Memory For Forgetfulness – Grameds, kalian sedang merasa sedih? Atau sedang emosional akan suatu hal? Atau kalian sedang merasakan bahagia? Emosi-emosi tersebut dapat disalurkan dengan membaca atau menulis sebuah puisi lho, Grameds! Puisi merupakan salah satu karya sastra yang sangat dekat dan berkaitan dengan kita.
Lewat kata-kata, bait-baitnya, puisi berusaha untuk menerangkan dan mengungkapkan suatu perasaan yang dapat menemani para pembacanya. Puisi ditulis dengan kata-kata yang indah namun penuh makna di dalamnya.
Ada banyak sekali buku-buku puisi yang dapat dibaca untuk Grameds, buku-buku puisi juga terbagi beberapa jenis ada buku puisi cinta, buku puisi kehidupan, buku puisi kesedihan, dan masih banyak lainnya.
Buku puisi yang membawa tema kehidupan mungkin jadi salah satu buku yang paling banyak peminatnya, karena di dalam buku tersebut terdapat puisi-puisi yang sangat berkaitan dengan kehidupan nyata sehingga kita dapat mencerminkan diri kita melalui puisi tersebut.
Salah satu buku puisi yang menceritakan tentang suatu kehidupan adalah buku berjudul Memory For Forgetfulness dari Mahmoud Darwish. Buku ini menggambarkan dengan sangat hidup berbagai pemandangan dan suara-suara di dalam kota yang tengah mengalami pengepungan mencekam pada masa perang saudara Lebanon dan invasi Israel ke Lebanon pada 1982. Dalam buku ini, Darwish menggambarkan dengan sangat jelas dan detail sehingga para pembaca akan merasakan hal yang sama.
Nah, Grameds apakah kalian penasaran atas apa yang terjadi saat perang saudara Lebanon? Bagaimana sih suasana pada masa perang tersebut? Dan apakah kejadian perang saudara tersebut dapat dituangkan ke dalam sebuah puisi prosa dengan baik?
Jika Grameds yang penasaran tentang buku puisi ini, Grameds bisa membaca buku berjudul Memory For Forgetfulness Karya Mahmoud Darwish ini untuk menemukan jawabannya. Yuk kita simak penjelasan dan review singkatnya tentang buku Memory For Forgetfulness Karya Mahmoud Darwish ini.
Table of Contents
Sinopsis Buku Memory For Forgetfulness Karya Mahmoud Darwish
Salah satu penyair terbesar dunia Arab menggunakan invasi Israel tahun 1982 ke Libanon dan pengeboman Beirut sebagai latar rangkaian puisi prosa ini. Mahmoud Darwish dengan gamblang menciptakan kembali pemandangan dan suara kota yang dikepung mengerikan. Saat jet tempur berteriak di atas kepala, dia menjelajahi jalan-jalan yang dilanda perang di Beirut pada 6 Agustus (Hari Hiroshima).
Mahmoud Darwish adalah penyair dan penulis Palestina yang telah memenangkan banyak penghargaan untuk karya-karyanya. Memory for Forgetfulness adalah puisi prosa tentang peristiwa pengepungan dan pengeboman Beirut oleh Israel pada tahun 1982. Bagi Darwish, Beirut lebih dari sekadar kota. Beirut adalah ruang budaya/politik yang bergelora, kaya, dan kompleks, tempat bagi semua orang yang tak punya tanah air.
Beirut adalah rumah angkatnya dan kerinduannya kepada Beirut tak pernah pupus. Dalam Memory for Forgetfulness, Darwish menggambarkan dengan sangat hidup berbagai pemandangan dan suara-suara di dalam kota yang tengah mengalami pengepungan mencekam. Sementara pesawat-pesawat tempur menjerit-jerit di langit, Darwish menjelajahi jalanan-jalanan Beirut yang dikoyak-koyak perang melalui suatu perenungan:
Apa makna sebuah pengasingan? Apa peran seorang penulis dalam masa-masa perang? Apa kaitan antara menulis (mengingat) dan sejarah (melupakan)? Secara implisit Darwish menghubungkan aktivitas menulis dengan tanah air, makna, dan perlawanan dalam suatu karya yang ironis dan padat, cerdas, dan penuh amarah.
Review Buku Memory For Forgetfulness
Buku Memory For Forgetfulness ini adalah salah satu karya Mahmoud Darwish yang paling terkenal. Buku ini pertama kali diterbitkan pada bulan Maret 1995 dan diterjemahkan dengan ahli oleh Ibrahim Muhawi. Kumpulan puisi prosa di dalam buku ini merefleksikan pengalaman Darwish selama invasi Israel ke Lebanon tahun 1982.
Buku Memory For Forgetfulness ini menyentuh dimensi politik dan sejarah pengasingan Palestina, dan khususnya pada “Hari Hiroshima” selama Perang Saudara Lebanon, menggambarkan rentetan Beirut pada bulan Agustus 1982. Melalui gambaran simbol berulang kematian, kopi, kesadaran, dan ingatan, Darwish mengeksplorasi ketakutan selama masa perang dan konflik yang ada.
Prosa puisi dalam buku ini digambarkan secara jelas dan detail oleh Darwish tentang bagaimana kekerasan kota yang dikepung dari balik jendela dapur Darwish. Darwish menuliskan prosa puisinya saat seseorang selama masa perang; saat dia merindukan kopinya, keheningan paginya.
Selain itu, Darwish juga mengevaluasi apakah dinding rumahnya akan melindunginya dari ledakan bom. Saat dia mendengarkan burung-burung pagi, bangun saat fajar, dia bertanya-tanya “untuk siapa mereka bernyanyi di himpitan roket ini?” Darwish menuliskan pikiran tentang kematian, bagi seorang pria yang dibebani oleh normalisasi perang, adalah pikiran yang lumrah seperti kopi paginya, seperti nyanyian burung jam 6 pagi.
Penerbitan buku Memory For Forgetfulness merupakan acara penyambutan bagi siapa saja yang tertarik untuk mempelajari lebih jauh tentang sastra Arab pada umumnya dan sastra Palestina pada khususnya. Buku ini merupakan buku klasik huruf Arab modern dan salah satu memoar perang besar abad kedua puluh.
Darwish menulis sebagai seorang intelektual yang terlibat, tetapi juga sebagai seorang sipil. Sebagian besar buku ini dihabiskan untuk kegiatan sehari-hari seperti menunggu taksi, bertengkar di kafe, mencari tempat makan siang. Darwish berhasil menuliskan kegiatan sehari-harinya pada masa perang dengan prosa yang indah.
Mahmoud Darwish dengan jelas menciptakan kembali pemandangan dan suara kota yang dikepung mengerikan. Saat jet tempur berteriak di atas kepala, dia menjelajahi jalan-jalan yang dilanda perang di Beirut pada 6 Agustus (Hari Hiroshima). Memory For Forgetfulness adalah refleksi panjang atas invasi dan dimensi politik dan sejarahnya.
Buku ini juga merupakan perjalanan menuju ingatan pribadi dan kolektif. Apa arti pengasingan? Apa peran penulis di masa perang? Apa hubungan tulisan dengan sejarah? Dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini, Darwish secara implisit menghubungkan tulisan, tanah air, makna, dan perlawanan dalam sebuah karya padat yang ironis yang menggabungkan kecerdasan dengan amarah.
Lantas, bagaimanakah kelanjutan puisi yang mencekam ini? Apakah Darwish menceritakan bagaimana suasana saat perang dalam puisinya? Atau bagaimana keseharian Darwish saat masa perang terjadi dan apa yang dilakukannya? Jika Grameds penasaran, bisa membaca buku Memory For Forgetfulness ini dan dapatkan cerita tentang suatu perang pada tahun 1982 ini yang dikemas menjadi sebuah puisi dari karya Mahmoud Darwish di Gramedia.com.
Buku Memory For Forgetfulness adalah salah satu buku yang paling terkenal dari Mahmoud Darwish, buku ini sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa. Buku ini lebih dari sekedar puisi prosa karena di dalam buku ini terdapat cerita dan makna yang dikemas dengan tulisan-tulisan indah Darwish pada masa perang. Buku ini dapat dijadikan sebuah sumber pelajaran atas fenomena pengepungan Israel di Beirut pada tahun 1982.
Buku prosa puisi ini merupakan salah satu buku yang wajib masuk ke daftar keinginan buku kamu lho, Grameds! Buku ini juga cocok bagi Grameds yang mungkin menyukai buku bertemakan puisi-puisi yang didalamnya penuh dengan cerita perjuangan pada masa perang Selain itu, buku ini mungkin dapat meningkatkan pengetahuan pembaca tentang perang saudara yang terjadi pada tahun 1982. Jika Grameds belum membaca karya dari Mahmoud Darwish, buku Memory For Forgetfulness ini cocok sebagai awalan Grameds untuk menekuni karya-karya Mahmoud Darwish.
Profil Mahmoud Darwish
Mahmoud Darwish lahir pada tanggal 13 Maret 1941 di Palestina. Mahmoud Darwish ini merupakan seorang penyair dan penulis Palestina yang dianggap sebagai penyair nasional Palestina. Darwish telah berhasil melambungkan namanya ke manca negara sehingga ia memenangkan banyak penghargaan untuk karya-karyanya.
Darwish telah digambarkan sebagai penjelmaan dan mencerminkan “tradisi penyair politik dalam Islam, manusia tindakan yang tindakannya adalah puisi” Darwish juga berprofesi sebagai editor beberapa majalah sastra di Palestina. Darwish menuliskan buku puisi pertamanya dengan judul Asafir bila ajniha, atau “Wingless Birds” yang akhirnya juga diterbitkan pada usianya yang menginjak 19 tahun.
Pada awalnya, Darwish menerbitkan puisinya di Al Jadid, majalah sastra Partai Komunis Israel, yang akhirnya menjadi editornya. Darwish meninggalkan Israel pada tahun 1970 untuk belajar di Uni Soviet (USSR). Darwish melanjutkan studinya di Lomonosov Moscow State University selama satu tahun, sebelum pindah ke Mesir dan Lebanon.
Selama hidupnya, Darwish telah berhasil menerbitkan lebih dari 30 jilid puisi dan delapan buku prosa. Karya Darwish telah memenangkan banyak penghargaan dan diterbitkan dalam 20 bahasa. Tema sentral dalam puisi Darwish adalah konsep watan atau tanah air.
Di antara penghargaannya adalah “Cultural Freedom Prize” oleh Yayasan Lannan Amerika Serikat, untuk tujuan yang dinyatakan untuk mengakui “orang-orang yang karyanya luar biasa dan berani merayakan hak asasi manusia atas kebebasan berimajinasi, bertanya, dan berekspresi.”
Penutup
Bagi Grameds yang penasaran bagaimana suasana saat perang? Bagaimana kondisi bangunan-bangunanya? Bagaimana korban-korban menyelamatkan dirinya saat perang? Buku Memory For Forgetfulness ini akan sangat cocok untuk Grameds.
Darwish menyajikan cerita saat perang dengan dikemas dalam sebuah prosa puisi yang indah namun memiliki makna yang dalam. Selain itu, buku ini juga menceritakan keseharian Darwish saat terjadi perang yang membuat buku ini sangat menarik.
Itulah sedikit penjelasan dan review singkat tentang buku Memory For Forgetfulness Karya Mahmoud Darwish. Semoga penjelasan diatas dapat memberikan pemahaman lebih dalam terkait buku-buku bergenre buku puisi. Apabila Grameds tertarik untuk membaca dan membeli buku ini, Grameds bisa membeli bukunya di gramedia.com.
Karena sebagai #SahabatTanpaBatas, gramedia.com menyediakan beragam buku menarik dan berkualitas untuk Grameds. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca. Jadi tunggu apa lagi? Segera beli dan miliki bukunya sekarang juga!
Penulis: Sabrina Gasella Ghaisani
Sumber Artikel:
- https://www.goodreads.com/book/show/142583.Memory_for_Forgetfulness?ac=1&from_search=true&qid=H2Y6ZH34Ti&rank=1
- https://en.wikipedia.org/wiki/Mahmoud_Darwish
- https://www.tribes.org/web/2019/5/2/from-behind-a-kitchen-window-a-review-of-memory-for-forgetfulness
- https://www.ucpress.edu/book/9780520273047/memory-for-forgetfulness
- Review Buku 21 Pelajaran untuk Abad 21
- Review Buku A Slow Fire Burning
- Review Buku Alien Karya Lee Chanhyuk
- Review Buku Artemis Fowl
- Review Buku Boundary Boss: Berani Tentukan Batasan
- Review Buku Crying In H Mart
- Review Buku Dari Priyayi sampai Nyi Blorong
- Review Buku Esther Bunny Karya Esther Kim
- Review Buku Finding Ikigai in My Journey
- Review Buku How To Win An Argument
- Review Buku Jangan diklik #1: Rahasia Ayu
- Review Buku Jangan Diklik #2: Ketika Sukma Terjaga
- Review Buku Kambing Hitam Teori Rene Girard
- Review Buku Kisah dari Halaman Belakang
- Review Buku Kuasa Uang
- Review Buku Life Without Limits: Tanpa Lengan Dan Tungkai
- Review Buku Memory For Forgetfulness
- Review Buku Merakit Kapal
- Review Buku N Or M
- Review Buku Nusantara Karya Bernard H. M. Vlekke
- Review Buku Our Violet Ends
- Review Buku Para Perawan (The Maidens)
- Review Buku Perbaiki Diri, Perbarui Hati
- Review Buku Practical Step To Think And Grow Rich
- Review Buku Saga Dari Samudra Karya
- Review Buku Saha Mansion
- Review Buku Sepasang Sepatu Tua
- Review Buku Seribu Wajah Ayah
- Review Buku Stargirl
- Review Buku Ten Years Challenge
- Review Buku Tetap Waras Di Tengah Orang Toksik
- Review Buku The Circle Blueprint
- Review Buku The Devil All The Time
- Review Buku These Violent Delight
- Review Buku Verity
- Review Buku We Hunt The Flame
- Review Buku Wizard Bakery
- Review Komik Jujutsu Kaisen
- Review Novel Atharrazka
- Review Novel Buku Besar Peminum Kopi
- Review Novel Book Shamer
- Review Novel Catur Karya Blueantlawarm
- Review Novel Fahrenheit 451 Mass Market
- Review Novel Hijab for Sisters 4
- Review Novel Jiva: Kala Kehidupan Misteri Menyapa
- Review Novel Keep Up with Us
- Review Novel Moby Dick
- Review Novel Parijs van Java
- Review Novel Pemetik Bintang
- Review Novel Puisi Mbeling
- Review Novel Punching the Air
- Review Novel Second Chance
- Review Novel The Book of Two Ways
- Review Novel Tokyo dan Perayaan Kesedihan
- Review Novel To All the Boys I’ve Loved Before
- Review Novel To The Bone
- Review You, Ketika Cinta Tidak Pernah Terucap