Agama Islam

Pengertian Adzan dan Sejarah Perintah Adzan Umat Islam

Perintah Adzan Umat Islam
Written by Yufi Cantika

Perintah Adzan Umat Islam – Di dalam Al-Quran, terdapat kata adzan (أذن) di dalam berbagai macam bentuknya, diulang sebanyak 9 kali. Dari adanya pengulangan tersebut sejumlah 9 kali, selain memiliki arti izin, telinga, menyakiti, perintah, dan juga berarti panggilan.

Namun khusus untuk kata berikut أذن – يؤذن مؤذن yang artinya panggilan, hanya disebut satu kali yaitu di dalam Surat Yusuf (12): 70. Akan tetapi, sasaran panggilan yang ada di dalam ayat tersebut tidak berkaitan dengan pelaksanaan shalat, namun menceritakan kisah Nabi Yusuf bersama dengan saudara-saudaranya.

Pengertian Adzan dan Artinya

Sebagai salah satu padanan dari kata adzan (أذن), kata نادى di dalam berbagai macam bentuknya terulang sebanyak 53 kali di dalam Al-Quran. Dari pengulangan 53 kali tersebut, adzan selain memiliki arti panggilan ataupun seruan, kata tersebut juga berarti permohonan ataupun doa.

Apabila kata tersebut ditujukan untuk manusia, maka memiliki arti sebagai panggilan atau seruan. Sementara bila kata tersebut ditujukan untuk Tuhan, maka dapat diartikan sebagai permohonan atau doa.

Dalam hubunganya dengan seruan atau panggilan untuk shalat, Al-Quran tidak menggunakan kata adzan namun menggunakan kata ناديتم (QS al-Maidah 5: 58) dan نودي (QS al-Jumu’ah 62: 9). Kata yang pertama berkaitan dengan perilaku orang-orang Yahudi yang mana mereka mengejek kaum muslim ketika sedang buru-buru pergi ke masjid saat adzan dikumandangkan. Sementara kata yang disebutkan kedua yaitu berkaitan dengan adzan yang dikumandangkan di Hari Jumat sebagai salah satu tanda bahwa semua kegiatan harus dihentikan.

Adzan memiliki arti pemberitahuan, yaitu kata seruan ataupun panggilan yang ditujukan untuk pemberitahuan akan masuk waktu shalat wajib atau fardhu. Orang yang mengumandangkan adzan disebut dengan muadzin.

Sementara kata iqamah dari segi bahasa artinya mendirikan, yaitu kata-kata yang digunakan sebagai salah satu tanda bahwa shalat fardhu akan dimulai. Untuk shalat sunnah tidak disunnahkan untuk menggunakan adzan ataupun iqamah, kecuali shalat sunnah yang disunnahkan untuk berjamaah.

Seperti halnya shalat tarawih, shalat ied, dan lain sebagainya. Adzan dan juga iqamah hukumnya adalah sunnah muakkad untuk shalat fardhu, baik itu dilakukan secara berjamaah ataupun sendiri. Pelaksanaannya disunahkan dengan suara yang lantang, berdiri menghadap kiblat.

Jika dilihat dari segi bahasa, adzan memiliki arti yaitu pengumuman, pemakluman, dan pemberitahuan. Sebagaimana yang telah ada di dalam Al-Quran surat Al-Kariem, yaitu:

وَأَذَانٌ مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الأَكْبَرِ أَنَّ اللّهَ بَرِيءٌ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولُهُ فَإِن تُبْتُمْ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَإِن تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُواْ أَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِي اللّهِ وَبَشِّرِ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ) التوبة:٣

Artinya: Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa sesungguhnya Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka bertaubat itu lebih baik bagimu ; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka  akan mendapat) siksa yang pedih (QS. At-Taubah: 3)

Tak hanya itu saja, adzan juga berarti panggilan atau seruan. Makna yang satu ini dipakai saat Nabi Ibrahim AS diperintahkan untuk memberitahukan kepada umat manusia untuk melakukan ibadah haji:

وَأَذِّن فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالاً وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ) الحج: ٢٧

Artinya: Dan panggillah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. (QS. Al-Hajj: 27).

Jika dilihat secara syariat, pengertian adzan yaitu perkataan tertentu yang berfungsi untuk memberitahukan masuknya waktu shalat fardhu. Di dalam kitab Nailul Authar disebutkan bahwa pengertian adzan adalah pengumuman atas waktu shalat dengan lafadz tertentu.

Sejarah Perintah Adzan Umat Islam

Perintah Adzan Umat Islam

unsplash.com

Kata seorang sahabat yang bernama Abdullah bin Zaid, Nabi Muhammad SAW memiliki keinginan untuk mencari cara dalam memberitahukan waktu shalat, akan tetapi beliau belum juga menemukan cara tersebut. Pada masa-masa awal di Madinah, umat Islam berkumpul di dalam sebuah masjid untuk menunggu datangnya waktu shalat.

Akan tetapi, saat waktu shalat sudah tiba, tidak ada seorangpun yang memberitahukannya. Mereka akan langsung shalat saja, tanpa adanya penanda bahwa waktu shalat telah tiba. Seakan-akan semua orang sama-sama tahu.

Seiring dengan berjalannya waktu dan Islam sudah mulai berkembang, banyak sahabat Nabi yang tinggalnya jauh dari masjid. Bahkan sebagian lainnya mempunyai kesibukan yang bertambah sampai membuat mereka tidak dapat menunggu waktu shalat di masjid.

Oleh karena itu, beberapa sahabat memberikan usul kepada Nabi Muhammad SAW supaya membuat tanda shalat. Sehingga mereka yang tinggal jauh dari masjid ataupun yang mempunyai kesibukan dapat menjalankan shalat dengan tepat.

Para sahabat Nabi mempunyai usulan yang beragam terkait tanda masuknya waktu shalat. Ada yang memberikan usul supaya menggunakan lonceng seperti orang Nasrani. Namun ada juga yang memberikan saran untuk menggunakan terompet seperti orang Yahudi.

Di sisi lain juga ada yang memberikan usul untuk menyalakan kembang api di tempat yang tinggi. Sehingga umat muslim yang rumahnya jauh dari masjid bisa melihat tanda tersebut.

Semua usul tersebut akhirnya ditolak. Saat kondisi umat Islam buntu dan tidak menemukan solusi pada saat itu, dikutip dari Sirah Nabawi (Ibnu Hisyam, 2018), ada seorang sahabat yang bernama Abdullah bin Zaid menghadap Rasulullah SAW. Ia bercerita tentang dirinya yang baru saja bermimpi melihat seruan adzan di malam sebelumnya. Di dalam mimpi tersebut, dirinya didatangi oleh seseorang yang menggunakan jubah hijau dan sedang membawa loceng.

Awalnya, Abdullah bin Zaid berniat untuk membeli lonceng yang dibawa oleh seseorang berjubah hijau itu. Dimana beliau ingin menggunakan lonceng tersebut untuk memanggil orang-orang untuk melaksanakan shalat. Akan tetapi, orang tersebut justru menyarankan kepada Abdullah bin Zaid untuk mengucapkan serangkaian kalimat yang digunakan sebagai tanda waktu shalat telah tiba.

Serangkaian kalimat adzan yang dimaksud yaitu Allahu Akbar Allahu Akbar, Asyhadu alla ilaha illallah, Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah, Hayya ‘alash sholah hayya ‘alash sholah, Hayya ‘alal falah hayya ‘alal falah, Allahu Akbar Allahu Akbar, dan La ilaha illallah.

Rasulullah SAW lalu meminta kepada Abdullah untuk mengajari Bilal bin Rabah tentang bagaimana cara melafalkan kalimat tersebut. Ketika Bilal bin Rabah mengumandangkan adzan, Umar bin Khattab yang sedang berada di rumahnya mendengar lantunan adzan tersebut. Ia pun bergegas untuk menghadap Nabi Muhammad SAW dan menceritakan bahwasannya dirinya juga bermimpi mengenai hal serupa dengan Abdullah bin Zaid. Yaitu adzan sebagai penanda masuknya waktu shalat.

Di dalam suatu riwayat, Nabi Muhammad SAW disebutkan sudah memperoleh wahyu mengenai adzan. Oleh sebab itu, beliau membenarkan apa yang diucapkan oleh Abdullah bin Zaid itu. Sejak saat itu, adzan sudah resmi menjadi penanda waktu shalat. Adapun menurut pendapat yang lebih shahih adzan pertama kali disyariatkan di Kota Madina di tahun pertama Hijriyah.

Bilal bin Rabah adalah muadzin pertama di dalam Islam. Terdapat empat alasan mengapa Bilal bin Rabah dipilih Nabi Muhammad menjadi muadzin. Yang pertama yaitu karena beliau memiliki suara yang bagus dan lantang, bisa menghayati kalimat adzan yang dikumandangkan, berdisiplin tinggi, dan berani.

Sejak saat itu, Bilal terus mengumandangkan adzan. Saat Nabi Muhammad SAW wafat, beliau tidak bersedia lagi untuk menjadi seorang muadzin. Alasannya yaitu, air matanya pasti akan menetes ketika sampai pada kalimat ‘Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah’.

Sehingga membuatnya tidak bisa lagi melanjutkan kalimat selanjutnya. Akan tetapi, ketika Khalifah Umar bin Khattab tiba di Yerusalem, Bilal diminta untuk mengumandangkan adzan lagi. Akhirnya, Ia menyanggupi permintaan tersebut.

Adapun menurut Syekh Abdullah As-Syarqawi, Nabi Muhammad SAW pernah mengumandangkan adzan satu kali. Yaitu saat beliau dalam sebuah perjalanan. Saat sampai pada syahadat kedua, Nabi Muhammad SAW mengumandangkan ‘Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah’. Sementara riwayat lain menyebutkan bahwa Nabi Muhammad mengucapkan ‘Asyhadu anni Rasulullah’.

5 Hal yang Harus Dilakukan Umat Islam Saat Mendengar Adzan

Perintah Adzan Umat Islam

unsplash.com

Selain menjadi tanda waktu masuknya shalat, adzan juga menjadi panggilan dari Allah SWT pada hamba-Nya untuk melaksanakan perintah-Nya dengan menjalankan shalat lima waktu. Umat Islam akan mendengar kumandang adzan lima kali sehari semalam.

Saat mendengar suara adzan, umat Islam diperintahkan untuk memprioritaskan adab yang baik. Kumandang adzan sendiri harus digunakan sebagai alarm untuk umat Islam untuk lebih memperhatikan amalan baik yang harus dilaksanakan saat mendengarkannya.

Adzan sendiri adalah panggilan shalat yang akan selalu dikumandangkan sebanyak lima kali dalam sehari. Islam mengajarkan beberapa adab dalam setiap perbuatan, termasuk juga saat mendengar kumandang adzan. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus dilakukan saat mendengar kumandang adzan, antara lain:

1. Mendengarkan dengan Penuh Perhatian

Hal pertama yang harus dilakukan saat adzan berkumandang adalah mendengarkan dengan penuh perhatian. Sunnah menganjurkan saat adzan dikumandangkan, orang-orang khususnya umat Islam harus mendengarkannya dengan penuh perhatian dan mengulangi setiap kalimat tanpa perlu menggunakan suara. Ucapkan kalimat adzan sesaat setelah muadzin melafalkannya.

Namun saat muadzin mengatakan “Hayya ‘ala-Salah” (datanglah untuk sholat) dan “Hayya ‘alal-falah” (sampai pada kesuksesan) orang yang mendengarkan harus mengatakan: “La hawla wa la quwwata illa billah” (Tidak ada kekuatan atau kekuatan kecuali dengan Allah).

Nabi Muhammad pernah bersabda:

“Ketika mendengar suara adzan, ulangi apa yang dikatakan Muadzin.” (Imam Malik – Al Muwatta)

2. Memohon Berkat untuk Nabi SAW

Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Ketika Anda mendengar Muadzin menyerukan doa, ulangi kata-katanya lalu minta berkah Allah atas saya, karena orang yang meminta berkah Allah pada saya satu kali akan dihargai sepuluh berkah oleh Allah.” (Muslim, Kitab Doa, Hadis 384)

Teks shalawat yang diriwayatkan adalah:

“Allahumma salli ala Muhammadin wa ali Muhammad, kama sholaita ala Ibrahim wa ala ali Ibrahim innaka Hamidun Majid. Allahumma Barik ala Muhammadin wa aali Muhammadin kama barakta ala Ibrahim wa ala aali Ibrahima innaka Hameedun Majeed.”

Artinya:

“Ya Tuhan, berikan kebaikanmu pada Muhammad dan keluarga Muhammad karena Engkau telah melimpahkan kebaikan kepada Ibrahim dan pada keluarga Ibrahim, Engkau Terpuji, Maha Mulia. Ya Allah, berkatilah Muhammad dan keluarga Muhammad seperti Engkau telah memberkati Ibrahim dan keluarga Ibrahim, Kamu Terpuji, Maha Mulia.” (Al- Bukhari , Kitab Kisah Nabi, Hadis 3370)

3. Berdoa

Berikut ini adalah doa yang dianjurkan untuk kita baca setelah mendengarkan suara adzan:

“Allahumma rabba hash-d-kyawati-t-tammati wa-s-Salati-l-qa’imati, dan Muhammadanil-wasilata wal-fai’ati (wa-d-Darajata-r-rafi’ati) wa Bath-hammam tidak diperlukan untuk janji (kita bersama dengan mi’ad layuhliful).”

Artinya:

“Ya Allah, Tuhan dari panggilan yang paling sempurna ini, dan tentang Doa yang akan segera didirikan, berikan kepada Muhammad nikmat dari kedekatan (kepada Anda) dan keunggulan dan tempat perbedaan, dan meninggikan dia ke posisi kemuliaan yang Anda telah berjanji padanya.”

Doa yang satu ini mempunyai variasi, di antaranya ‘wa-d-darajat-r-rafiati’ dan ‘innaka la tukhliful mi’ad’. Kemudian penambahan “innaka la tukhliful mi’ad”. Di dalam permohonan tersebut diriwayatkan oleh Imam Baihaqi di dalam Sunannya dan kemudian diterima untuk tindakan oleh para ulama sebagaimana telah disebutkan oleh Ibn Abidin dalam Radd al-Muhtar, yang mengutip Shdadbulali’s Imdad al-Fattah dan Fath al-Qadir dari Ibn al-Humam.

Diceritakan oleh Jabir bin Abdullah, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Siapa pun yang setelah mendengarkan adzan mengatakan (doa diberikan di atas) maka syafaat bagi saya akan diizinkan baginya pada Hari Kebangkitan.” (Sahih Bukhari – Buku 11: 588)

Abdullah bin `Amr bin Al-`Ash meriwayatkan, saya pernah mendengar Rasulullah SAW mengatakan:

“Ketika Anda mendengar adzan, ulangi apa yang dikatakan Muadzin. Kemudian mintalah kepada Allah untuk meninggikan penyebutan saya karena setiap orang yang melakukannya akan menerima imbalan sepuluh imbalan dari Allah. Kemudian memohon kepada Allah untuk memberikan saya Al-Wasilah (yang disebutkan dalam doa di atas), yang merupakan peringkat tinggi dalam Jannah, cocok untuk hanya satu dari budak Allah; dan saya berharap bahwa saya akan menjadi pria itu. Jika ada yang meminta Al-Wasilah untuk saya, menjadi kewajiban saya untuk menjadi perantara baginya.” (Sahih Muslim)

4. Menjawab Ucapan Adzan

“Wa ana ‘asyhadu’ an laa ‘ilaaha’ illallaahu wahdahu laa shareeka lahu wa ‘anna Muhammadan’ abduhu wa Rasuluhu, rodhiitu billaahi Rabban, wa bi-Muhammadin Rasulan wabil islaamidina”

Artinya:

“Dan saya juga bersaksi bahwa tidak ada dewa yang berhak disembah selain Allah, Yang tidak memiliki pasangan, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Saya senang dengan Allah sebagai Tuhanku, dengan Muhammad (damai) padanya) sebagai Utusan saya dan dengan Islam sebagai agama saya.”

“…Untuk dibaca dalam bahasa Arab setelah Tasyahud Mu’aththar atau kata-kata peneguhan Iman.” (Muslim, Kitab Doa, Hadits 386)

5. Berdoa di antara Adzan dan Iqamah

Pada akhirnya, kita bisa meminta kepada Allah SWT apa saja untuk diri kita sendiri dan meminta rahmat serta hidayah-Nya, sebab permohonan kita akan dijawab. Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Ulangi kata-kata Muadzin dan ketika Anda selesai, tanyakan kepada Allah apa yang Anda inginkan dan Anda akan mendapatkannya” (Abu Dawud, Kitab Doa, Hadis 524)

“Kitab As shalat” Dawud : Buku 2: Hadits 521) diriwayatkan Anas bin Malik:

“Permohonan yang dibuat antara adzan dan iqamah tidak ditolak”

Dari penjelasan diatas, berikut adalah beberapa ringkasan apa yang harus kita lakukan setelah mendengar adzan:

  1. Harus fokus mendengarkan adzan
  2. Ulangi apa saja yang dikatakan oleh muadzin kecuali untuk hayya alas-shalah dan hayya-ala-falah. Alih-alih katakan la hawla wala quwwata illa billah .
  3. Setelah selesai adzan, kirimkan shalawat untuk Nabi Muhammad SAW
  4. Lalu ucapkan doa wasilah
  5. Berdoa diantara adzan dan iqamah

Rekomendasi Buku Terkait Adzan

1. The Power of Adzan

Perintah Adzan Umat Islam

2. Kupas Tuntas Adzan dan Iqamat

Perintah Adzan Umat Islam

3. Detik-Detik Jelang Adzan Maghrib

Perintah Adzan Umat Islam

Demikuian ulasan mengenai perintah adzan umat Islam yang perlu Grameds ketahui. Kamu bisa mendapatkan buku-buku terkait adzan di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas Gramedia selalu memberikan produk-produk terbaik agar kamu memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

Penulis: Siti Badriyah

BACA JUGA:

  1. Bacaan Adzan Subuh, Arab, Latin Beserta Artinya
  2. Beragam Hikmah Sholat dan Akibat Jika Meninggalkan Sholat
  3. Doa Setelah Adzan, Arti, dan Keutamaannya
  4. Kumpulan Doa Sehari-Hari untuk Memudahkan Aktivitas 
  5. 13 Rukun Shalat Sesuai Tuntunan Rasulullah
  6. Rekomendasi Buku Tuntunan Shalat: Agar Ibadah Makin Khusyu

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika