To All the Boys I’ve Loved Before adalah novel trilogi young adult romance karya Jenny Han yang dinobatkan sebagai buku best-seller oleh The New York Times dan telah diadaptasi ke dalam film keluaran Netflix pada pertengahan Agustus 2018 lalu.
To All the Boys I’ve Loved Before (2014) merupakan novel pertama dari trilogi, disusul oleh P.S. I Still Love You (2015) dan Always and Forever, Lara Jean (2017). Ketiga buku ini sangat populer dan menarik hati para pembaca sehingga selalu bertengger di deretan buku best-seller.
To All the Boys I’ve Loved Before diterjemahkan dalam versi bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh penerbit Spring pada tahun 2017. Novel dengan total 378 halaman ini sangat ramai dibicarakan pada masanya dan akan membuatmu terhibur dengan karakter-karakter hebat yang diciptakan oleh Jenny Han.
Lalu, sudahkah Grameds membaca novel To All the Boys I’ve Loved Before? Jika belum, dan penasaran dengan jalan cerita dari isi novelnya, kamu bisa simak review singkat ini, ya.
Table of Contents
Penulis Novel To All the Boys I’ve Loved Before
Jenny Han adalah penulis novel ber-genre young adult romance dan children’s fiction. Ia lahir pada 3 September 1980 dan mencintai dunia kepenulisan sejak belia. Shug adalah tulisan pertamanya, novel anak-anak yang berhasil ia tulis semasa kuliah.
Jenny Han merupakan wanita keturunan Korea-Amerika. Pada tahun 1998, ia lulus dari Maggie L. Walker Governor’s School for Government and International Studies. Jenny berkuliah di University of North Carolina di Chapel Hill, lalu meraih gelar Master of Fine Arts dalam penulisan kreatif di The New School, dan lulus pada tahun 2006.
Jenny Han terkenal karena menulis The Summer I Turned Pretty Trilogy yang diadaptasi menjadi serial TV dengan judul yang sama tahun 2022. Novel trilogi ini terdiri dari The Summer I Turned Pretty, It’s Not Summer Without You, dan We’ll Always Have Summer yang dinobatkan sebagai buku best-seller oleh The New York Times. Novel trilogi ini bercerita tentang kisah romansa seorang gadis selama liburan musim panas yang berujung pada cinta segitiga yang berantakan.
Trilogi young adult kedua ditulis Jenny Han bersama dengan Siobhan Vivian, terdiri dari Burn for Burn (2012), Fire with Fire (2013), dan Ashes to Ashes (2014). Novel ini menceritakan tiga orang gadis dari sekolah menengah yang membalas dendam di sebuah pulau yang mengandung unsur paranormal dan romansa.
Pada tahun 2014, Jenny Han merilis novel young adult romance berjudul To All the Boys I’ve Loved Before. Novel ini diadaptasi menjadi serial film dengan judul yang sama pada tahun 2018 dan memiliki antusiasme serta ulasan yang positif. Sekuelnya, P.S. I Still Love You, dirilis pada tahun berikutnya dan memenangkan Young Adult Asian Pacific American Award for Literature 2015–2016. Novel ketiganya, Always and Forever, Lara Jean, dirilis pada 2017.
Jenny Han sangat menyukai Stephen King. Dalam wawancaranya bersama Dive Studios Podcast, Jenny mengatakan bahwa ia membaca semua buku Stephen King, salah satunya A little Bit yang ia baca ketika berusia 9 tahun. Ia sangat menyukai dan mengagumi buku tersebut.
Karya-karya Jenny sukses besar di Amerika, bahkan orang-orang di luar Amerika juga banyak yang mencintai karyanya. Kesuksesan Jenny Han menjadi salah satu cita-cita terbesarnya, di mana ia ingin karyanya bisa dinikmati oleh banyak pembaca dan bisa diterbitkan menjadi film.
Belajar Sains Sulit dan Membosankan? Kamu Bisa Belajar Sains dengan Seru dan Menyenangkan Disini!
Sinopsis Novel To All the Boys I’ve Loved Before
“Kau harus santai, Lara Jean. Hidup tidak harus terlalu direncanakan. Jalani saja dan lihat apa yang terjadi.” (Peter, halaman 131).
To All the Boys I’ve Loved Before bercerita tentang Lara Jean, gadis romantis dan humoris yang tak pernah berani menyatakan cinta. Setiap menyukai seorang cowok, gadis itu hanya berani mengaguminya dengan menulis surat cinta yang berisi curahan hati dan menyimpan surat-surat itu di dalam amplop warna-warni lalu ia masukkan ke kotak topi pemberian almarhum ibunya. Ketika menulis, Lara Jean bisa mengatakan semua hal yang tidak akan pernah ia katakan dalam kehidupan nyata, karena surat-suratnya hanya untuk ia baca sendiri.
Bagaimana jika surat-surat yang pernah kamu tulis—surat cinta, tepatnya—tanpa pernah berniat untuk mengirimkannya, tiba-tiba terkirim? Coba tanyakan pada Lara Jean, seorang remaja SMA yang hobi menulis surat cinta setiap kali ada cowok yang membuatnya tertarik, tetapi tidak pernah berniat mengirim surat-surat tersebut kepada ‘sang target’. Suatu hari, tiba-tiba saja surat-surat tersebut lenyap. Kemudian satu persatu kejutan menghampirinya.
Kehidupan Lara Jean yang tadinya hanya seorang imajiner berubah menjadi tak terkendali. Peter, cowok populer di sekolahnya—yang pernah ‘mencuri’ ciuman pertamanya—datang dengan surat di tangannya. Surat yang pernah ditulis Lara Jean. Lalu Josh Sanderson, tetangga sekaligus sahabatnya—dan sahabat keluarganya—juga mendapat kiriman surat yang ia tulis.
Total suratnya ada lima. Dan Lara Jean tidak tahu siapa yang mengirim kertas-kertas itu!
Di antara kelima penerima surat tersebut, Peter dan Josh yang paling membuat ia bingung. Hubungannya dengan Josh yang awalnya baik-baik saja, jadi terasa canggung. Mendadak kehidupan Lara Jean jadi rumit. Dia harus berpura-pura pacaran dengan salah satu cowok paling populer di sekolah, berhadapan dengan mantan pacar Peter, menjadi penanggung jawab rumah menggantikan Margot yang melanjutkan kuliah di Skandinavia, serta meyakinkan hatinya sendiri tentang siapa yang sebenarnya ia cintai sekarang.
“Ibuku selalu bilang bahwa optimisme adalah kelebihanku. Baik Chris maupun Margot bilang bahwa sikapku itu menjengkelkan, tapi aku membalasnya dengan mengatakan bahwa melihat sisi baik dari kehidupan tidak pernah merugikan siapa pun.” (Lara Jean, Halaman 91)
Review Novel To All the Boys I’ve Loved Before
To All the Boys I’ve Loved Before memiliki kesan pertama yang ringan dan menyenangkan. Novel ini akan membawamu kembali ke masa-masa SMA bersama dengan tokoh Lara Jean. Tidak hanya membawa isu romansa cinta remaja, menariknya ada banyak hal yang diangkat oleh Jenny Han melalui novel ini.
Tentang keluarga, misalnya. Tentang Ibu yang meninggalkan mereka, tentang Margot, kakak tertua yang juga meninggalkan Lara Jean untuk meneruskan kuliah di Skotlandia, sehingga ia harus berusaha sebaik mungkin untuk menggantikan Margot di rumah dan menjadi kakak yang baik bagi satu saudara perempuannya lagi, Kitty.
Selain keluarga dan persaudaraan, ada juga konflik persahabatan dan dunia sekolah. Di sana, perbuatan mencontek adalah salah satu aib yang memalukan. Melakukan sex dan mabuk pada usia dini justru dianggap lumrah meski tetap saja itu tidak baik.
Seluruh tokoh yang ada memiliki karakter yang kuat. Lara Jean, gadis remaja yang ceria, sedikit ceroboh, lucu, apa adanya, dan dengan caranya sendiri dia unik serta baik hati. Lalu Peter yang populer, Margot yang dewasa, Kitty yang keras kepala tapi sebenarnya peduli, Daddy yang berusaha keras menjadi single parent, Josh yang lembut, dan beberapa tokoh pendukung lainnya, membuat keseluruhan cerita menjadi sangat menarik.
Di kisah romansanya, Lara Jean akan bersinggungan dengan Peter–lelaki sopan, kaya, ganteng, atlet sekolah, dan pernah disukai Lara Jean. Segala tindakan Peter kepada Lara Jean mungkin akan membuatmu senyum-senyum heran, karena cowok ini seperti memiliki dua kepribadian, kadang bisa sangat manis dan kadang bisa sangat menyebalkan.
Karakter Lara Jean sangat unik dan menarik, seperti yang dikatakan Peter. Ia menyukai benda vintage dan lebih suka memendam perasaannya. Ia mengutamakan kebahagiaan Margot di atas kebahagiaannya. Terkadang Lara Jean menjadi kakak yang menyebalkan bagi Kitty, tetapi lebih sering menunjukkan rasa sayangnya secara tidak langsung. Ia pacar yang ‘unik’ bagi Peter.
Sementara Peter Kavinsky digambarkan sebagai cowok brengsek dan bukan anak baik oleh Josh dan teman-teman lainnya. Lara Jean setuju dengan itu, tetapi menjadi ‘pacar’ Peter memberi sudut pandang baru untuknya. Sayangnya, bagi Lara Jean, Peter hanya pacar bohongan, sebab mungkin cinta Peter sejak dulu sampai sekarang hanya milik mantan pacarnya. Ingin merasakan lebih dalam lagi dari novel To All the Boys I’ve Loved Before?
Penutup
Jenny Han sangat mumpuni untuk mengaduk-aduk emosi pembaca. Novel ini akan membuatmu tertawa, senyum-senyum sendiri dan galau di saat yang bersamaan karena larut dalam cerita. Tokoh Lara Jean beserta hiruk-pikuk hidup percintaannya dengan Peter dan Josh serta lika-liku kisah keluarganya benar-benar patut diacungi jempol.
Sepanjang cerita juga terdapat narasi tentang menu makan siang, makan malam, atau cemilan yang dimakan keluarga Lara Jean atau Peter. Mulai dari menu western hingga Korea. Kerennya, terdapat catatan kaki di bagian bawah halaman buku tentang deskripsi makanan yang dimaksud. Novel ini sekaligus membuatmu belajar mengenal berbagai jenis makanan.
Novel ini kaya akan pesan, bukan sekadar buku yang membuat hepi tapi kosong isi. Meski begitu, terdapat adegan kiss dan pembahasan tentang seks sebelum pernikahan sehingga lebih cocok untuk dibaca oleh kalangan dewasa.
Melalui novel ini, Jenny Han ingin membawa pembacanya mengingat-ngingat kenangan masa lalu akan cinta pertama dan membuat mereka belajar tentang arti keluarga, persaudaraan juga persahabatan melalui novel ini. Jadi jika kamu masih ragu untuk membaca, seperti kata Jenny Han dalam bukunya, “Why not take a chance and bet on happiness?”.
Kamu bisa dapatkan novel To All the Boys I’ve Loved Before di toko gramedia terdekat atau di gramedia.com. Yuk, ikut Lara Jean menyelesaikan satu per satu surat cintanya yang terungkap dan beli novelnya sekarang juga di gramedia.com.
Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.
Penulis: Ananda Aprilia
Referensi:
- Han, Jenny. 2017. To All the Boys I’ve Loved Before. Ponorogo: Spring.
- https://www.tribunsumbar.com/jenny-han-penulis-to-all-the-boys-terkenal-amerika.
- Review Buku 21 Pelajaran untuk Abad 21
- Review Buku A Slow Fire Burning
- Review Buku Alien Karya Lee Chanhyuk
- Review Buku Artemis Fowl
- Review Buku Boundary Boss: Berani Tentukan Batasan
- Review Buku Crying In H Mart
- Review Buku Dari Priyayi sampai Nyi Blorong
- Review Buku Esther Bunny Karya Esther Kim
- Review Buku Finding Ikigai in My Journey
- Review Buku How To Win An Argument
- Review Buku Jangan diklik #1: Rahasia Ayu
- Review Buku Jangan Diklik #2: Ketika Sukma Terjaga
- Review Buku Kambing Hitam Teori Rene Girard
- Review Buku Kisah dari Halaman Belakang
- Review Buku Kuasa Uang
- Review Buku Life Without Limits: Tanpa Lengan Dan Tungkai
- Review Buku Memory For Forgetfulness
- Review Buku Merakit Kapal
- Review Buku N Or M
- Review Buku Nusantara Karya Bernard H. M. Vlekke
- Review Buku Our Violet Ends
- Review Buku Para Perawan (The Maidens)
- Review Buku Perbaiki Diri, Perbarui Hati
- Review Buku Practical Step To Think And Grow Rich
- Review Buku Saga Dari Samudra Karya
- Review Buku Saha Mansion
- Review Buku Sepasang Sepatu Tua
- Review Buku Seribu Wajah Ayah
- Review Buku Stargirl
- Review Buku Ten Years Challenge
- Review Buku Tetap Waras Di Tengah Orang Toksik
- Review Buku The Circle Blueprint
- Review Buku The Devil All The Time
- Review Buku These Violent Delight
- Review Buku Verity
- Review Buku We Hunt The Flame
- Review Buku Wizard Bakery
- Review Komik Jujutsu Kaisen
- Review Novel Atharrazka
- Review Novel Buku Besar Peminum Kopi
- Review Novel Book Shamer
- Review Novel Catur Karya Blueantlawarm
- Review Novel Fahrenheit 451 Mass Market
- Review Novel Hijab for Sisters 4
- Review Novel Jiva: Kala Kehidupan Misteri Menyapa
- Review Novel Keep Up with Us
- Review Novel Moby Dick
- Review Novel Parijs van Java
- Review Novel Pemetik Bintang
- Review Novel Puisi Mbeling
- Review Novel Punching the Air
- Review Novel Second Chance
- Review Novel The Book of Two Ways
- Review Novel Tokyo dan Perayaan Kesedihan
- Review Novel To All the Boys I’ve Loved Before
- Review Novel To The Bone
- Review You, Ketika Cinta Tidak Pernah Terucap