Agama Islam

Amalan-Amalan Sunah Idulfitri yang Perlu Diketahui

Amalan Sunah Idulfitri
Written by Yufi Cantika

Amalan-Amalan Sunah Idulfitri yang Perlu Diketahui – Idulfitri atau dikenal dengan lebaran di Indonesia adalah hari raya umat Islam yang jatuh tanggal 1 Syawal dalam penanggalan Hijriah. Dikarenakan penentuan 1 Syawal yang berdasarkan peredaran bulan tersebut, Idulfitri jatuh pada tanggal yang berbeda-beda setiap tahunnya apabila dilihat dari penanggalan Masehi. Cara menentukan 1 Syawal juga bervariasi, sehingga boleh jadi ada sebagian umat Islam yang merayakannya pada tanggal Masehi yang berbeda-beda.

Umat Islam di Indonesia menjadikan Idulfitri sebagai hari raya utama, momen untuk berkumpul kembali bersama keluarga. Sejak dua pekan sebelum Idulfitri, umat Islam di Indonesia mulai sibuk memikirkan perayaan hari raya ini, yang paling utama adalah mudik atau pulang kampung, sehingga pemerintah pun memfasilitasi dengan memperbaiki jalan-jalan yang dilalui.

Idulfitri di Indonesia diperingati sebagai hari libur nasional, yang diperingati oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, yang memang mayoritas muslim. Biasanya, penetapan Idulfitri ditentukan oleh pemerintah. Namun, beberapa ormas Islam menetapkannya berbeda. Idulfitri di Indonesia disebut dengan lebaran.

Sebagian besar masyarakat pulang kampung (mudik) untuk merayakannya bersama keluarga. Selama perayaan tersebut, berbagai hidangan disajikan. Hidangan yang paling populer dalam perayaan Idulfitri di Indonesia adalah ketupat, yang memang sangat akrab di Indonesia dan Malaysia.

Bagi anak-anak, biasanya para orang tua memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada mereka. Selama perayaan, biasanya masyarakat berkunjung ke rumah-rumah tetangga atau saudaranya untuk bersilaturahmi, yang dikenal dengan “halalbihalal”, memohon maaf dan ampunan kepada mereka. Beberapa pejabat negara biasanya juga mengadakan gelar griya bagi masyarakat yang ingin bersilaturahmi.

Idulfitri merupakan peristiwa penting dan hari besar Islam yang penuh berkah dan kegembiraan. Salat Idulfitri pun menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perayaan Idulfitri itu sendiri. Oleh karena itu, pelaksanaan salat ini dihadiri oleh semua orang muslim, baik tua, muda, dewasa, anak-anak, laki-laki, dan perempuan, bahkan perempuan yang sedang haid juga diperintahkan oleh Rasulullah Saw supaya hadir. Hanya saja, mereka tidak ikut salat dan tidak masuk ke dalam saf salat, tetapi ikut mendengarkan pesan-pesan Idulfitri yang disampaikan oleh khatib.

Diriwayatkan dari Ummu ‘Athiyah al-Anshariyah dia berkata, “Rasulullah Saw memerintahkan kami untuk menyertakan gadis remaja, wanita yang sedang haid, dan wanita pingitan. Adapun wanita yang sedang haid supaya tidak memasuki lapangan tempat salat, tetapi menyaksikan kebaikan hari raya dan dakwah yang disampaikan khatib bersama kaum muslimin” (H.R. Ahmad).

Terdapat sejumlah amalan sunah yang bisa dilakukan oleh kaum muslim yang berkaitan dengan pelaksanaan salat Idulfitri. Syukron Maksum dalam bukunya berjudul Panduan Lengkap Ibadah Muslimah (2012) menerangkan jika ada beberapa sunah saat melakukan salat Idulfitri.

Sunah tersebut di antaranya, yakni mandi, berpakaian yang terbaik, makan sebelum salat, bertakbir, dan melalui jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang. Berikut pemaparan amalan sunah saat salat Idulfitri.

1. Mandi dan Berhias Memakai Pakaian Bagus

Orang yang menghadiri salat Idulfitri, baik laki-laki maupun perempuan dianjurkan agar berpenampilan rapi, yaitu berhias, memakai pakaian bagus (tidak harus mahal, yang penting rapi dan bersih), dan wangi-wangian sewajarnya.

Diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad dari ayahnya dari kakeknya, “Rasulullah Saw selalu memakai wol atau burda bercorak buatan Yaman pada setiap salat Idulfitri” (H.R. Asy-Syafi’i dalam kitabnya Musnad asy-Syafi’i).

Diriwayatkan pula dari Zaid bin al-Hasan bin Ali dari ayahnya dia mengatakan, “Kami diperintahkan oleh Rasulullah Saw pada dua hari raya (Idulfitri dan Iduladha) untuk memakai pakaian kami terbaik yang ada, memakai wangi-wangian terbaik yang ada, menyembelih binatang kurban tergemuk yang ada (sapi untuk tujuh orang dan unta untuk sepuluh orang), dan supaya kami menampakkan keagungan Allah SWT, ketenangan, dan kekhidmatan” (H.R. Al-Hakim dalam kitabnya al-Mustadrak, IV: 256).

2. Makan Sebelum Salat Idulfitri

Diriwayatkan dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya, yaitu Buraidah bin al-Husaib, dia berkata, “Rasulullah Saw pada hari Idulfitri tidak keluar sebelum makan, dan pada hari Iduladha tidak makan hingga selesai salat” (H.R. At-Tirmizi).

Esensi dianjurkan makan sebelum berangkat salat Idulfitri adalah agar tidak disangka hari tersebut masih hari berpuasa, sedangkan untuk shalat Iduladha dianjurkan untuk tidak makan terlebih dahulu adalah agar daging kurban bisa segera disembelih dan dinikmati setelah salat Iduladha.

Ternyata, anjuran ini bukan tanpa alasan. Terdapat makna makan terlebih dahulu sebelum sholat Idulfitri yang perlu kalian ketahui. Mengonsumsi makanan sebelum melaksanakan salat Idulfitri pun juga dilakukan oleh Rasulullah Saw. Dia menyempatkan waktu untuk makan buah kurma terlebih dahulu sebelum pergi melaksanakan salat Idulfitri pada pagi hari.

Perlu diketahui, bahwa sebelumnya makan sebelum salat Idulfitri dilarang pada masa awal agama Islam berkembang. Rasulullah Saw kemudian menganjurkan makan sebelum salat Idulfitri agar dapat diikuti oleh umatnya. Lalu, apa makna makan terlebih dahulu sebelum sholat Idulfitri seperti yang disunahkan oleh Rasulullah SAW?

Dilansir dari NU Online, berikut kami merangkum penjelasan mengenai makna makan terlebih dahulu sebelum salat Idulfitri yang perlu kalian ketahui.

Makna makan terlebih dahulu sebelum salat Idulfitri dijelaskan dalam sebuah hadis yang ditulis oleh Imam Jalaludin A-Suyuthi dalam kitab Al-Jami’us Shaghir, bahwa Rasulullah Saw memiliki kebiasaan makan buah kurma sebelum salat Idulfitri, bahkan dikatakan bahwa dirinya tidak pergi melaksanakan salat Idulfitri sampai memakan buah kurma terlebih dahulu.

Adalah Rasulullah Saw tidak pergi untuk melakukan salat Idulfitri sampai beliau memakan tujuh buah kurma”.

Makna makan terlebih dahulu sebelum salat Idulfitri yang dijelaskan dalam hadis tersebut adalah salah satu cara Rasulullah Saw memberikan pemahaman bahwa mengonsumsi makanan sebelum salat Idulfitri itu diperbolehkan. Sunah ini bahkan dilakukan dengan tujuan untuk menghapus keharaman berbuka sebelum dilakukan salat Idulfitri, yaitu ketika masa awal Isla.

Dengan anjuran ini, umat muslim dapat meneladani ajaran Rasulullah Saw bahwa tidak ada aturan yang melarang makan sebelum salat Idulfitri. Selain itu, umat muslim dianjurkan untuk mengonsumsi makanan sebelum salat Idulfitri dimulai.

Dalam hal ini, buah kurma dipilih karena buah ini dinilai mempunyai kandungan rasa manis yang dapat menguatkan pandangan setelah sebelumnya dilemahkan oleh puasa selama satu bulan. Selain itu, buah kurma juga dinilai dapat melembutkan hati.

Meskipun begitu, tidak ada keharusan konsumsi buah kurma sebelum melaksanakan salat Idulfitri. Jika tidak mudah mendapatkan buah kurma, kalian bisa menggantinya dengan mengonsumsi makanan manis lainnya.

Jika sebelum keluar rumah belum sempat mengonsumsi makanan untuk berbuka, diperbolehkan melakukannya ketika dalam perjalanan atau telah sampai di tempat salat ketika kondisi memungkinkan. Jika tidak makan, mengonsumsi minuman juga dihitung sama dengan makan.

3. Membayar Zakat

Zakat di dalam Islam merupakan salah satu rukun Islam yang hukumnya wajib untuk dilaksanakan. Banyak sekali kegunaan zakat bagi orang-orang yang membutuhkan. Kewajiban membayar zakat ini dijelaskan dalam hadis yang memiliki arti sebagai berikut ini.

Rasulullah Saw memerintahkan zakat fitrah kepada orang-orang di bulan Ramadan kepada manusia satu sha’ dari tamar (dua setengah kilo beras) atas orang-orang yang merdeka atau hamba laki-laki atau perempuan” (Al -Hadis).

4. Berjalan Kaki ke Tempat Salat

Jika tempat salatnya tidak terlalu jauh, disunahkan untuk berjalan kaki menuju musala, masjid, atau tanah lapang tempat diselenggarakannya salat Idulfitri. Hal ini sejalan dengan pernyataan Ali bin Abi Thalib, dia berkata, “Termasuk sunah Rasulullah Saw adalah keluar menuju tempat salat Idulfitri dengan berjalan kaki” (H.R. Tirmidzi).

5. Berangkat dan Pulang Melewati Jalan yang Berbeda

Diriwayatkan dari Muhammad bin Ubaidillah bin Abi Rafi’ dari ayahnya dari kakeknya, “Rasulullah Saw mendatangi salat Idulfitri dengan berjalan kaki dan beliau pulang melalui jalan lain dari yang dilaluinya ketika pergi” (H.R. Ibnu Majah).

Salah satu hikmah yang menyebabkan Rasulullah Saw membedakan antara jalan pergi dan pulang adalah agar banyak bagian bumi yang menjadi saksi bagi kita ketika beramal.

“Jalan yang kita tempuh berbeda, sehingga bekas yang timbul dari pejalanan kita tidak terekam di satu titik, tetapi terekam juga di tempat yang berbeda”.

6. Mengumandangkan Takbir

Mengumandang takbir atau takbiran pada hari raya Idulfitri adalah sesuatu yang disyariatkan oleh agama. Ada dua pendapat dari ulama mengenai waktu dimulainya takbiran, yaitu dimulai sejak malam setelah magrib satu hari sebelum salat Idulfitri dan saat pagi hari ketika menuju salat Idulfitri.

Berbeda halnya dengan Iduladha, kumandang takbir juga digemakan saat hari tasrik hingga 13 Dzulhijah. Pada Idulfitri, tidak ada lagi takbir setelah salat selesai dilakukan.

Muhammadiyah sendiri dalam situs resminya menjelaskan jika lafaz takbir Idulfitri yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw adalah sebagai berikut.

a. Lafaz takbir Idulfitri seperti disandarkan kepada Ibn Mas’ud, ‘Umar ibn al-Khattab, dan ‘Ali ibn Abi Thalib, di antaranya adalah sebagai berikut:

اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ.

“Allahu akbar allahu akbar, la ilaha illallah wallahu akbar alllahu akbar walillahil hamd”.

Artinya: “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tiada Tuhan melainkan Allah dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dan bagi Allah-lah segala puji”.

Ucapan Allahu Akbar dalam takbir salat Idulfitri dalam redaksi hadis di atas jelas hanya diucapkan dua kali, tidak tiga kali.

b. Lafaz takbir Idulfitri sesuai hadis riwayat Abdur Razaq dari Salman dengan sanad yang sahih, yang mengatakan sebagai berikut:

كَبِّرُوْا، اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا

Artinya: “Bertakbirlah: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Sungguh Maha Besar” (lihat Ash-Shan’aniy, Subul as-Salam, Juz II: 76)

كَبِّرُوْا، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا

Artinya: “Bertakbirlah: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Sungguh Maha Besar” (lihat Al-Baihaqi, Sunan al-Kubra, Juz III: 316).

Sementara itu, ada pula bacaan takbir yang lebih panjang lagi. Berikut lafaz lengkapnya.

اللّه أكْبَرُ كَبيراً، والحَمْدُ لِلَّهِ كَثيراً، وَسُبْحانَ اللَّهِ بُكْرَةً وأصِيلاً، لا إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَلا نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدينَ وَلَوْ كَرِهَ الكافِرُون، لا إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَهَزَمَ الأحْزَابَ وَحْدَهُ، لا إِلهَ إِلاَّ اللّه واللَّهُ أكْبَرُ

“Allahu akbar kabira, wal hamdulillahi katsira, wa subhanallahi bukrataw wa ashila, la ilaha illallah, wa la na’budu iyyahu mukhlisina lahud din, wa law karihal kafirun, la ilaha illlallah wahdah, shadaqa wa’dah, wa nashara ‘abdah, wa hazamal ahzab wahdah, la ilaha illallah wallahu akbar”.

Namun demikian, Muhammadiyah berpendapat jika belum menemukan dasar atau dalil yang secara jelas menuntunkan bertakbir hari raya dengan lafaz demikian.

7. Mendatangi Keramaian

Salah satu cara menyemarakkan Idulfitri adalah dengan mendatangi keramaian dan bergembira bersama sesama muslim. Diceritakan bahwa suatu waktu Rasulullah Saw menemani Aisyah mendatangi sebuah pertunjukan atraksi tombak dan perisai. Saking senangnya, Aisyah sampai menjengukkan kepalanya di atas bahu Rasulullah Saw hingga dia selesai menyaksikan pertunjukan tersebut dengan puas.

8. Saling Mengucapkan Selamat

Termasuk sunah yang baik yang bisa dilakukan pada hari Idulfitri adalah saling mengucapkan selamat. Selamat di sini baiknya dalam bentuk doa seperti dengan ucapan “taqabbalallahu minna wa minkum” (semoga Allah SWT menerima amalan kami dan kalian). Ucapan seperti itu sudah dikenal pada masa salaf dahulu.

فعن جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ قَالَ : كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اِلْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك

Dari Jubair bin Nufair, dia berkata bahwa jika para sahabat Rasulullah Saw berjumpa dengan hari ‘ied (Idulfitri atau Iduladha, pen), satu sama lain saling mengucapkan, “Taqabbalallahu minna wa minka (Semoga Allah SWT menerima amalku dan amal kalian)”. Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadis ini hasan (Fath Al-Bari, 2: 446).

Imam Ahmad rahimahullah berkata sebagai berikut.

وَلَا بَأْسَ أَنْ يَقُولَ الرَّجُل لِلرَّجُلِ يَوْمَ الْعِيدِ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك

“Tidak mengapa (artinya: boleh-boleh saja) satu sama lain pada hari raya Idulfitri mengucapkan: Taqobbalallahu minna wa minka” (Al-Mughni, 2: 250).

Namun, ucapan selamat pada hari raya sebenarnya tidak diberi aturan ketat di dalam syariat Islam. Ucapan apa pun yang diutarakan selama maknanya tidak keliru asalnya bisa dipakai. Contoh ucapan lain pada hari raya Idulfitri:

  • Ied mubarak, semoga menjadi ‘ied yang penuh berkah.
  • Minal ‘aidin wal faizin, semoga kembali dan meraih kemenangan.
  • Kullu ‘aamin wa antum bi khair, semoga di sepanjang tahun terus berada dalam kebaikan.
  • Selamat Idul Fitri 1437 H.

Sugeng Riyadi 1437 H (selamat hari raya) dalam bahasa Jawa.Ucapan selamat di atas biasa diucapkan oleh para salaf setelah salat Idullfitri. Namun, jika diucapkan sebelum salat Idulfitri pun tidaklah bermasalah (lihat bahasan Fatwa Islam Web 187457).

9. Silaturahmi

Setelah melaksanakan salat, Rasulullah Saw mendatangi tempat keramaian dan mengunjungi rumah sahabat. Ya, tradisi silaturahmi saling mengunjungi saat hari raya Idulfitri sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw. Ketika Idulfitri tiba, Rasulullah Saw mengunjungi rumah para sahabatnya. Begitu pun para sahabatnya. Pada kesempatan ini, Rasulullah Saw dan sahabatnya saling mendoakan kebaikan satu sama lain.

Nah, itulah penjelasan singkat mengenai amalan sunah Idulfitri. Makna hari raya Idulfitri hendaknya memiliki sifat positif, seperti menjalin silahturahmi sebagai sarana membebaskan diri dari dosa. Hari raya Idulfitri juga menjadi momentum untuk menyempurnakan hubungan vertikal dengan Allah SWT dan secara horizontal membangun hubungan sosial yang baik dengan sesama.

Berikut ini rekomendasi buku dari Gramedia yang bisa Grameds baca untuk mempelajari tentang hukum Islam agar bisa memaknainya secara penuh. Selamat membaca.

Temukan hal menarik lainnya di www.gramedia.com. Gramedia sebagai #SahabatTanpaBatas akan selalu menampilkan artikel menarik dan rekomendasi buku-buku terbaik untuk para Grameds.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

BACA JUGA:

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika