Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas: Kisah Ajo Kawir dan “Burung” yang Tertidur
Gaung dari novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan sepertinya sedang meroket tinggi. Ini dikarenakan oleh adaptasi filmnya yang terbilang sukses di pasar internasional.
Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas berhasil menarik perhatian penonton di kompetisi internasional dalam Festival Film Internasional Locarno 2021. Tidak hanya itu saja, film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas juga berhasil mendapatkan penghargaan Golden Leopard dalam ajang yang sama.
Film ini diputar sebanyak empat kali dalam Festival Film Internasional Locarno dan mendapatkan tanggapan yang positif dari para penikmat dan kritikus film.
Tidak mengherankan memang jika film yang diangkat dari novel Eka Kurniawan ini berhasil meledak di pasar internasional, karena memang Eka selalu berhasil menghasilkan karya sastra yang berani dan berbeda dari kebanyakan penulis Indonesia.
Eka sendiri terlibat langsung sebagai penulis naskah dalam film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas yang disutradarai oleh Edwin ini. Film ini mampu memperlihatkan gambaran akan keadaan masyarakat Indonesia pada tahun 80-90an.
Realita yang ditunjukkan dalam Seperti Dendam, Rindu Harusnya Dibayar Tuntas mampu menyindir keadaan orang-orang kelas menengah ke bawah yang kerap mendapatkan perlakuan yang tidak adil. Kerasnya hidup bagi orang-orang kelas menengah ke bawah ditambah bumbu humor yang sarkastik semakin menegaskan kemampuan Eka dalam meramu sebuah plot cerita.
Jika mendengar karya sastra sendiri, banyak pembaca yang akan langsung merasakan suatu topik yang berat dan sulit untuk dicerna. Nyatanya tidak selalu demikian, sekarang ini banyak sekali nama penulis dan karya sastra yang mulai digandrungi oleh anak muda.
Dan salah satunya adalah Eka Kurniawan. Sebuah karya sastra tidak hanya berisikan sebuah narasi, tapi juga ada berbagai macam unsur yang turut membangunnya, seperti kebudayaan, sejarah, hingga kritik sosial.
Sastra tidak hanya akan menghibur, tapi ada makna dan pesan yang akan membentuk perspektif baru pembacanya menjadi jauh lebih terbuka terhadap perbedaan.
Karya sastra sendiri pada dasarnya merupakan bentuk atau cerminan dari sebuah nilai-nilai masyarakat yang tentunya tidak terlihat memperjuangkan nilai-nilai tertentu.
Maka dari itu sebuah karya sastra tidak akan bisa dijauhkan dari sosial-budaya dan kehidupan masyarakat. Karya sastra biasanya ditulis bukan hanya untuk dinikmati pembaca, tapi di dalamnya juga terdapat gagasan, kritik, pengalaman, dan pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca agar dapat menjadi cerminan atau refleksi diri terhadap kehidupan di tengah masyarakat.
Lingkungan dan zaman juga menjadi hal yang tidak kalah penting dalam membangun sebuah karya sastra yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat itu sendiri.
Imajinasi dari pengarang sendiri menjadi kekuatan dalam setiap karya sastra yang dihasilkan. Perpaduan antara imajinasi, budaya, dan kehidupan masyarakat mampu menciptakan sebuah cerita yang tidak hanya menghibur, tapi juga dapat menunjukkan cerminan dari efek-efek sosial yang terjadi di tengah masyarakat.
Bisa dikatakan sebuah karya sastra tercipta tidak hanya untuk media hiburan semata, tapi ada pesan, makna, dan tujuan yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca.
Sekarang ini, menikmati sebuah karya sastra tidak hanya untuk beberapa karangan saja. Sastra kini bisa dinikmati oleh siapapun, karena pembahasannya mulai dilirik dan diminati oleh banyak kalangan, khususnya anak muda. Menikmati sastra tidak melulu harus paham atau mengerti akan isu sosial, tapi cukup dengan menikmati dan mempelajari apa yang terkandung di dalamnya, sudah dapat memunculkan kenikmatan dalam membaca karya sastra. Eka Kurniawan menjadi salah satu penulis karya sastra yang digandrungi oleh pembaca, tak hanya di Indonesia, tapi juga seluruh di luar negeri.
Table of Contents
Profil Penulis Eka Kurniawan
Eka Kurniawan lahir di Tasikmalaya pada tanggal 28 November 1975. Lulusan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada ini mempunyai segudang prestasi yang membanggakan dalam bidang sastra.
Eka Kurniawan mengawali kariernya di dunia sastra sejak tahun 1999 setelah skripsinya yang berjudul Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis diterbitkan oleh Yayasan Aksara Indonesia. Karya fiksi pertama dari seorang Eka Kurniawan adalah sebuah kumpulan cerita pendek yang berjudul Corat-coret di Toilet.
Sedangkan karya pertama Eka Kurniawan yang berhasil mendunia adalah novel Cantik Itu Luka yang pertama kali terbit tahun 2002. Novel Cantik Itu Luka pun sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang di tahun 2006 dan bahasa Inggris di tahun 2015.
Tidak sampai disitu, novel kedua Eka Kurniawan yang berjudul Lelaki Harimau yang terbit di tahun 2004 berhasil masuk dalam Long List The Man Booker International Prize 2016. Bahkan novel Lelaki Harimau sendiri telah diterjemahkan ke dalam lima bahasa.
Karya-karya Eka Kurniawan sendiri banyak terinspirasi dan terpengaruh dari penulis-penulis sastra lainnya, seperti Pramoedya Ananta Toer, Gabriel Garcia Marquez, dan Fyodor Dostoyevsky.
Novel Cantik Itu Luka bisa dibilang menjadi karya Eka Kurniawan yang paling fenomenal, karena telah diterjemahkan ke dalam 34 bahasa asing. Nama Eka Kurniawan yang semakin melambung juga membuat beberapa media di luar negeri tertarik untuk membahas sosok Eka Kurniawan.
Beberapa media tersebut diantaranya adalah The Economist, The Strait Time, The Sun, dan masih banyak lagi. Karya-karya dari Eka Kurniawan juga tidak luput untuk dibahas oleh media asing dan karyanya yang paling banyak dibahas adalah Cantik Itu Luka atau dalam bahasa Inggris berjudul Beauty is Wound yang pernah diulas oleh kritikus dari New York Times.
Kini menjelang perilisan film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, nama Eka Kurniawan kembali banyak dibicarakan. Kualitas tulisan Eka Kurniawan yang tidak perlu diragukan lagi, menjadi daya tarik yang menarik untuk dinikmati pembaca.
Karya sastra yang dihasilkan oleh Eka Kurniawan selalu mampu menghipnotis setiap pembaca dengan tema-tema yang unik dan menarik. Namun, sayangnya, masih banyak orang-orang awam yang tidak memahami konteks dari tulisan Eka Kurniawan.
Akhir-akhir ini bahkan nama Eka Kurniawan sempat viral di media sosial twitter, karena ada satu orang yang mengutip isi dari salah satu novelnya, Cantik Itu Luka. Gaya bercerita Eka yang berani, vulgar, dan blak-blakan mungkin masih kurang dapat diterima jika pembaca malas untuk mengerti konteks dari isi novel tersebut.
Sinopsis Novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas bercerita tentang seorang anak muda bernama Ajo Kawir yang digambarkan sebagai pemuda yang bermasalah, nakal, dan biang onar.
Suatu ketika bersama sahabatnya Si Tokek, Ajo Kawir mengintip sebuah tragedi pemerkosaan yang dilakukan oleh dua orang polisi terhadap seorang perempuan sakit jiwa.
Mereka mengintip kejadian tersebut melalui lubang dari jendela dan nahasnya perbuatan mereka ketahuan saat salah satu di antara mereka terpeleset jatuh. Si Tokek sendiri berhasil kabur, sedangkan Ajo Kawir sialnya dibekuk oleh kedua polisi tersebut.
Tak mampu melawan, Ajo Kawir langsung diseret ke dalam gubuk tempat berlangsungnya perbuatan bejat kedua polisi tersebut. Ajo Kawir dipaksa untuk menyaksikan pemerkosaan tersebut, bahkan sampai diajak untuk turut serta dengan moncong pistol diarahkan ke kepala Ajo Kawir.
Ajo Kawir merasa bingung dan kalut dihadapkan pada situasi yang mendesak dan menekannya. Akibat terlalu panik dan takut, “burung” miliki Ajo Kawir sampai tidak berkutik melihat hal yang ada di hadapannya.
Mengetahui kondisi tersebut, kedua polisi itu langsung meledek dan menghina Ajo Kawir sebagai laki-laki yang lemah dan tak berguna. Pada akhirnya, Ajo Kawir pun dibebaskan dan dibiarkan untuk pergi oleh kedua polisi itu.
Semenjak kejadian itu, kini “burung” milik Ajo Kawir tidak bisa bangun kembali dan memilih untuk tidur dengan nyenyak. Ajo Kawir berhasil dibuat trauma dengan “burung” yang sudah tidak berguna lagi.
Berbagai cara sudah Ajo Kawir lakukan agar membuat “burung” miliknya bangkit dan sadar kembali. Mulai dari cara yang nikmat hingga menyakitkan sudah Ajo Kawir coba untuk membangunkan “burung” miliknya.
Namun, sang “burung” tetap tidak bergeming dan memilih diam. Berita perihal “burung” Ajo Kawir sudah menyebar ke mana-mana dan Ajo Kawir kini menjadi bahan olok-olokan dan candaan.
Di lubuk hatinya yang paling dalam, Ajo Kawir masih memiliki keyakinan jika suatu hari nanti “burung” miliknya dapat berfungsi kembali. Ajo Kawir memilih untuk melampiaskan rasa frustrasinya dengan cara berkelahi dan membuat masalah.
Bersama sahabatnya, Si Tokek, Ajo Kawir kerap menghajar siapapun tanpa kenal rasa takut. Nama Ajo Kawir pun terkenal sebagai biang onar yang ditakuti semua orang, tanpa mereka tahu ada “burung” yang tertidur lelap di dalam dirinya.
Singkat cerita, Ajo Kawir bertemu dengan seorang gadis bernama Iteung dan mereka berdua pada akhirnya saling jatuh cinta. Mereka pun berpacaran dan Iteung ingin Ajo Kawir segera untuk menikahinya.
Namun, Ajo Kawir sendiri merasa bingung dan ragu akan permintaan Iteung tersebut, mengingat kondisi “burung” miliknya yang telah lama tertidur. Seiring berjalannya waktu, Iteung pun tahu akan kondisi yang dialami oleh Ajo Kawir dan tetap ingin menikah dengannya.
Iteung sendiri memiliki memori yang buruk karena pernah menjadi korban pelecehan seksual. Kehidupan pernikahan yang dijalani oleh Ajo Kawir dan Iteung nyatanya tidak mudah.
Tak lama setelah mereka menikah, Iteung hamil. Anak yang ada dalam kandungan Iteung sudah dipastikan bukan anak Ajo Kawir. Berawal dari sanaĀ Ajo Kawir melampiaskan banyak balas dendam dalam kehidupannya. Bahkan Ajo Kawir sempat merasakan kerasnya dunia di dalam jeruji besi akibat ulahnya tersebut.
Setelah bebas dari dalam penjara, Ajo Kawir mulai belajar untuk menerima kehidupannya dengan “burung” yang telah lama tertidur. Ajo Kawir mulai belajar untuk bersabar dan tidak lagi terlibat dalam perkelahian yang menghancurkan hidupnya.
Ajo Kawir mulai mencoba untuk berdamai dengan dirinya sendiri. Kini, ia sudah bisa menerima kondisi “burung” miliknya yang memang mungkin ditakdirkan untuk tidur selama-lamanya.
Ajo Kawir memilih untuk menjadi seorang supir truk lintas Jawa-Sumatera sebagai jalan untuk meninggalkan kehidupan lamanya yang kelam. Dalam perjalanannya sebagai seorang supir truk, Ajo Kawir kerap berkomunikasi dengan “burung” miliknya yang mengajarkan tentang cara hidup dengan tentram dan damai.
Kelebihan Novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
Bagi pembaca dewasa yang suka dengan gaya bertutur atau bercerita yang frontal dan vulgar, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas akan cocok untuk dibaca. Eka dengan berani dan blak-blakan menulis segala sesuatunya dengan vulgar.
Penggambaran tokoh dan peristiwa yang ditulis oleh Eka terbilang sangat berani, sehingga novel ini akan jauh lebih baik untuk dibaca oleh pembaca berusia 21 tahun ke atas. Eka juga mampu menyampaikan makna secara tersirat, sehingga pembaca diajak untuk menebak dan menafsirkan pesan yang ada di dalamnya.
Alur yang dibentuk oleh Eka bisa disebut menyenangkan, karena penggunaan kata-kata kasar dan vulgar di dalamnya justru akan membuat pembaca terhibur dan tertawa terbahak-bahak.
Ceritanya pun tergolong tidak membuat bosan, karena Eka dengan jeli dapat memberikan sensasi yang berbeda untuk pembaca dalam menikmati karyanya yang satu ini.
Pemilihan kata yang dipilih Eka sekali lagi mampu menjadi senjata yang membuat novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas menjadi bahan bacaan yang unik dan berbeda.
Eka seakan mampu menunjukkan tentang eksistensi paling dalam akan keberadaan seorang manusia lewat gaya berceritanya yang ceplas-ceplos dan blak-blakan.
Selain gaya bahasanya yang berbeda dan menarik, isu sosial yang disematkan Eka dalam jalan ceritanya juga menjadi daya pikat yang akan menghipnotis pembaca.
Isu atau permasalahan masyarakat kelas menegaskan ke bawah yang dibicarakan di sini mungkin terlihat sedikit absurd, tapi bukan tidak mungkin bisa terjadi di kehidupan nyata.
Walaupun gaya bahasanya ceplas-ceplos, tapi tidak terkesan asal-asalan. Malah Eka bisa mengutarakan kisah Ajo Kawir secara jujur dan apa adanya. Setiap bagian ceritanya disampaikan dengan singkat, lugas, dan tidak bertele-tele.
Tidak ada sama sekali kesan menjijikkan dalam jalinan ceritanya, meskipun menggunakan gaya bahasa yang vulgar. Sebaliknya, Eka menghadirkan cerita yang dapat dinikmati dengan bobot yang mampu membuat pembaca kagum karenanya.
Kekurangan Novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
Secara keseluruhan novel ini adalah sebuah paket lengkap dalam sebuah cerita fiksi. Namun, karena gaya bahasanya yang ceplas-ceplos, blak-blakan, kasar, dan vulgar, mungkin novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas tidak akan bisa dinikmati oleh semua kalangan pembaca.
Novel ini akan jauh lebih bijak untuk pembaca dewasa yang mampu berpikiran terbuka. Cerita vulgar dan apa adanya yang disajikan Eka dalam novel ini, tidak diperuntukkan untuk semua kalangan pembaca, dibutuhkan kedewasaan dan pikiran terbuka agar dapat menikmati semua unsur yang ada dalam novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas.
Pesan Moral Novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
Pesan dan makna yang terkandung dalam novel Seperti Rindu, Dendam Harus Dibayar Tuntas dapat ditafsirkan secara berbeda-beda oleh setiap pembaca. Di sini ada tokoh Ajo Kawir yang pada akhirnya harus berdamai dengan keadaan.
Disaat frustasi di tengah berbagai masalah, kekerasan bukanlah menjadi jawaban yang pasti. Kekerasan dan emosi justru malah menjerumuskan Ajo Kawir pada perasaan yang tidak pasti dan tidak menentu.
Pada akhirnya bukan kedamaian serta ketentraman yang ia dapatkan, tapi rasa resah dan gelisah yang justru menghantuinya.
Bagi kalian yang ingin membaca dan memiliki novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan ini bisa kalian dapatkan di Gramedia.com.
- Cara Belanja Buku di Gramedia Online
- Novel Fantasi
- Novel Best Seller
- Novel Romantis
- Novel Fiksi
- Novel Non Fiksi
- Cara Berlanggan Koran Suara Merdeka
- Review Novel Pendidikan
- Novel Agatha Christie
- Rekomendasi Cerita Dongeng Sebelum Tidur Terbaru
- Rekomendasi Novel Sedih Terbaru
- Rekomendasi Light Novel
- Rekomendasi Novel Romantis Cinta
- Rekomendasi Novel Metropop
- Rekomendasi Novel Terbaik
- Rekomendasi Novel Horor
- Rekomendasi Novel Remaja Terbaik
- Rekomendasi Novel Fantasi
- Rekomendasi Novel Fiksi
- Rekomendasi Novel Dewasa
- Rekomendasi Novel Tere Liye Terbaik
- Rekomendasi Novel Pernikahan
- Rekomendasi Novel Romantis Korea
- Rekomendasi Novel Romantis Islami
- Rekomendasi Novel Sejarah
- Urutan Novel Percy Jackson
- Genre Novel
- Rekomendasi Buku Self Improvement
- Rekomendasi Buku Tentang Insecure
- Rekomendasi Buku Motivasi
- Rekomendasi Buku Pengembangan Diri dan Motivasi
- Aplikasi Membaca Novel Gratis
- Fakta One Piece
- Resensi Novel Mariposa
- Resensi Novel Perahu Kertas
- Resensi Novel Laut Bercerita
- Resensi Novel Resepsi
- Resensi Novel Septihan
- Resensi Novel Dikta dan Hukum
- Resensi Novel Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
- Resensi Novel Antares
- Resensi Novel Sang Alkemis
- Resensi Novel Hujan Tere Liye
- Resensi Buku Rich Dad Poor Dad
- Review Buku Keajaiban Toko Kelontong Namiya
- Resensi Novel Almond
- Review Novel Fish In The Water
- Review Novel The Good Samaritan