-contoh/amp
  • https://www.ruangguru.com/blog/contoh-puisi-rakyat
  • https://www.bola.com/ragam/read/4642465/contoh-contoh-gurindam-berbagai-tema-dalam-bahasa-indonesia

About the author

Siti Badriyah

Tulis menulis menjadi salah satu hobi saya. Dengan menulis, saya menyebarkan beragam informasi untuk orang lain. Tak hanya itu, menulis juga menggugah daya berpikir saya, sehingga lebih banyak informasi yang dapat saya tampung.

Kontak media sosial Instagram saya Siti Badriyah