Bahasa Indonesia

Mengenal Struktur Teks Editorial dan Kaidahnya

Written by Fandy

Struktur Teks Editorial – Halo Sobat Grameds, apakah kalian pernah menyusun teks editorial? Apa saja struktur yang ada dalam teks editorial? Bagaimana kaidah kebahasaan teks editorial?

Teks editorial adalah salah satu jenis teks yang didalami dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Teks ini merupakan jenis teks yang sering kali muncul di dalam surat kabar atau koran.

Teks editorial dalam suatu media massa cetak umumnya berada dalam rubrik opini. Teks itu berisi mengenai pandangan atau pendapat redaksi mengenai suatu peristiwa aktual yang sedang menjadi pembicaraan publik.

Wibowo (2019) menjelaskan bahwa fungsi utama dari teks editorial adalah memberi tahu, memengaruhi, meyakinkan, dan mengajak pembacanya untuk menilai suatu peristiwa aktual.

Ilustrasi (Fandy Aprianto Rohman/Creative Commons Attribution-Share Alike 4.0 International license).

Sementara itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, mendefinisikan editorial merupakan artikel yang ada dalam majalah atau surat kabar yang memaparkan pendirian pimpinan surat kabar (majalah) maupun editor tersebut tentang berbagai pokok permasalahan.

Jadi, isi yang ada di dalam teks editorial merupakan pemaparan mengenai keadaan yang sedang berkembang di masyarakat luas. Isu itu dapat berwujud permasalahan sosial, ekonomi, politik, budaya, dan lain sebagainya.

Menurut Kosasih (2020), pemaparan teks tersebut harus disertai dengan fakta, bukti, dan alasan yang logis supaya pembacanya dapat menerimanya. Selanjutnya, teks editorial juga mengandung argumentasi yang dapat menguatkan sikap dari penulisnya mengenai berbagai permasalahan yang sedang berkembang di dalam masyarakat.

Baca Juga: Pengertian Teks Editorial dan Ciri-Cirinya.

Teks editorial merupakan jenis teks yang berisi mengenai pandangan atau pendapat dari penulisnya mengenai suatu peristiwa aktual yang sedang menjadi pembicaraan publik. Teks ini biasanya dapat dijumpai di surat kabar.

Kalian dapat mempelajari definisi lebih lanjut mengenai teks editorial melalui buku berjudul Cara Menguasai Soal (CMS) Bahasa Indonesia SMA dan MA Latihan Soal dan Pembahasan HOTS yang disusun oleh Tomi Rianto dan diterbitkan oleh Bumi Aksara pada 2019.


Buku tersebut diharapkan dapat menambah referensi dan bacaan para siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), khususnya dalam memahami penyelesaian berbagai soal yang bersifat higher order thinking skills (HOTS). Konsep yang disajikan buku ini menggunakan pemaparan sederhana dengan dilengkapi materi dasar di setiap bab, contoh soal, dan penyelesaiannya, baik soal latihan, soal pemantapan, soal Seleksi Bersama Masuk Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan soal ujian nasional (UN).

Perlu kalian ketahui pula jika teks editorial memiliki berbagai ciri-ciri khusus dalam struktur maupun kaidah kebahasaan yang digunakan seperti halnya jenis teks yang lainnya. Lantas, apa saja struktur teks editorial maupun kaidah kebahasaannya?

Berikut ini akan dipaparkan mengenai berbagai struktur dan kaidah kebahasaan yang ada dalam teks editorial, yang dilansir dari buku Modul Pembelajaran SMA Bahasa Indonesia terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).

Jadi, simak penjelasan mengenai struktur teks editorial berikut ini hingga selesai agar kalian lebih memahaminya secara mendalam!

Struktur Teks Editorial

1. Pengenalan Isu

Pengenalan isu adalah bagian pendahuluan dari teks editorial. Bagian ini berfungsi untuk memperkenalkan isu atau permasalahan yang nantinya akan dibahas dalam bagian selanjutnya.

Bagian ini menyajikan persoalan berbagai peristiwa aktual, fenomenal, dan kontroversial. Sementara itu, pernyataan pendapat yang ada di dalamnya berisi sudut pandang penulis mengenai permasalahan yang dibahas. Pernyataan tersebut merupakan teori yang diperkuat dengan beberapa argumen.

2. Penyampaian Pendapat atau Argumen

Bagian ini merupakan pembahasan yang berisi tanggapan dari redaksi atau penulis mengenai isu yang telah diperkenalkan sebelumnya.

Argumentasi dapat berwujud alasan maupun bukti yang dipakai untuk memperkuat pernyataan umum. Selain itu, argumentasi juga dapat berupa pernyataan para ahli, data hasil penelitian, dan berbagai fakta berdasarkan referensi yang dapat dipercaya.

3. Penegasan

Bagian penegasan dalam teks editorial dapat berwujud kesimpulan, saran, dan rekomendasi. Isi di dalamnya juga mencakup harapan dari penulis kepada para pihak terkait pemecahan permasalahan yang terjadi dalam isu tersebut.

Secara umum, bagian ini merupakan pernyataan atau penegasan ulang pendapat dari penulis, yang didukung dengan berbagai fakta untuk memperkuat atau menegaskan keseluruhan isi dari teks editorial yang disusunnya.

Untuk menyusun suatu teks editorial, kalian juga diwajibkan berpedoman kepada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dan Pedoman Pembentukan Istilah.

Buku PUEBI — Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia dan Pedoman Pembentukan Istilah Terlengkap ini dapat menjadi salah satu buku rujukan yang dapat dipakai untuk membantu kalian menjadi mahir dalam dunia tulis-menulis.

Buku ini sendiri terdiri atas empat bab tentang ejaan, seperti pemakaian huruf, tanda baca, penulisan kata, sampai dengan penulisan unsur serapan yang ditulis berdasarkan Permendikbud No. 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Tidak hanya itu saja, buku ini juga telah dilengkapi dengan berbagai macam cara pembentukan istilah serta penjelasan dan juga contoh paling lengkap.

Selain itu, buku ini juga memiliki tiga bab materi tambahan yang juga disertai dengan contoh yang komplet, antara lain:

  • Majas (penegasan, perbandingan, pertentangan, dan sindiran).
  • Puisi lama (mantra, gurindam, syair, pantun, dan lain sebagainya).
  • Puisi baru (himne, balada, dan bentuk puisi yang yang didasarkan dari jumlah baitnya).
  • Peribahasa (A–Z).

Dengan segala kelengkapan materi utama dan materi tambahan di dalam buku ini, rasanya buku ini wajib untuk dimiliki oleh para pelajar, mahasiswa, guru, dosen, pegiat literasi, sampai dengan masyarakat umum lainnya dengan tujuan dapat memudahkan dalam mengenal sekaligus mengajari bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Baca Juga: Pengertian Teks Editorial: Tujuan, Manfaat, Ciri, Struktur, Kaidah Kebahasaan, dan Contohnya.

Struktur dari teks editorial meliputi pengenalan isu, penyampaian pendapat atau argumen, dan penegasan.

Kaidah Kebahasaan Teks Editorial

1. Adverbia Frekuentatif

Adverbia frekuentatif merupakan adverbia yang menegaskan ekspresi kepastian. Menurut tradisi struktur fungsional linguistik (SFL), hal tersebut sering kali disebut dengan modalitas. Beberapa contoh dari adverbia frekuentatif adalah selalu, biasanya, sering, kadang-kadang, jarang, dan kerap.

2. Konjungsi

Konjungsi yang dipakai dalam teks editorial merupakan konjungsi eksternal temporal, internal penegasan, dan kausalitas atau sebab-akibat.

3. Modalitas

Salah satu ciri kebahasaan yang digunakan dalam teks editorial adalah adanya pemakaian kalimat pendapat maupun pandangan seorang penulis mengenai suatu permasalahan. Untuk memperlihatkan hal tersebut, teks editorial memerlukan ciri-ciri kebahasaan yang lain, yaitu modalitas. Modalitas merupakan cara penulis menyatakan sikap dalam suatu komunikasi.

Beberapa bentuk dari modalitas adalah memang, niscaya, pasti, sungguh, sangat, tentu, tidak, bukan (untuk menyatakan kepastian), agaknya, barangkali, mungkin, rasanya, rupanya (untuk menyatakan kesangsian), semoga, mudah-mudahan (menyatakan keinginan), jangan (larangan), dan mustahil (keheranan).

4. Verba atau Kata Kerja

Verba yang digunakan dalam linguistik struktural harus dianalisis menurut struktur klausa. Hal tersebut diakibatkan skema informasi dijalankan pada tataran klausa. Kalian tidak dapat menerapkan verba hanya pada tataran jenis kata semata.

Verba dapat dikelompokkan menjadi enam jenis proses, yaitu material, tingkah laku (behavioral), verbal, mental, relasional, dan eksistensional. Sementara itu, dalam teks editorial terdapat tiga jenis proses verba, yaitu material, mental, dan relasional.

a. Verba Material

Verba material merupakan verba yang menekankan adanya proses dalam menjalankan sesuatu. Proses material memerlukan dua partisipan yang disebut (1) pelaku dan (2) yang dikenai pelaku.

b. Verba Mental

Verba mental merupakan verba yang memaparkan proses dalam merasakan. Ada tiga hal yang dijelaskan dalam proses ini, yaitu persepsi (melihat, mendengar, mencium, mengecap, dan meraba), afeksi (suka, takut, dan benci), dan kognisi (berpikir, memahami, dan mengetahui).

Dalam suatu proses mental terdapat dua partisipan yang disebut dengan merasakan (perasaan sadar untuk melihat, merasakan, atau berpikir) dan fenomena (hal yang dirasakan atau dipikirkan).

c. Proses Relasional

Verba relasional merupakan verba yang memaparkan proses untuk menjadi sesuatu. Ada tiga tipe proses relasional, yaitu intensif a adalah b (menyusun hubungan persamaan di antara dua entitas), keadaan a ada dalam b (mendefinisikan suatu entitas berada di suatu tempat, waktu, atau sikap), dan posesif atau kepemilikan a mempunyai b (mengidentifikasi jika satu entitas mempunyai yang lain).

Setiap tipe proses di atas menciptakan dua model, yaitu:

  • Atributif (b adalah atributif untuk a), maksudnya proses ini memerlukan dua partisipan, yaitu penanda dan petanda atau penyandang dan sandangan.
  • Identifikatif (b adalah identitas untuk a), maksudnya proses ini memerlukan dua partisipan, yang disebut dengan token dan yang teridentifikasi dan partisipan nilai dan pengidentifikasi.

Baca Juga: 7 Contoh Soal Ide Pokok Paragraf dan Pembahasan Lengkapnya.

Kaidah kebahasaan yang digunakan dalam teks editorial meliputi adverbia frekuentatif, konjungsi, modalitas, dan verba atau kata kerja.

Penutup

Teks editorial merupakan jenis teks yang berisi mengenai pandangan atau pendapat dari penulisnya mengenai suatu peristiwa aktual yang sedang menjadi pembicaraan publik. Teks ini biasanya dapat dijumpai di surat kabar. Fungsi utama dari teks editorial adalah memberi tahu, memengaruhi, meyakinkan, dan mengajak pembacanya untuk menilai suatu peristiwa aktual.

Struktur dari teks editorial meliputi pengenalan isu, penyampaian pendapat atau argumen, dan penegasan. Sementara itu, kaidah kebahasaan yang digunakan dalam teks editorial meliputi adverbia frekuentatif, konjungsi, modalitas, dan verba atau kata kerja.


Itulah artikel terkait “Struktur Teks Editorial” yang dapat kalian gunakan untuk referensi dan bahan bacaan. Jika ada saran, pertanyaan, dan kritik, silakan tulis di kotak komentar bawah ini. Bagikan juga tulisan ini di akun media sosial supaya teman-teman kalian juga bisa mendapatkan manfaat yang sama.

Untuk mendapatkan lebih banyak informasi, Grameds juga bisa membaca buku yang tersedia di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan dan pengetahuan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca. Semoga bermanfaat!

Rekomendasi Buku dan E-Book terkait Bahasa Indonesia

1. Pelangi Bahasa Sastra dan Budaya Indonesia

Sastra adalah kata serapan yang berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu shaastra, yang berarti “teks yang mengandung pedoman dan instruksi. Sastra dikategorikan menjadi sastra tulisan dan lisan. Kelompok masyarakat yang belum mengenal huruf tidak memiliki sastra tertulis, hanya tradisi lisan.

Menurut pendapat tersebut, dapat disimpulkan jika sastra adalah suatu karya yang tercipta dari perasaan seseorang dalam menjalani kehidupan sosialnya, kemudian disusun secara sistematis dan disampaikan kepada orang lain secara lisan maupun tertulis.

Definisi terkait sastra tersebut dapat dijumpai secara menyeluruh dalam buku berjudul Pelangi Bahasa Sastra dan Budaya Indonesia yang disusun oleh Yuana Agus Dewantara.

Buku ini berisi kumpulan artikel dan makalah yang ditulis oleh Yuana Agus Dirgantara terkait banyak hal dalam bingkai pendidikan bahasa, sastra dan budaya Indonesia. Selain materi yang disampaikan dalam makalah-makalah itu, hal lain yang patut dicermati adalah semangat untuk menulis maupun berbagi gagasan.

Makalah yang ada di dalam buku ini antara lain:

  • Relevansi Permainan Tradisional dari Kacamata Popular Culture.
  • Menyorot Teks dan Maksud dalam Karya-Karya Mural.
  • Mengintip Etnografi dari Sudut Pandang Metode.
  • Problematika Pembelajaran Bahasa dan Sastra di Sekolah.
  • Analisis Data dalam Penelitian Kelas.
  • Menyoal tentang Antonimi.
  • Inovasi Pembelajaran Puisi Berbasis Cooperative Learning.
  • Puisi Tradisional Jawa dalam Diktat Terbitan Siswa Sekar Kawedanan Hageng Punakawan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat: Sebuah Kajian Etika.
  • Novel Ladang Perminus Karya K.H. Ramadhan: Sebuah Kajian Strukturalisme.
  • Kritik Sastra: Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra.

2. Apresiasi Sastra Indonesia dan Pembelajarannya

Seorang sastrawan setidaknya dapat menggugah para pembacanya supaya lebih banyak menikmati karya sastra, mendorong dalam mengapresiasi dan berkarya, serta mengembangkan intelektualitas, khususnya melalui musikalisasi puisi dan menulis cerita pendek.

Salah satu pertanyaan yang muncul dari permasalahan ini, yaitu “Apakah menikmati dan mengapresiasi sastra merupakan sesuatu yang sulit bagi seseorang? Apakah hal itu memerlukan persiapan khusus?”

Tidak semua orang dapat menikmati karya sastra, bahkan kemungkinan lebih sedikit orang yang benar-benar dapat mengapresiasi sastra secara pantas, menyelami kedalamannya, dan mengambil makna dari bacaannya.

Berbagai permasalahan tersebut dikupas secara komprehensif di dalam buku Apresiasi Sastra Indonesia dan Pembelajarannya ini. Penjelasan terkait apresiasi sastra Indonesia dipaparkan secara jernih, sekaligus mengajak para pembacanya semakin tergugah menyelami khazanah sastra melalui empat hal pokok, yaitu konsep dasar apresiasi, ragam bentuk ekspresi apresiasi, teknik evaluasi, dan industri kreatif puisi dan prosa fiksi.

Buku ini dapat mengubah pembaca yang awalnya kurang menyukai sastra Indonesia menjadi lebih tertantang untuk mengeksplorasinya secara mendalam.

3. Teori Sastra Masa Depan: Tokoh, Konsep, dan Aplikasi

Sastra bagi masyarakat umum biasanya identik dengan suatu karya sastra, seperti puisi, cerpen, dan novel. Hal tersebut tentu berbeda dengan para akademisi maupun sastrawan yang memandang sastra sebagai ladang ilmu pengetahuan. Bagi seseorang yang memang menggeluti dunia sastra, kata sastra itu sendiri memiliki arti lebih dari sekadar sebuah karya, yaitu ilmu pengetahuan yang mampu memengaruhi perkembangan peradaban manusia.

Teori Sastra Masa Depan yang disusun oleh Suwardi Endraswara ini adalah buku yang memuat beberapa teori sastra dengan memaparkan setidaknya sebagian dari seluruh biografi kehidupan pencetus teori-teori sastra, mulai dari teori dialektika sastra yang berasal dari pemikiran Socrates, posthumanisme sastra yang digagas oleh Plato, teori interdisipliner sastra yang dipopulerkan oleh Ren Wellek, dan intertekstual sastra yang dipresentasikan oleh Julia Kristeva.

Buku yang dihimpun dari kumpulan tulisan ini rupanya hadir dengan semangat untuk menghadirkan khazanah baru. Buku ini menyajikan teori-teori pengkajian, penelitian, dan pembahasan sastra secara komprehensif sebagai bahan bacaan atau rujukan yang layak menjadi pegangan para akademisi maupun sastrawan di tanah air. Buku setebal 306 halaman ini disusun untuk memudahkan para penggelut sastra maupun akademisi dalam menemukan pembahasan sastra dan menjadikannya rujukan dan pegangan yang layak.

FAQ

Apa yang dimaksud dengan teks editorial?

Teks editorial merupakan jenis teks yang berisi mengenai pandangan atau pendapat dari penulisnya mengenai suatu peristiwa aktual yang sedang menjadi pembicaraan publik. Teks ini biasanya dapat dijumpai di surat kabar.

Apa fungsi dari teks editorial?

Fungsi utama dari teks editorial adalah memberi tahu, memengaruhi, meyakinkan, dan mengajak pembacanya untuk menilai suatu peristiwa aktual.

Apa saja struktur teks editorial?

Struktur dari teks editorial meliputi pengenalan isu, penyampaian pendapat atau argumen, dan penegasan.

Apa saja kaidah kebahasaan dalam teks editorial?

Kaidah kebahasaan yang digunakan dalam teks editorial meliputi adverbia frekuentatif, konjungsi, modalitas, dan verba atau kata kerja.

Rujukan

  • Kosasih, E. (2020). Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Rianto, Tomi (2019). Cara Menguasai Soal (CMS) Bahasa Indonesia SMA dan MA Latihan Soal dan Pembahasan HOTS. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Wibowo, Hari (2019). Buku Pengayaan Bahasa Indonesia SMA Pegangan Diklat Peningkatan Kompetensi Berkelanjutan Bagi Guru: Teks Biografi dan Editorial. Jakarta: Puri Cipta Media.

Penulis: Fandy Aprianto Rohman.

About the author

Fandy

Perkenalkan nama saya Fandy dan saya sangat suka dengan sejarah. Selain itu, saya juga senang menulis dengan berbagai tema, terutama sejarah. Menghasilkan tulisan tema sejarah membuat saya sangat senang karena bisa menambah wawasan sekaligus bisa memberikan informasi sejarah kepada pembaca.