in

Nihilism: Sebuah Pandangan Hidup dalam Menentukan Moralitas

Nihilism – Apakah Grameds pernah berpikir tentang apa tujuan kita hidup di dunia ini? Kenapa kita bisa hidup di Bumi ini yang sudah ada sejak jutaan tahun yang lalu? Apa sih sebenarnya arti kehadiran kita di dunia? Apakah kita hanya disuruh hidup untuk menunggu mati?

Nah, pasti di antara kita banyak yang berpikir seperti itu dan bertanya-tanya. Mungkin juga ada diantara kita yang masih mempertanyakan wujud Tuhan dan apa sebenarnya tujuan Tuhan menciptakan kita. Kenapa harus ada surga dan neraka? Padahal menurut data empiris, belum ditemukan pembuktian bahwa surga dan neraka itu ada. Lalu kenapa kita masih berlomba-lomba untuk mencapai surga?

Semua budaya, agama, norma, aturan, dan aktivitas lain yang kita lakukan di dunia ini, jika dipikir kembali semuanya tidak jelas dan tidak punya tujuan yang pasti. Kemudian pertanyaan selanjutnya muncul lagi, sebenarnya untuk apa kita ada di dunia ini, hingga rela melakukan segala hal yang bahkan terkadang kita sendiri tidak tahu persis tujuannya dan manfaatnya.

Apabila kalian sempat berpikir hal-hal yang sudah penulis sebutkan di atas. Maka kalian termasuk ke dalam aliran nihilism atau nihilisme.

Nihilism adalah sebuah pandangan manusia atas segala hal yang ada di dunia ini hingga sekarang. Di mana itu semua dianggap tidak mempunyai arti dan juga tujuan.

Pada artikel kali ini penulis akan membahas mengenai apa itu nihilism dan apa ciri dan dampak dari aliran ini. Pastikan kalian membacanya sampai selesai ya. Supaya kalian bisa memperoleh sudut pandang baru mengenai kehidupan.

Apa Itu Nihilism?

Nihilism adalah sebuah pandangan manusia atas segala hal yang ada di dunia ini hingga sekarang. Di mana itu semua dianggap tidak mempunyai arti dan juga tujuan. Itu artinya, semua hal tersebut berada di dalam ketidakadaan atau nihil. Aliran ini merasa bahwa yang ada dan terjadi di dunia ini bersifat nihil, sebab tidak adanya pandangan terkait agama, norma, budaya, dan lainnya.

Sederhananya, penganut aliran ini tidak mempercayai apapun yang ada di dunia dan tidak menganut agama dan norma apapun. Filosofi nihilism sempat digunakan oleh seorang filsuf asal Jerman yang bernama Friedrich Nietzsche. Filosofi ini digunakan untuk mengembangkan pikirannya terhadap eksistensi atau keberadaan manusia yang ada di dunia.

Nietzsche berpikir tentang bagaimana jika semua manusia dapat menentukan moralitas tanpa adanya ajaran yang berasal dari luar diri atau eksternal? Bagaimana jika sebenarnya kehidupan kita yang dijalani selama ini ternyata berbeda dengan apa yang diajarkan di agama, budaya, dan juga norma yang kita ikuti? Berbagai pertanyaan dari orang-orang yang menganut paham ini dianggap menyimpang dan bertentangan dengan prinsip sosial yang ada di masyarakat.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Oleh karena itu, banyak orang yang menentang aliran ini karena mereka berpikir bahwa paham ini mengajarkan untuk tidak mengikuti ajaran agama, budaya, norma dan lainnya yang ada di masyarakat. Jadi, kita bisa bebas melakukan semua hal sesuka hati, termasuk dengan hal-hal yang tidak baik atau menyimpang.

Padahal sebenarnya, jika kita mau memahami apa yang diutarakan Nietzsche diatas, paham ini justru mengacu pada kebebasan manusia dalam menentukan tujuan hidup tanpa adanya pengaruh dari faktor eksternal. Sehingga kita dapat melakukan segala sesuatunya berdasarkan tujuan yang sudah kita ketahui.

Selain itu, Nietzsche juga memberikan studi kasus terhadap aliran nihilism. Dimana banyak orang saat ini yang baru memahami kehidupan sesaat setelah meninggal. Jika mengacu pada ajaran agama, gambaran kehidupan setelah meninggal dengan adalah akhirat. Dimana disitu akan ada surga dan neraka. Surga adalah tempatnya orang-orang baik, dan neraka adalah tempatnya orang-orang yang memiliki terlalu banyak dosa saat di dunia. Oleh karena itu, orang-orang berlomba untuk menjadi yang terbaik dalam melakukan kebaikan kepada Tuhan dan sesama manusia. Semua hal positif tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan surga dan dijauhkan dari neraka.

Barangkali kebanyakan orang sekarang ini melihat hal tersebut sebagai hal yang wajar. Sebab, untuk sebagian agama, mengharapkan surga adalah hal yang utama dan penting. Maka dari itu, dengan melakukan semua kebaikan dengan harapan agar mendapatkan surga, itu wajar dan tidak apa-apa untuk dilakukan.

Namun, menurut Nietzsche kita perlu berusaha keluar dari pemahaman semacam itu. Dimana akan ada kehidupan lain setelah meninggal, yaitu yang kita sebut akhirat dan didalamnya terdapat surga dan neraka. Hal tersebut bertujuan untuk membuat kita menjadi lebih fokus pada apa yang ada di hidup kita saat ini, fokus membuat diri kita dan orang lain bahagia, serta fokus untuk berbuat kebaikan dan hal-hal yang positif. Bukan hanya mengharapkan surga saja tapi lupa dengan apa yang sebenarnya dibutuhkan saat ini.

Hidup Bodo Amat
Hidup Bodo Amat

tombol beli buku

Bahagia itu apa? Jawabannya bisa sangat banyak. Karena begitu banyak definisi bahagia, kita sampai bingung dengan kebahagiaan yang kita inginkan. Nah, buku ini mengajarkan kita untuk ga perlu memikirkan terlalu keras soal kebahagiaan.

Karena, pada dasarnya bahagia itu tidak melulu seperti yang digaungkan oleh para motivator. Nah, buku ini mengajak kita hidup dengan santai, tapi tau tau bahagia. Bagaimana caranya? Jawabannya tentu ada di buku ini.

Dampak Positif dari Filosofi Nihilism

Terlepas dari banyaknya masyarakat yang kontra dengan aliran ini. Kita perlu adil dalam menilai suatu aliran atau pemahaman. Cobalah untuk melihat segala sesuatunya dari berbagai sudut pandang. Dari banyaknya pro dan kontra yang muncul dari masyarakat. Yuk kita coba pahami beberapa dampak positif dari aliran nihilisme.

1. Bisa Melakukan Apapun

Sekarang ini mungkin kita masih merasa terkekang dan sulit untuk berekspresi dan berkreasi. Sebab ada beberapa hal yang memang kita pegang norma dan aturannya. Sehingga, dalam melakukan sesuatu perlu kita lihat dahulu, apakah pantas untuk dilakukan atau justru menentang norma yang ada.

Dengan adanya paham ini, kita diminta untuk percaya terhadap semua yang ada hingga saat ini. Dimana kita semua berada di dalam ketidakadaan atau nihil. Sehingga semua masalah yang kita alami saat ini menjadi tidak penting lagi. Semua hal yang kita rasakan seperti sedih, bahagia, marah, dan lainnya menjadi tidak penting lagi.

Dengan begitu, kita dapat melakukan apapun yang kita inginkan. Tidak perlu lagi menunggu rasa sedih ataupun bahagia untuk memulai hal-hal baik. Kita tidak perlu lagi menunggu suasana hati menjadi tenang untuk mengerjakan pekerjaan. Bahkan kita tidak perlu takut untuk dikecewakan oleh kehidupan. Itu artinya, kita bisa melakukan semua hal asalkan itu tidak merugikan siapapun.

2. Bisa Menentukan Pilihan Hidup

Di dalam aliran ini mereka percaya, bahwa manusia yang hidup di Bumi perlu memiliki tujuan hidup masing-masing. Tujuan hidup ini tidak dilakukan karena prinsip keluarga, agama, atau budaya yang kita anut. Mungkin untuk beberapa orang, hal tersebut tidak menjadi masalah. Namun, nihilism meminta kita untuk mempunyai tujuan hidup yang kita tentukan sendiri. Tanpa adanya faktor eksternal yang masuk ke dalamnya.

Hal tersebut tentu akan memberikan dampak positif di kehidupan kita. Dimana kita bisa mempunyai tujuan hidup sendiri dan memahami segala sesuatu yang kita lakukan. Sehingga hal tersebut akan terakumulasi menjadi sebuah kesuksesan yang nantikan akan membuat kita bahagia.

Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan
Hidup Damai Tanpa Berpikir Berlebihan

tombol beli buku

Beberapa tuntutan membutuhkan kesabaran sampai batas tertentu dan membuat kita dibebani pikiran yang berlebihan. Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan ketika menghadapi situasi seperti itu?

Dalam buku laris dari Jepang yang telah diterbitkan di beberapa negara ini, Dokter Tsuneko Nakamura—seorang psikiater yang berkarier selama hampir 70 tahun—berpendapat bahwa solusinya ada pada bagaimana kita mendamaikan perasaan dengan kenyataan. Cara hidupnya yang memiliki kebiasaan melakukan hal baik dimulai sejak dari pikiran sangat bermanfaat bagi kesehatan fisik dan psikis untuk meraih kehidupan yang berkualitas.

Sejarah Singkat Filosofi Nihilism

Nihilism merupakan sebuah paham yang meyakini bahwa semua nilai atau value itu tidak ada artinya. Itu artinya, dimana sejatinya tidak ada sebuah makna dan nilai dalam hidup ini yang berlaku bagi manusia.

Paham ini seringkali dikaitkan dengan skeptis radikal atau pesimisme ekstrim. Selain Friedrich Nietzsche, ada lagi seorang filsuf yang bernama Hannah Arendt mengungkapkan bahwa orang-orang sebaiknya tidak menilai nihilisme sebagai suatu paham yang berbahaya. Namun jadikanlah itu sebagai risiko yang akan selalu ada dalam tindakan berpikir.

Sederhanya, ketika kita berpikir akan selalu ada risiko yang menentang pikiran itu. Maksudnya, pikiran tersebut merupakan nilai-nilai yang kita percaya dalam hidup ini. Jadi ketika kita percaya bahwa keadilan itu ada. Namun siapa yang menentukan suatu hal itu adil atau tidak? apakah Tuhan, pemerintah, hakim? Jadi sebenarnya hal tersebut tidak penting. Itulah maksud dari paham nihilism. Filosofi nihilism sebenarnya berporos pada kebebasan manusia dalam menentukan tujuan hidup. Persis seperti yang sudah dijelaskan di atas.

Ciri-Ciri Nihilism

Pasti kalian berpikir, jika menjadi seorang nihilist, kita dituntut untuk tidak peduli dengan apapun dan siapapun. Mungkin saja akan terlihat seperti itu, tetapi sejatinya bukan seperti itu. Saat kalian meyakini paham nihilism sebagai sebuah pandangan hidup. Maka akan ada dua jenis nihilist yang perlu kalian ketahui. Jika mengacu pada Nietzsche, ada dua jenis nihilist, yaitu aktif dan pasif. Sedangkan yang disarankan untuk orang-orang yang meyakini paham ini adalah nihilist aktif.

Tapi perlu kalian ketahui bahwa nihilist aktif sebenarnya hampir sama dengan yang pasif. Mereka sama-sama menolak nilai-nilai yang ada di dunia ini. Namun nihilist aktif sesudah menolak nilai-nilai tersebut, misalnya keadilan itu sebenarnya tidak ada, sebab hal itu bersifat subjektif. Kemudian mereka berpikir, “jika di dunia ini tidak ada yang penting, maka aku akan menjalani hidup semauku sendiri”.

Disini, nihilist aktif memiliki kebebasan dan kedamaian terhadap ketidakadaan. Mereka menolak nilai-nilai tersebut untuk menciptakan tujuan hidup yang baru. Nihilist aktif juga tidak takut terhadap kenyataan karena mereka tidak percaya dengan apapun. Dengan begitu, mereka bisa bebas menentukan hal-hal yang akan dilakukan di dalam hidupnya.

Sedangkan nihilist pasif, mereka akan termakan dengan kenyataan bahwa hidup ini memang tidak berarti. Dimana hal tersebut justru membuat mereka menjadi down dan kondisi mental mereka menurun. Sebab, mereka selalu bertanya-tanya tentang apa yang seharusnya mereka lakukan. Ini adalah tipe nihilist yang perlu dihindari.

Bagaimana Jika Hidup sebagai Nihilis?

Pembahasan mengenai pengertian nihilism sudah. Sekarang mari kita bahas tentang bagaimana jika kita hidup sebagai nihilist. Misalkan kalian adalah orang yang percaya dengan adanya keadilan dan hidup kalian didedikasikan kepada keadilan tersebut. Sebab, kalian menganggap bahwa keadilan adalah sebuah nilai yang dijunjung tinggi. Kemudian, ada orang yang bertanya kepada kalian. “Siapakah yang menentukan standar keadilan?” Apakah jawabannya negara, agama, pengadilan, atau yang lainnya? Jika memang begitu, bagaimana dengan orang-orang yang mempunyai agama yang berbeda? Apakah keadilan versi kalian akan sama dengan keadilan bagi orang lain?

Apakah kalian mulai merasa bingung? Jadi, di dunia ini tidak ada yang pasti. Jika memang keadilan tersebut bersifat subjektif. Maka untuk apa kita mendedikasikan hidup kepada sebuah keadilan?

Di dalam teori pengetahuan, nihilisme seringkali dinilai sebagai sebuah penolakan bahwa pengetahuan itu ada. Namun sebenarnya tidak ada standar pasti untuk menganggap pengetahuan itu selalu benar. Sebab, semua itu bersifat subjektif.

Apakah Grameds sudah paham, nihilisme itu seperti apa?

Saat kalian telah berdamai dengan diri sendiri bahwa kalian akan menjadi seseorang yang meyakini paham nihilist. Maka kalian akan bebas menentukan tujuan hidup kalian. Sebab, hidup sendiri tidak memiliki tujuan dari sananya. Oleh karena itu, kita harus membuat tujuan itu sendiri.

Perlu kalian ketahui bahwa memang menjadi seorang nihilist itu tidak mudah. Kalian mungkin tidak akan mengganti tujuan hidup terlalu sering. Akan tetapi, kalian juga mungkin akan merasa bahwa tujuan hidup kalian itu berubah dari dulu hingga sekarang.

Filosofi nihilism akan selalu membawa kalian kepada pertanyaan-pertanyaan seperti ini. Apakah kita benar-benar bisa bertanggung jawab atas perilaku kita? Sebab, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, nihilist akan menganggap bahwa nilai-nilai tersebut sejatinya tidak ada dan kita dituntut untuk membuat tujuan hidup sendiri. Hal ini akan berpotensi membuat seseorang menjadi egois dalam menjalani kehidupan.

Akan tetapi, sebetulnya saat orang-orang yang sudah paham bahwa hidup memang memiliki sebuah arti. Maka mereka akan lebih fokus ke hal-hal yang positif dan bermanfaat bagi kesejahteraan dibandingkan menjadi seseorang yang egois.

How To Be Free
How To Be Free

tombol beli buku

Epiktetos lahir sebagai budak dan bekerja sebagai budak dalam keluarga Epafroditus, yang juga mantan budak, seorang administrator di istana Nero di Roma. Meskipun ia telah menjadi orang bebas, pengalaman perbudakan meninggalkan jejak pada seluruh pandangan filsafatnya.

Menurutnya, kebebasan bukanlah hak asasi manusia atau hak politis, tetapi suatu pencapaian psikologis dan etis. Kita semua bisa bebas hanya jika menghasrati atau menghindari hal-hal yang ada dalam kendali kita, dan memperlakukan yang di luar kendali kita dengan kepala dingin. Untuk penjelasan lebih dalam, kalian bisa baca buku ini.

Apakah Seorang Nihilis Itu Pesimis?

Setelah membaca semua penjelasan mengenai filosofi nihilism, pasti ada diantara kalian yang berpikir, “apakah seorang nihilist itu pesimis?” Jawabannya adalah tidak. Pesimis seringkali diperumpamakan sebagai gelas yang terisi setengah atau tidak penuh. Apakah Grameds pernah mendengar istilah tersebut?

Nah, ibaratkan begini, ada gelas yang hanya berisi setengah. Kemudian kalian ditanya, apakah gelas ini setengah penuh atau setengah kosong? Jika seorang yang pesimis melihat gelas yang setengah, maka mereka akan menjawab “ untuk apa aku minum dari gelas yang setengah kosong, itu tidak akan cukup untuk membuat hausku hilang, lagian kita juga akan mati di akhir, untuk apa minum di gelas yang tidak terisi penuh?”

Sedangkan jika kaum nihilist yang menemukan fenomena di atas, maka mereka akan menjawab “tidak penting gelas itu terisi penuh atau hanya setengah saja, yang terpenting adalah gelas itu bisa membuat hausku terpenuhi. Dan mereka pun akan minum dari gelas tersebut tanpa peduli dengan isinya”

Mungkin hal di atas terlihat sama, yaitu sama-sama hidup itu tidak ada artinya. Namun ada perbedaan yang cukup jelas disana, antara orang pesimis dan nihilist. Dimana justru kaum nihilist lebih dekat dengan sifat optimis. Sebab, mereka tidak menilai gelas tersebut berdasarkan jumlah isinya, namun mereka lebih menilai gelas tersebut dari manfaat yang bisa mereka dapatkan.

Menjadi seorang nihilist bisa dibilang cukup menarik. Akan tetapi, hal ini bukan berarti bahwa kita semua harus menjadi kaum nihilist ya. Sebab, tujuan hidup itu penting, entah kalian akan mencapainya dengan filosofi, agama, atau norma, dan budaya. Yang terpenting, kalian bisa menentukan jalan hidup dan tujuan hidup kalian sendiri.

Bagi sebagian orang, saat kita sudah berdamai dan menerima semua keadaan bahwa kita hanyalah makhluk kecil yang ada di alam semesta ini, hal ini akan membuat hidup menjadi lebih tenang. Kita bisa terbebas dari ekspektasi atau harapan yang justru bisa membuat kita menjadi orang yang tidak bahagia.

Jika kalian ingin mempelajari filosofi ini lebih jauh, mungkin kalian perlu membaca buku di bawah ini terlebih dahulu, yaitu “Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat” dari Mark Manson. Di dalam buku tersebut, Manson telah membatu pembaca dalam mengoreksi harapan-harapan delusional kita. Entah itu mengenai diri kita sendiri ataupun tentang dunia. Yuk, dapatkan bukunya segera.

The Subtle Art of Not Giving a F*ck
The Subtle Art of Not Giving a F*ck

tombol beli buku



ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by R Adinda

Dunia psikologi memang selalu menarik untuk dibahas. Selain menarik, dunia dengan mengetahui dunia psikologi akan membantu seseorang dalam dalam mengenali dirinya sendiri.