in

Review Novel Puisi Mbeling Karya Remy Sylado

Puisi Mbeling – Remy Sylado disebut sebagai seniman serba bisa. Ia tak hanya berprofesi sebagai penulis novel saja melainkan ada banyak karier yang ia tekuni, seperti penyair, menulis cerpen, dramawan, kritikus sastra, pemain musik, penyanyi, penata rias, aktor, wartawan, dan juga dosen.

Semua karya-karya telah berhasil mengharumkan nama Indonesia dan mampu membawanya ke berbagai ruang diskusi. Bahkan, beberapa karya yang ditulis oleh Remy Sylado memenangkan berbagai penghargaan dan sangat disukai oleh para penggemarnya.

Seperti, novel Puisi Mbeling yang memiliki kisah unik yang berbeda dari novel-novel lainnya dan berlatar belakang di kota Bandung pada tahun 1920-an. Penasaran bagaimana review novel Puisi Mbeling dan Profil dari Remy Sylado? Yuk, langsung saja simak pembahasan di bawah ini yaa!

 

Sinopsis Novel Puisi Mbeling Karya Remy Sylado

 

Detail buku:

Judul buku: Puisi Mbeling

Penulis: Remy Sylado

Jumlah Halaman: 272

Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia

Tanggal Terbit: 26 Feb 2023

Berat: 0.2 kg

ISBN: 9786024818814

Lebar: 14 cm

The Architecture of Love | Di balik Pena

Bahasa: Indonesia

Panjang: 21cm

Puisi Mbeling memuat karya-karya Remy Sylado dan menjadi buku pertamanya atas pencetus gerakan puisi mbeling pada tahun 1971 sampai 2003. Sang penyair, Remy Sylado memilih sendiri 143 puisi yang mampu membuat pembaca tersenyum, tertawa terbahak-bahak, dan merenung. Jangan salah sangka dulu, puisi-puisi ini memiliki sikap serius yang perlu pembaca sadari. Remy Sylado seolah-seolah menelanjangi sikap feodal dan munafik dari masyarakat Indonesia khususnya kalangan pemerintah.

kesemenaan sekarang siapa yang bisa larang

yang dulu lembut sudah berubah jadi garang 

dalam kampanye partai orang membawa parang

seperti penyamun bopeng keluar dari sarang”

 ……

 betapapun cerita ini tidak kamu suka

 mengungkapnya berarti mencoreng muka

 tapi coba kenang itu pengalaman duka

 bahwa kedua orde memang membawa luka

 inilah waktu paling pantas kita buka

 satu kecut belimbing satu kecut cuka” – Puisi Mbeling

 

Review  Novel Puisi Mbeling Karya Remy Sylado

Pros & Cons

Pros
  • Puisi ini mengingatkan pada masa orde baru
  • Puisi ditulis secara blak-blakan
  • Sangat mudah dipahami oleh pembaca pemula
Cons
  • Penggunaan bahasa nyeleneh

 

Novel Puisi Mbeling karya Remy Sylado bukan cuma sekadar judul topik bernama “mbeling” saja tetapi memberikan makna yang selaras sesuai dengan pemilihan kata yang tertuang di dalam novel ini. Uniknya, puisi ini memberikan puisi berbentuk spiral sehingga terkesan istimewa dan berbeda dari puisi-puisi lama.

Bagi pembaca awam, novel puisi ini cukup mudah dipahami dengan makna tersurat yang sudah disampaikan oleh penulis. Penulis membuat tulisan puisi ini secara bervariasi dan tidak monoton sehingga cukup menyenangkan untuk dibaca sehari-hari.

Buku Novel Puisi Mbeling yang ditulis oleh Remy Sylado mendapatkan nilai 3.68 bintang dari pembaca situs Good Reads. Berdasarkan opini pribadi, buku ini memiliki kelebihan dan kekurangan seperti yang sudah tertera pada tabel di atas.

Pertama, novel ini memiliki kelebihan untuk mengingatkan pembaca terhadap zaman Orde Baru. Puisi ini memiliki ulasan menarik karena menjadi sasaran kritik dari penulis, Remy Sylado. Terutama pemilihan kata-kata dan sajak puisi cenderung blak-blakan tanpa harus menggunakan pemilihan kata ‘asing’ sehingga novel Puisi Mbeling terkesan indah dan jenaka.

Bagi pembaca pemula, Puisi Mbeling tidak memerlukan banyak pikiran terhadap makna tersirat di dalamnya. Sebagian besar, penulis sudah menyampaikan secara langsung sehingga sangat mudah dipahami oleh pembaca. Kumpulan puisi cenderung mengarah ke permainan kata dan sedikit ‘nakal’. Selain kelebihan, novel ini memiliki kekurangan seperti penggunaan bahasa yang sedikit nyeleneh. Walaupun begitu, konsep vulgar dan kesan kasar tidak diperlihatkan.

 

Mengenal Remy Sylado, Penulis Puisi Mbeling

Remy Sylado merupakan sastrawan asal Indonesia yang lahir pada tanggal 12 Juli 1945 di Makassar, Sulawesi Selatan. Ia memiliki nama asli, Yapi Panda Abdiel Tambayong (Jampi Tambajong). Semasa kecil dan remaja, ia tinggal di Solo dan Semarang, Jawa Tengah.

Sejak umur 18 tahun, Remy Sylado suka menghabiskan waktunya untuk menulis kritik, puisi, cerpen, novel, drama, kolom, esai, sajak, roman populer, beserta buku-buku musikologi, dramaturgi, bahasa, dan juga teologi. Banyak sekali, bukan?

Tak hanya aktif di bidang musik, seni rupa, teater, dan film saja, ia juga menguasasi beberapa bahasa asing. Remy Sylado memiliki nama samaran berupa Dova Zila, Alif Dana Munsyi, Juliana C. Panda, Jubal Anak Perang Imanuel. Ia juga pernah dan masih mengajar di beberapa perguruan tinggi di kota Bandung dan Jakarta seperti Akademi Sinematografi, Institut Teater dan Film, dan Sekolah Tinggi Teologi.

Karier Remy Sylado diawali dengan profesi sebagai wartawan Majalah Tempo di Semarang pada tahun 1965. Kemudian, aktif sebagai redaktur Majalah Aktual Bandung tahun 1970, dosen Akademi Sinematografi Bandung tahun 1971, dan menjabat Ketua Teater Yayasan Pusat Kebudayaan Bandung.

Remy memang dikenal memiliki sikap pemberani dalam mengemukakan pandangan umumnya melalui pertunjukan-pertunjukan drama teater yang ia pimpin. Tidak hanya banyak menulis novel, Remy juga menekuni kegiatan menulis dan tahu banyak soal dunia perfilman. Saat ini, ia bertempat tinggal di Bandung dan novelnya yang berjudul “Kerudung Merah Kirmizi” pernah meraih penghargaan Sastra Khatulistiwa pada tahun 2002.

Melalui karya-karya fisiknya, Remy Sylado mengutip kata-kata bahasa Indonesia yang sudah lama tidak terpakai. Karena inilah, tulisan karya Remy Sylado sangat unik dan istimewa. Kualitas karyanya tidak perlu diragukan lagi. Tentunya, novel-novel karya Remy Sylado telah didasari oleh riset yang tidak tanggung-tanggung.

Bahkan, dirinya kerap kali mengunjungi Perpustakaan Nasional untuk mencari arsip tua dan menelusuri pasar buku tua. Ia masih menulis dengan menggunakan mesin tik dan telah menciptakan berbagai latar budaya di luar budayanya sendiri. Selain kegiatan menulis kreatif, Remy Sylado juga diundang dalam acara berceramah teologi.

Adapun karya-karya yang telah ditulis olehnya seperti: Orexas, Gali Lobang Gila Lobang, Siau Ling, Kerudung Merah Kirmizi pada tahun 2002, Kembang Jepun pada tahun 2003, Matahari Melbourne, Sam Po Kong pada tahun 2004, Rumahku di Atas Bukit, 9 dari 10 Kata Bahasa Indonesia adalah Bahasa Asing, dan Drama Musikalisasi Tarragon “Born To Win“, dan masih banyak lagi.

 

Penutup

Nah, itu dia novel Puisi Mbeling karya Remy Sylado yang sudah dipaparkan di atas. Jika Grameds tertarik untuk membaca dan membeli buku-buku karya Remy Sylado lainnya, maka Grameds bisa langsung mendapatkannya dengan cara mengunjungi laman gramedia.com.

Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia menyediakan berbagai macam jenis buku yang diperlukan oleh Grameds, lho. Dijamin original dan tentunya berkualitas. Jangan lewatkan promo diskon menarik dari Gramedia.com selama periode berlangsung. Yuk, beli sekarang sebelum kehabisan!

Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

 

Nama penulis: Riva Destira Ramadhani

 

Kumpulan Rekomendasi Buku Karya Remy Sylado

1. Parijs van Java

 

Novel Parijs van Java ditulis oleh Remy Sylado berlatar belakang pada masa Hindia-Belanda, sekitar tahun 1920-an di kota Bandung, Jawa Barat. Novel ini menceritakan kisah perjuangan romantis sepasang kekasih dalam melawan sekelompok orang yang menjebak mereka dalam dunia persundalan.

Penulis, Remy Sylado sangat lihai menggambarkan rasa penderitaan, ketegangan, kesedihan, dan kebahagiaan yang bercampur aduk di dalam novel ini sehingga pembaca seolah-olah tak sabar untuk segera menuntaskan novel Parijs van Java sampai habis. Di dalamnya, pembaca akan merasakan suasana kota Bandung pada satu abad silam yang disebut sebagai Parijs van Java. Sungguh menarik untuk diikuti.

 

2. Sebuah Libretto

 

Kisah Sang FX diprosakan menjadi sebuah libretto dan telah dipentaskan di Jakarta pada tanggal 18 September 2008. Pementasan tersebut dilaksanakan dalam rangka 150 tahun Serikat Jesus (SJ) menginjakkan kaki di daerah Tanjung Priok. FX atau dikenal dengan Fransiskus Xaverius adalah seorang pengajar bahasa Melayu huruf latin saat Indonesia dijajah oleh Portugis pada tahun 1546.

FX telah berhasil menerjemahkan empat pustaka gerejawi dan bekerja sama dengan seorang munsyi di kota Malaka. Adapun empat pustaka gerejawi tersebut di antaranya: Doa Bapa Kami, Salam Maria, Kredo, dan Dekalog yang kemudian disiarkan di Maluku.

Apabila ada seseorang yang dapat menghafal ayat-ayat dari empat pustaka gerejawi maka akan dibaptiskan. Secara pastoral, tindakan tersebut terkesan tidak lazim. Namun, dilihat dari kultural, hal itu diyakini sebagai titik awal meluasnya bahasa Melayu aksara latin. Saat Belanda menang melawan portugis, maka Belanda menetapkan lingua franca Melayu telah layak di Maluku berkat karya-karya dari Fransiskus Xaverius (FX) sebagai bahasa administratif pemerintahan kolonial.

 

3. Ca-Bau-Kan (Hanya Sebuah Dosa)

 

Novel Ca-Bau-Kan (Hanya Sebuah Dosa) karya Remy Sylado memiliki kisah romantis antara perempuan asal Betawi dengan pedagang Tionghoa yang berlatar belakang abad kedua puluh sampai pasca kemerdekaan Indonesia. Penulis menggunakan narator dari Ny. Dijkhoff, yaitu seorang perempuan Belanda yang datang ke Indonesia.

Mulanya ingin mencari tahu asal-usul Ibunya tetapi ia merupakan seorang ca-bau-kan atau perempuan penghibur asal masyarakat Tionghoa. Novel ini memberikan kompleksitas sekaligus mengekspresikan masyarakat Tionghoa Peranakan dalam sejarah kemerdekaan Indonesia pada masa itu.

 

5. Kerudung Merah Kirmizi

 

Novel Kerudung Merah Kirmizi karya Remy Sylado mengisahkan seorang pengusaha yang memanfaatkan oknum aparat keamanan sekaligus para bandit untuk mencapai tujuannya. Novel ini memiliki latar waktu pada masa Orde Baru atau awal reformasi. Penulis mengekspresikan sikap seorang pengusaha secara terang-terangan dengan penuh keharuan sekaligus memberikan rasa tegang di dalamnya.

Kisah ini cukup menawan untuk diikuti apalagi cerita yang tulis mampu memberikan kekuatan manusia dalam menghadapi berbagai permasalahan yang ada apa pun itu wujudnya.

 

Rujukan:

  • https://www.gramedia.com/products/puisi-mbeling?queryID=7eae3a210a4000e17359da2cf5ad993e
  • https://www.gramedia.com/products/conf-sebuah-libretto?queryID=7eae3a210a4000e17359da2cf5ad993e
  • https://www.gramedia.com/products/mimi-lan-mintuna?queryID=7eae3a210a4000e17359da2cf5ad993e
  • https://www.gramedia.com/products/ca-bau-kan-hanya-sebuah-dosa?queryID=7eae3a210a4000e17359da2cf5ad993e
  • https://www.gramedia.com/products/kerudung-merah-kirmizi?queryID=c1300d3e7f36fe7caea17df476258948
  • https://www.gramedia.com/products/parijs-van-java?queryID=c1300d3e7f36fe7caea17df476258948
  • https://www.goodreads.com/book/show/1928807.Puisi_Mbeling?from_search=true&from_srp=true&qid=0H3KPOvBqD&rank=1

 

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy