Fahrenheit 451 – Hai, Grameds! Pernahkan kamu berpikir hidup di suatu negara yang membatasimu untuk membaca buku? Atau kehidupan yang membuatmu tidak bisa memiliki pikiran kritis? Bayangkan jika kamu hidup selalu diawasi oleh pemerintah yang otoriter yang melarang kamu untuk memiliki pengetahuan.
Membayangkannya saja sudah sangat mengerikan, bukan? Indonesia sendiri menurut sejarah dari beberapa sumber pernah berada di masa-masa seperti itu. Buku menjadi hal yang sangat mahal dan langka. Pertanyaannya, mengapa hal itu harus terjadi pada buku-buku?
Seperti sebuah pepatah, “buku adalah jendela dunia,” dengan buku kita bisa mengetahui hal yang sebelumnya tidak pernah kita ketahui. Buku adalah ilmu yang membuat kita pintar dan memiliki pikiran kritis. Buku adalah senjata para cendekiawan untuk menyalurkan ideologi kritis mereka kepada orang lain lewat tulisan-tulisan.
Maka jika saja buku sudah dianggap bahaya dan harus dimusnahkan, tanda bahaya menyeru tanpa henti. Hal itu terjadi di dalam novel “Fahrenheit 451” karya Ray Bradbury, pemerintah yang otoriter tidak ingin masyarakatnya berpendapat dan memiliki pemikiran yang kritis. Lalu, mereka berupaya untuk membakar buku apa saja, para warga tentu saja tidak memiliki pilihan selain berita-berita dangkal yang memasuki pikiran mereka.
Novel Fahrenheit 451 pertama kali diterbitkan pada tahun 1953 dengan mengambil latar masa depan distopia. Judul novel ini merujuk pada suhu di mana buku-buku itu harus dibakar, novel ini menggambarkan pemerintah yang kejam yang melakukan upaya pembakaran buku untuk mengendalikan pemikiran masyarakatnya.
Nah, sudah penasaran dengan novel Fahrenheit 451 ini? Agar semakin tertarik, yuk, dibaca terlebih dahulu review singkat ini.
Table of Contents
Review Fahrenheit 451 Karya Ray Bradbury
Fahrenheit 451 adalah sebuah novel distopia –novel yang mengambil latar tentang masa depan. Novel ini menceritakan tentang pemerintah yang otoriter di mana buku-buku dianggap berbahaya dan warganya dilarang untuk membaca buku. Di novel tersebut, dunia sangat terbatas dan masyarakatnya lebih memilih menghabiskan waktu mereka menonton program-program televisi yang tidak memiliki makna.
Tokoh utama di dalam novel ini adalah Guy Montag, seorang pemadam kebakaran yang tugasnya bukan memadamkan api seperti pada umumnya. Melainkan membakar rumah-rumah yang di dalamnya tersimpan banyak buku alias Guy Montag bertugas untuk membakar buku. Pada masa itu buku adalah hal yang harus dimusnahkan, buku adalah pelanggaran hukum yang harus dibakar dalam suhu 451 derajat.
Montag, sebagai petugas kebakaran tentu saja menjalankan tugasnya dengan mudah, tanpa adanya rasa bersalah sedikit pun. Montag meyakini bahwa itulah satu-satunya kehidupan yang ia yakini benar. Ia bahkan memiliki slogan sendiri untuk pekerjaannya. “Bakar sampai menjadi abu, lalu bakar abunya.”
Buku-buku yang dibakar tersebut benar-benar harus dihanguskan dan dimusnahkan tanpa tersisa. Orang-orang yang diketahui bahkan dicurigai menyembunyikan buku akan terus diburu hingga tertangkap. Buku-buku tersebut dibakar oleh pemerintah dengan dalih sebagai upaya untuk melenyapkan pemikiran kritis masyarakatnya.
Dalam masyarakat ini, media hiburan, seperti televisi dan dinding TV, mengambil alih kehidupan sehari-hari penduduk. Masyarakat menjadi terlena dengan hiburan dangkal dan berita sekejap mata. Pembacaan dan refleksi dianggap sebagai ancaman bagi stabilitas dan kebahagiaan sosial.
Belajar Sains Sulit dan Membosankan? Kamu Bisa Belajar Sains dengan Seru dan Menyenangkan Disini!
Suatu hari, Montag bertemu dengan seorang wanita muda bernama Clarisse, yang memiliki pemikiran kritis dan minat pada kehidupan yang lebih dalam. Pertemuan dengan Clarisse membuat Montag merasakan keraguan terhadap hidup yang diyakininya serta ketertarikannya pada dunia pengetahuan dan buku.
Clarisse memancing banyak pertanyaan yang membuat Montag tidak bisa berhenti berpikir. Montag menyukai Clarisse, dari mulai gayanya sampai eksentriknya yang memberikan Montag sesuatu yang baru. Clarisse juga menanyakan hal yang membuat Montag berpikir keras, “apa kau bahagia?”.
Pada saat yang sama, Montag mulai merasa tidak puas dengan kehidupan yang ia jalani. Ia menyadari bahwa kehidupannya hampa dan kurang makna. Ketika Montag dan rekan-rekannya dipanggil untuk membakar sebuah rumah yang penuh dengan buku, ia tidak bisa menahan diri dan mencuri salah satu buku yang ia temui.
Ada peperangan tentang membakar buku, masyarakat seolah diawasi. Montag bahkan menyaksikan sendiri seorang wanita yang rela mati dibakar dengan buku-bukunya, wanita itu seolah berbicara bahwa kematian yang seperti itu adalah kematian mulia, dan buku-buku adalah bagian dari dirinya sendiri –yang menyiratkan bahwa tidak ada hal lain yang layak diperjuangkan selain buku-buku itu.
Kehidupan Montag semakin berubah ketika istrinya, Mildred, yang terobsesi dengan dinding TV, mencoba melakukan bunuh diri. Montag mencari bantuan dari seorang mantan profesor bernama Faber, yang memiliki pengetahuan tentang buku dan sastra. Bersama-sama, mereka merencanakan cara untuk menyebarkan pengetahuan dan membantu masyarakat memahami pentingnya membaca buku dan berpikir kritis.
Namun, ketika pemerintah mengetahui tentang perbuatan Montag, mereka mulai pengejaran untuk menangkapnya. Montag terpaksa melarikan diri dan bergabung dengan sekelompok intelektual yang hidup dalam pengasingan. Mereka berusaha mempertahankan buku-buku dan nilai-nilai kebebasan berpikir.
“Fahrenheit 451” mengisahkan perjuangan Montag dalam mencari arti sejati dalam kehidupan dan melawan represi masyarakat yang berusaha memadamkan pengetahuan dan kebebasan berpikir. Novel ini membuat banyak pertanyaan yang relevan tentang bahaya dari masyarakat yang terlena dengan hiburan dangkal dan kurangnya kesadaran akan pentingnya membaca buku, imajinasi, dan kebebasan berpikir.
Kelebihan dan Kekurangan Fahrenheit 451
Kelebihan Novel Fahrenheit 451
Fahrenheit 451 karya Ray Bradbury pertama kali diterbitkan pada tahun 1953 dan menjadi salah satu karya sastra yang diakui. Novel ini menggambarkan sebuah dunia distopia masa depan di mana membaca dan memiliki buku dianggap hal yang ilegal.
Tokoh Guy Montag menjadi tokoh utama sebagai pemadam yang bertugas untuk membakar buku-buku tanpa tersisa apapun. Novel ini memiliki pesan yang sangat luar biasa yang masih relevan hingga masa kini, Bradbury mengingatkan kita tentang pentingnya membaca buku dan pentingnya memiliki kebebasan berpendapat.
Lewat novel ini, Bradbury menyampaikan bahwa membaca adalah hal yang sangat penting, karena dengan membaca bisa mengasah pemikiran kita dan mempertajam cara kita berpikir. Melalui perjalanan Montag sebagai tokoh utama, pembaca akan diajak untuk menjelajahi tema-tema seperti kekuatan pengetahuan, pentingnya membaca, kebebasan berpikir, dan bahaya mengendalikan informasi.
Bradbury mengkritik pemerintah yang otoriter sekaligus masyarakat yang malas membaca. Betapa buruknya jika dunia tidak diisi dengan ilmu pengetahuan, novel ini memberikan gambaran yang jelas tentang sangat menakutkannya masa depan jika kebebasan setiap individu saja diawasi dan dibatasi.
Fahrenheit 451 memberikan gambaran yang jelas bagaimana seandainya dunia tanpa adanya buku, hanya akan ada peradaban linglung, semu, dan tanpa warna. Novel ini menggambarkan tentang pentingnya membaca dan menjaga buku.
“Fahrenheit 451” menekankan pentingnya membaca dan menjaga buku sebagai sumber pengetahuan, imajinasi, dan kritisisme. Bradbury menunjukkan bahwa kehilangan akses terhadap buku dan pemusnahan pengetahuan adalah suatu bentuk kehancuran manusia.
Kekurangan Novel Fahrenheit 451
Selain kelebihan, novel ini juga memiliki kekurangan. Pengembangan karakter yang masih terbatas dan kurang terbangun sehingga pembaca merasa kurang terhubung dengan mereka Meskipun karakter utama dalam novel ini kuat, beberapa karakter lain mungkin terasa kurang terbangun atau kurang dikembangkan. Ini dapat membuat pembaca merasa kurang terhubung dengan mereka dan membatasi pemahaman lebih dalam tentang dinamika hubungan antar karakter.
Novel ini juga tidak memberikan penjelasan mengenai asal usul dan latar belakang yang jelas, pembaca tidak diberitahu mengapa dunia suram seperti itu bisa terbentuk. Padahal novel cenderung bersifat visioner dan banyak hal yang bisa ditawarkan oleh Bradbury sebagai salah satu novel distopia.
Penutup
Sebagai kesimpulan, novel Fahrenheit 451 memiliki premis cerita yang menarik. Pesan yang disampaikan oleh penulis begitu mengena sehingga kita barangkali harus kembali memikirkan kehidupan. Pembaca juga akan diajak untuk lebih penasaran dengan akhir kehidupan tokoh utama, Montag.
Meskipun novel ini terbit puluhan tahun lalu, pesan-pesannya begitu jelas. Dunia digambarkan mengerikan tanpa peradaban dan pengetahuan dengan pemegang kekuasaan yang otoriter. Novel ini menjadi salah satu novel yang wajib masuk list jajaran buku yang harus kamu baca. Sebab, Fahrenheit 451 ini adalah sebuah novel yang bisa memberikan kamu gambaran bagaimana jika dunia dipegang dan dikendalikan oleh kekuasaan yang salah.
Fahrenheit 451″ tetap menjadi sebuah karya yang kuat dan bernilai. Pesan moralnya yang mendalam, gaya penulisan yang kuat, dan gambaran tentang masa depan yang mengerikan membuatnya menjadi salah satu novel distopia yang paling terkenal dan berpengaruh dalam sastra modern.
Dapatkan segera bukunya di gramedia.com dan dapatkan diskon-diskon menarik lainnya. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Penulis: Melani Wulandari
Sumber:
- https://www.goodreads.com/book/show/5199185-fahrenheit-451?from_search=true&from_srp=true&qid=qU4tjv7hl7&rank=1
- https://www.fimela.com/lifestyle/read/3905091/resensi-novel-fahrenheit-451-karya-ray-bradbury
- https://yoursay.suara.com/ulasan/2023/06/15/172315/ulasan-novel-fahrenheit-451-karya-ray-bradbury-ketika-buku-buku-dibakar
- Review Buku 21 Pelajaran untuk Abad 21
- Review Buku A Slow Fire Burning
- Review Buku Alien Karya Lee Chanhyuk
- Review Buku Artemis Fowl
- Review Buku Boundary Boss: Berani Tentukan Batasan
- Review Buku Crying In H Mart
- Review Buku Dari Priyayi sampai Nyi Blorong
- Review Buku Esther Bunny Karya Esther Kim
- Review Buku Finding Ikigai in My Journey
- Review Buku How To Win An Argument
- Review Buku Jangan diklik #1: Rahasia Ayu
- Review Buku Jangan Diklik #2: Ketika Sukma Terjaga
- Review Buku Kambing Hitam Teori Rene Girard
- Review Buku Kisah dari Halaman Belakang
- Review Buku Kuasa Uang
- Review Buku Life Without Limits: Tanpa Lengan Dan Tungkai
- Review Buku Memory For Forgetfulness
- Review Buku Merakit Kapal
- Review Buku N Or M
- Review Buku Nusantara Karya Bernard H. M. Vlekke
- Review Buku Our Violet Ends
- Review Buku Para Perawan (The Maidens)
- Review Buku Perbaiki Diri, Perbarui Hati
- Review Buku Practical Step To Think And Grow Rich
- Review Buku Saga Dari Samudra Karya
- Review Buku Saha Mansion
- Review Buku Sepasang Sepatu Tua
- Review Buku Seribu Wajah Ayah
- Review Buku Stargirl
- Review Buku Ten Years Challenge
- Review Buku Tetap Waras Di Tengah Orang Toksik
- Review Buku The Circle Blueprint
- Review Buku The Devil All The Time
- Review Buku These Violent Delight
- Review Buku Verity
- Review Buku We Hunt The Flame
- Review Buku Wizard Bakery
- Review Komik Jujutsu Kaisen
- Review Novel Atharrazka
- Review Novel Buku Besar Peminum Kopi
- Review Novel Book Shamer
- Review Novel Catur Karya Blueantlawarm
- Review Novel Fahrenheit 451 Mass Market
- Review Novel Hijab for Sisters 4
- Review Novel Jiva: Kala Kehidupan Misteri Menyapa
- Review Novel Keep Up with Us
- Review Novel Moby Dick
- Review Novel Parijs van Java
- Review Novel Pemetik Bintang
- Review Novel Puisi Mbeling
- Review Novel Punching the Air
- Review Novel Second Chance
- Review Novel The Book of Two Ways
- Review Novel Tokyo dan Perayaan Kesedihan
- Review Novel To All the Boys I’ve Loved Before
- Review Novel To The Bone
- Review You, Ketika Cinta Tidak Pernah Terucap