in

Review Buku Nusantara Karya Bernard H. M. Vlekke

Nusantara: Sejarah Indonesia – Sejarah adalah sesuatu yang dibahas dengan serius, karena ia lahir dari peradaban yang disusun berdasarkan beberapa peristiwa yang pernah terjadi. Bahkan, kita tahu bahwa sejarah menjadi salah satu pelajaran dan pilihan jurusan ketika duduk di bangku kuliah.

Sejarah melibatkan upaya untuk memahami dan mempelajari peristiwa masa lalu secara obyektif dengan berdasarkan pada bukti-bukti yang ada. Indonesia sendiri adalah negara yang membentang dari Sabang sampai Merauke. Membayangkan luas laut dan daratannya saja membuat kita cukup terdiam, apalagi dengan masing-masing wilayahnya yang memiliki sejarah.

Banyak manfaat mempelajari sejarah yang bisa kita dapatkan, yaitu untuk mengetahui peristiwa dan kejadian di masa lalu, memberikan kemampuan analisa yang lebih baik, sebagai media pendidikan dan pembelajaran, dan kita bisa belajar dari kesalahan-kesalahan masa lalu yang bisa diperbaiki di masa kini.

Bernard H. M. Vlekke, misalnya. Ia menulis buku Nusantara: Sejarah Indonesia yang memuat kisah Indonesia sejak penjajahan Belanda sampai dengan era Organisasi Soetomo. Vlekke dikenal sebagai seorang sejarawan dan ahli geografi Belanda yang memiliki minat khusus dalam sejarah dan geografi Indonesia.

Buku sejarah karya Vlekke ini pada akhirnya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang isinya berupaya dari segi komprehensif merangkum sejarah Indonesia sejak ribuan tahun lalu ketika Indonesia masih terdiri dari berbagai kerajaan Hindu hingga masa kolonialisme.

Sinopsis Nusantara: Sejarah Indonesia 

“Buku ini dirancang sebagai sejarah Indonesia dan bukan sebagai perluasan perusahaan dan koloni Belanda di luar negeri,” tulis Vlekke, sang penulis.

Buku “Nusantara: Sejarah Indonesia” yang diterbitkan pada tahun 1943 ini membahas sejarah Indonesia dari periode prasejarah hingga masa penjajahan kolonial Belanda. Vlekke juga menyoroti aspek-aspek sosial, ekonomi, dan politik dalam perkembangan Indonesia. Buku ini sering dijadikan rujukan dalam studi sejarah Indonesia.

Buku tersebut dikenal sebagai sebuah karya sejarah yang mengkaji perkembangan sejarah Indonesia dari zaman kuno hingga masa kolonial Belanda. Buku ini membahas peran geografi, kebudayaan, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi perkembangan masyarakat Indonesia. Vlekke juga menganalisis hubungan antara bangsa-bangsa yang berasal dari kepulauan Nusantara dalam konteks sejarah regional dan internasional.

Buku ini ditulis berdasarkan perspektif komprehensif dengan uraian yang kaya akan ilustrasi. Banyak hal-hal yang disampaikan oleh Vlekke yang masih aKtual hingga abad ke 21. Vlekke sendiri menyebutkan bahwa buku ini menampilkan proses sejarah Indonesia tanpa terlalu memusatkan proses pada perluasan kolonialisme.

Kata Nusantara sendiri merujuk pada masa periode khusus ketika Indonesia masih dikuasai oleh Majapahit, ketika kerajaan itu dikendalikan oleh patih besarnya, Gajah Mada. Majapahit adalah negara kesatuan Indonesia pada zaman dahulu meskipun pada waktu itu masa kejayaannya nyaris singkat.

Nusantara: Sejarah Indonesia ini diawali dengan penjelasan mengenai kondisi geografis Indonesia. Vlekke menulis ulang penemuan para arkeolog tentang genealogi orang Indonesia secara singkat. Buku ini memiliki kisah sejarah yang jelas, misalnya tentang komentar seorang pegawai VOC terhadap kekejaman yang dilakukan oleh VOC atau Pieter Zoon Coen pada orang Banda.

The Architecture of Love | Di balik Pena

Tentang Majapahit, misalnya. Menurut Vlekke sendiri kejayaan Majapahit runtuh bukan karena adanya kerajaan-kerajaan islam. Vlekke memiliki penjelasan yang menarik tentang mengapa masyarakat Jawa berbondong-bondong masuk islam, tapi pada saat yang sama pula sangat bersahabat dengan tradisi lokal (sinkretis).

Buku ini adalah salah satu deskripsi sejarah Indonesia yang ditulis secara mendalam. Vlekke tidak lupa memaparkan bahwa perang agama sangat langka di Jawa dan bisa saja salah satu penyebabnya adalah sinkretisme itu sendiri yang nyatanya sudah terpelihara sejak zaman dahulu.

Ada juga kisah kegagalan Sultan Agung untuk menyatukan Nusantara karena tak memiliki Angkatan laut yang memadai. Kisah lain yang langka adalah perubahan tabiat orang Belanda yang rajin di tanah airnya, namun menjadi orang yang malas ketika tinggal di Batavia.

Pada Bab 1 yang juga masih berkaitan di Bab 2 mengenai kerajaan-kerajaan Jawa dan Sumatera, Vlekke menjelaskan mengenai kemampuan orang Indonesia untuk menerima hal yang baru tanpa perlu menolak yang lama. Vlekke memiliki asumsi bahwa dinamika kekuasaan tradisional Indonesia ditentukan oleh tiga entitas: kekuasaan lama, kekuasaan baru, dan kekuasaan penentang.

Vlekke membuat Jawa seolah sebagai pelaku utama yang kita temukan di 5 bab dengan bab yang terpisah. Bab 3 misalnya yang membahas mengenai pendiri-pendiri Imperium di Jawa, Bab 15 membahas tentang berakhirnya suatu koloni dan lahirnya suatu bangsa, dan Bab 16 membahas menuju perang dan revolusi.

Bab 4 dalam buku ini berkisah tentang Muslim dan Portugis. Pada abad ke 15 islam mulai menyebar ke seluruh Indonesia yang datang dari Barat hingga muncullah satu daerah yang sedang santer dibicarakan, yaitu Kesultanan Malaka –yang letak geografis kota tersebut menguntungkan untuk membuat ia berkembang cepat.

Setelah narasi mengenai persebaran islam, kemudian disusul dengan kedatangan Portugis dengan semangatnya atas Perang Salib. Pada bab ini, pembaca akan mendapat penjelasan mengapa islam lebih banyak dipeluk oleh Indonesia bagian barat, dan Kristen di bagian timur.

Ada banyak sekali sejarah Indonesia yang menarik yang disampaikan oleh Vlekke dalam buku ini. Salah satunya adalah cerita menarik tentang asal-usul Jakarta. Pada awal abad ke 17, terjadi persaingan sengit antara pembeli-pembeli rempah dari Belanda, Inggris, dan Cina.

Pada saat itu mereka tersulut oleh peristiwa pembakaran pos datang Inggris di Jayakarta, perang pun terjadi. Tujuh kapal yang dipimpin oleh Coen berhasil mundur oleh sebelas kapal Inggris hingga mereka harus jauh mundur ke Maluka dengan meninggalkan garnisun di benteng Jayakarta. Benteng itu selama hanya karena antara Inggris, raja Jayakarta, dan raja Banten tidak bisa mufakat siapa yang akan memilikinya setelah ditaklukan.

Ketika garnisun itu berpesta karena selamat, mereka mendapati bahwa benteng itu ternyata tidak memiliki nama.  Lalu, disematkanlah nama Batavia yang kemudian menjadi sejarah Indonesia mengenai asal-usul penamaan kota Jakarta itu sendiri yang ternyata jauh lebih menyenangkan.

Buku “Nusantara: Sejarah Indonesia” karya Vlekke ini merupakan terjemahan edisi revisi 1963. Penulis menyajikan sejarah Nusantara secara populer sehingga ketika membaca buku ini seolah-olah berisi dongeng Indonesia pada zaman dahulu.

 

Review Buku Nusantara: Sejarah Indonesia Karya Bernard H. M. Vlekke

Pros & Cons

Pros
  • Buku ini membahas sejarah dari kacamata Vlekke sebagai orang asing dengan pembawaan cerita yang menarik karena beberapa terdapat kutipan sumbernya.
  • Buku ini membuka wawasan, pengetahuan, dan pandangan baru dalam memahami dan memaknai sejarah Indonesia.
Cons
  • Ketika membaca buku ini, pembaca harus sudah paham terlebih dahulu mengenai sejarah dasar dan letak geografis Indonesia, karena buku ini adalah potongan puzzle yang banyak tidak diceritakan oleh penulis lainnya tentang sejarah Indonesia.

 

Nusantara: Sejarah Indonesia merupakan salah satu buku yang berkisah tentang Indonesia ribuan tahun lalu. Vlekke sebagai penulis berusaha menjadi objektif karena melihat latar belakangnya sebagai orang Belanda, ia berusaha menempatkan diri sesuai dengan apa yang ia lihat pada zaman dahulu. Buku ini tidak hanya menyajikan narasi sejarah yang komprehensif, tetapi juga memberikan wawasan mendalam tentang peradaban dan perkembangan masyarakat Indonesia.

Buku ini sangat berguna bagi siapa saja yang ingin mempelajari sejarah Indonesia sejak zaman pra-sejarah hingga beberapa saat ketika Jepang mulai menginvasi kepulauan Nusantara pada tahun 1942. Alur penceritaan yang kronologis menjadi salah satu kepiawaian Vlekke dalam menceritakan perjalanan sejarah Indonesia sehingga pembaca dapat mengikuti perkembangan yang terjadi dari masa ke masa.

Dalam buku ini, Vlekke mengambil sudut pandang seorang orang asing yang mencoba memahami dan menceritakan sejarah Indonesia. Hal ini memberikan perspektif yang menarik karena Vlekke juga mengutip sumber-sumber asli untuk mendukung ceritanya. Dengan demikian, pembaca dapat merasakan keragaman dan kompleksitas peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di Indonesia.

Namun, penting untuk dicatat bahwa buku ini bukanlah sumber tunggal yang mencakup seluruh sejarah Indonesia. Pembaca diharapkan sudah memiliki pemahaman dasar mengenai sejarah dan letak geografis Indonesia sebelum membacanya, karena buku ini seperti potongan-potongan puzzle yang mungkin tidak dijelaskan secara rinci oleh penulis lainnya.

Terlepas dari itu, buku ini tetap memberikan wawasan, pengetahuan, dan pandangan baru yang berharga dalam memahami dan memaknai sejarah Indonesia. Buku ini cocok dibaca oleh siapa yang ingin lebih mengenal Indonesia. Karena dengan segala keterbatasan yang dimiliki oleh Vlekke, ia bercerita dengan laju yang menyenangkan.

Membaca buku ini seolah kita sejak diajak untuk mendengarkan dongeng Indonesia yang terjadi di masa lalu. Para pembaca yang masih muda dapat dengan mudah memahami kisah yang ditampilkan di dalam buku ini. Karena buku ini berbeda dengan buku sejarah lainnya, Vlekke menampilkan proses sejarah Indonesia tanpa terlalu memusatkan proses para penjajah pada perluasan kekuasaannya.

Yuk, dapatkan segera bukunya di gramedia.com, ya. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Melani Wulandari

 

Rekomendasi Buku Terkait

Sastra dan Sejarah Indonesia

 

Buku Sastra dan Sejarah Indonesia ini membahas tentang sejarah dan sastra di Indonesia secara lengkap. Buku ini dibagi menjadi dua bagian: sastra dan sejarah Indonesia. Di bagian pertama, penulis membahas dua pengarang yang karyanya sudah sangat jarang ditemui, bagaimana salah satu novel Pramoedya menginspirasi seorang penulis Perancis, kenapa sastrawan Indonesia belum ada yang menang hadiah Nobel, dan perkembangan sastra kaum eksil, yaitu mereka yang berada di luar negeri saat terjadinya G30S dan menghabiskan hidup mereka di sana. Subjek terakhir ini paling banyak dibahas yaitu sebanyak empat karangan.

Di bagian kedua, terdapat karangan mengenai kota atau daerah tertentu: Bima, Aceh di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda, pengalaman seorang Belgia selama Perang Jawa, sebuah langgar di Kampung Pekojan, dan pembahasan mengenai novel yang ditulis seorang Belanda.

 

Nusantara

 

Dalam buku ini Vlekke misalnya memaparkan bahwa perang agama sangat langka di Jawa dan boleh jadi penyebabnya adalah sinkretisme terpelihara sejak zaman dulu. Ada kisah kegagalan Sultan Agung menyatukan Nusantara karena tak punya angkatan laut yang memadai.

Kisah lain yang langka adalah perubahan tabiat orang Belanda yang rajin di tanahairnya (Homo batavus), namun jadi pemalas ketika tinggal di Batavia (Homo bataviensis). Edisi Indonesia buku ini merupakan terjemahan edisi revisi 1963. Penulis menyajikan sejarah Nusantara secara populer. Oleh karena itu, buku ini seolah-olah berisi dongeng Indonesia pada masa silam.

Sumber:

  • https://www.freedom-institute.org/bernard-h-m-vlekke-nusantara-sejarah-indonesia-1142
  • https://www.goodreads.com/book/show/29661629-nusantara

 

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy