in

Review Buku Merawat Luka Batin: Menata Hati dari Perspektif Berbeda

Merawat Luka Batin – Sebagai manusia kita mungkin pernah terluka, perasaan sakit yang tak terlihat namun membekas untuk waktu yang lama. Boleh jadi luka itu karena ditolak kerja, tuntutan orang tua, atau yang paling sering adalah patah hati karena putus dengan pasangan.

Setiap luka-luka yang kita terima bisa dari pandangan orang, sikap, tutur kata atau mungkin ekspektasi diri sendiri. Yang kemudian membuat kita berpikir bahwa mungkin luka ini tidak dapat disembuhkan. Hal itu juga sering kali memicu diri untuk merasa ingin menyerah atau membenci diri sendiri.

Sama halnya dengan luka fisik ketika tergores atau jatuh dan berdarah, luka dihati juga bisa semakin parah apabila tidak kita obati. Lantas untuk mengobatinya, apa yang kita butuhkan?

Jika sebuah luka fisik membutuhkan obat-obatan dari rekomendasi ahli medis, maka obat untuk luka hati kita adalah diri kita sendiri. Tapi bagaimana jadinya jika diri sendiri, sering kehilangan kendali dan justru memikirkan hal-hal negatif terus menerus?

Merawat Luka Batin

Buku Merawat Luka Batin ini merupakan buku yang bertujuan untuk membantu kita supaya bisa merawat luka-luka tadi, dan kemudian menyembuhkannya sendiri. Tapi sebelum itu, kita perlu mengenali luka itu sendiri seperti apa yang disampaikan dr. Jiemi Ardian dalam bukunya ini.

Berawal dari kepeduliannya terhadap isu kesehatan mental yang semakin meluap masif dimana-mana ini, membuat dirinya ingin membuat sebuah media baca yang dapat membantu kita semua. Tujuannya, supaya kita bisa mengenali dan merawat luka itu sendiri, atau mungkin melakukan pencegahan sehingga tidak meniggalkan luka yang hanya menyakiti diri.

Dengan mengedukasi pembaca untuk membentuk sebuah pola pikir yang sehat, harapanya buku Merawat Luka Batin ini bisa menjadi sedikit penolong bagi mereka yang kita semua. Baik mereka yang memiliki depresi serta untuk para ‘malaikat’ yang membantu mereka menangani depresi.

Buku yang dirilis pada 24 Mei 2022 ini sontak melejitkan nama sang penulis, karena isi dari bukunya yang relevan dan menerima banyak respon positif. Sebagai sebuah buku yang baru dipublikasi awal tahun ini, Merawat Luka Batin bahkan menjadi buku dengan rating cukup tinggi di Goodreads.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Profil Penulis Buku Merawat Luka Batin

Merawat Luka Batin merupakan sebuah buku self improvement profesional yang ditulis oleh dr. Jiemi Ardian, Sp.K.J. Penulis yang merupakan psikiater profesional ini telah menangani bidang kesehatan jiwa untuk waktu yang lama.

Maka tidak heran jika semua teori yang ada dalam buku Merawat Luka Batin ini disuguhkan dengan cerdas dan rapi. Alumni Universitas Sebelas Maret ini, bekerja di Rumah Sakit Siloam di Bogor. Dirinya mengaku bahwa sangat tertarik dengan isu mental health yang semakin banyak muncul pada beberapa tahun terakhir ini.

Terutama ketika pandemi berlangsung, rasanya ada semakin banyak orang yang menyadari bahwa isu kesehatan mental menjadi semakin rawan dialami oleh masyarakat saat ini. Sebagai spesialis kesehatan jiwa dr. Jiemi seringkali menemukan banyak kasus dari pasien-pasiennya yang memiliki kecenderungan masalah yang serupa.

Tentang bagaimana sebuah depresi mampu diawali hanya dari sedikit luka batin. Sehingga hal tersebut pun menjadi konsentrasi dr. Jiemi untuk fokus membuat tulisan tentang luka batin itu sendiri.

Penulis buku Merawat Luka Batin ini juga masih terus menggalangkan terapinya sebagai bentuk penyembuhan dari depresi, yakni Cognitive Behavioral Therapy serta Dialectical Behaviour Therapy. Dr. Jiemi Ardian juga sering mengisi kelas yang fokus dalam pembahasan Mindfulness.

Tentang Buku Merawat Luka Batin

Merawat Luka Batin

Merawat Luka Batin adalah sebuah media baca yang tujuannya untuk mengajak kita paham dan aware bahwa luka bisa menggiring kita mengalami depresi dan stres, yang dalam kadar paling parah bisa membuat kita menyalahkan diri, menyakiti diri dan bunuh diri.

Dengan menawarkan tulisan yang ramah dibaca, penulis menyajikan banyak definisi, pembahasan mengenai depresi dan luka itu sendiri untuk membentuk pola pikir yang sehat. Sehingga buku ini merupakan bacaan yang memaparkan kenyataan di depan wajah kita, tentang cara membentuk pola pikir yang tepat supaya kita tidak terus melukai diri sendiri.

Apabila kamu mengira buku ini akan memelukmu hangat dan seolah berbisik “tak apa, kamu baik-baik saja”, maka salah besar. dr.Jiemi Ardian ingin mengajak kita terbuka dan paham tentang apa sebenarnya yang bisa kita lakukan.

Dalam bukunya, Merawat Luka Batin penulis menyodorkan hal yang penting untuk kita perhatikan saat sedang terluka, supaya bisa menyikapinya dengan bijak. Tahapan supaya seseorang bisa merawat luka mereka sendiri adalah bagaimana kita mampu mengenali luka tersebut, dan kemudian menyembuhkannya.

Mengenali Luka Batin

Layaknya saat kita jatuh terluka secara fisik, untuk bisa memilih cara pengobatannya kita harus bisa mengenalnya. Apakah luka itu adalah luka goresan yang dalam, atau luka memar. Supaya bisa memilih obat yang tepat.

Begitu pula luka batin, kita perlu tahu dengan cara mengenali luka itu sendiri. Meskipun sulit saat kamu sedang terluka, dan sibuk menangis karena sakit. Maka dari itu, penting untuk membentuk pola pikir yang benar, sehingga ketika luapan emosi muncul bertubi-tubi, kamu masih bisa berpikir dengan jernih.

a. Luka

Sebenarnya penyebab luka batin itu sangat multifactor, yang mana ada begitu banyak kemungkinan yang mendorong timbulnya luka tersebut. Mulai dari diri sendiri hingga orang lain, serta dalam banyak situasi dan kondisi yang juga beragam.

Tapi setidaknya, secara garis besar ada luka-luka yang paling familiar dan sering terjadi di sebagian besar orang. Misalnya luka yang timbul karena penolakan, baik dari hubungan cinta, penolakan kerja, penolakan dari teman dan lingkungan. Bisa juga sesederhana harapan yang patah karena tidak bisa memiliki benda yang diinginkan. Tentu, hal sesederhana itu saja bisa menciptakan luka yang cukup dalam bagi sebagian orang.

b. Self loathing

Kehadiran luka pada hati kita ini, menyebabkan munculnya emosi-emosi negatif yang berdampingan dengan pikiran yang tidak kalah negatifnya. Dari sana, munculah pernyataan-pernyataan yang membuat kita semakin rendah diri karena adanya self loathing.

Berawal dari sebuah penolakan, bisa menggiring seseorang berpikir negatif yang berujung membenci diri mereka sendiri. ‘Mengapa hidupku terasa tidak berguna?’, ‘Sepertinya cuma aku yang mengalami ini’, ‘Apakah ada orang yang mau berteman dengan aku?’, ‘Aku memang ga pantes sih bersama mereka’.

Pemikiran negatif tersebut, hanya akan semakin membuat kita menyalahkan diri dan merendah, hingga timbulnya kebencian. Mempertanyakan keberadaan diri yang terasa tidak ada artinya. Sampai bahkan melakukan tindakan self-harm.

c. Depresi

Pada kadar emosi negatif yang lebih tinggi, akan mendorong seseorang menjadi stres dan depresi berkepanjangan. Jika hal tersebut terjadi maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami masalah kesehatan mental yang serius. Maka akan lebih baik dengan meminta bantuan pihak ketiga seperti psikiater.

Dalam tahap depresi, seseorang tidak akan tenang karen isi kepalanya dipenuhi dengan pikiran yang buruk tentang diri sendiri maupun orang lain. Selain itu, orang yang mengalami depresi kadang merasa lebih baik menyerah dan mengakhiri hidupnya.

Dalam buku Merawat Luka Batin, dr. Jiemi Ardian juga memberikan pemaparan yang sangat jelas supaya kita bisa membedakan apa itu emosi dan yang mana perasaan. Sehingga kita bisa menelaah dan mengklasifikasikan pemikiran ketika depresi semakin berat dan mulai muncul pemikiran yang negatif.

Apa yang Menyebabkan Luka?

Merawat Luka Batin

Setelah bisa memahami luka yang ada dalam hati, maka setidaknya kita bisa menganalisa penyebab awal mengapa itu semu muncul. Meskipun sulit, karena kondisi hati sedang tidak baik-baik saja. Namun bukan berarti luka tidak dapat disembuhkan.

Secara garis besar, yang paling sering menyebabkan luka dalam hati itu adalah kebiasan-kebiasaan kita yang jarang kita sadari.

a. Trauma

Salah satu alasan yang paling sering menyebabkan luka batin yang dalam yakni karena adanya peristiwa yang menyakitkan atau trauma. Tentu, perstiwa tidak menyenangkan merupakan sebuah situasi yang terlalu menyakitkan hingga dapat meninggalkan trauma.

Contohnya seperti peristiwa insiden besar, perceraian, kehilangan seseorang, mengalami pelecehan seksual, dan juga kekerasan. Peristiwa menyakitkan tersebut biasanya membuat seseorang cenderung menghindari dan membenci segala sesuatu yang mengingatkan pada peristiwa tersebut.

Selain itu, hal ini juga bisa membuat kita sering menyalahkan diri sendiri dan menimbulkan kebencian yang semakin dalam.

b. Ekspektasi yang Tinggi

Berharap akan sesuatu adalah salah satu kebiasaan yang sering tidak kita sadari hanya membuat kita semakin sakit hati apabila tidak terjadi sesuai yang kita harapkan. Ibarat sedang menonton film, selama kita memiliki ekspektasi yang tinggi akan semakin besar kekecewaan kita apabila film tersebut tidak bisa memenuhi harapan.

Begitu juga dengan kehidupan sehari-hari. Semakin sering kita menaruh harapan yang tinggi akan sesuatu, akan semakin mudah kita dikecewakan ketika ada hal-hal yang tidak terjadi sesuai rencana dan ekspektasi kita sendiri.

Padahal, kita sadar bahwa tidak semua hal dapat kita kendalikan. Sehingga kecil kemungkinan ekspektasi kita akan terpenuhi. Seiring banyaknya kekecewaan yang didapat dari berbagai hal, akan memicu timbulnya luka di hati kita.

c. Sifat perfeksionis

Tidak hanya pengenalan mengenai definisi luka itu saja, buku Merawat Luka Batin juga memaparkan alasan mengapa luka itu bisa muncul. Salah satu faktor lainnya adalah karena adanya sifat perfeksionis dalam diri kita.

Sehingga apabila terjadi sesuatu yang tidak kita harapkan, atau belum memenuhi keinginan akan sangat mengganggu kita. Hal ini juga yang dalam tingkat yang lebih tinggi akan mampu mendorong kita menyalahkan diri sendiri.

d. Membandingkan diri

Sifat lain yang paling sering muncul dalam diri kita adalah kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain. Hal ini bisa juga disebabkan kebiasaan orang disekitar kita yang juga kerap membandingkan orang lain.

Sehingga dalam benak kita tertanam pemkiran yang tidak jauh berbeda. Selain itu, kebiasaan membandingkan diri ini juga secara tak sengaja sering muncul saat kita sedang melihat media sosial. Misalnya seperti melihat pencapaian orang lain di linkedin, melihat apa yang di posting di instagram.

Hal sederhana seperti itu, sering kali membuat kita berpikir ‘mengapa aku masih begini-begini saja?’. Akan ada banyak statemen pada diri sendiri, karena merasa dirinya tidak lebih baik dari orang lain. Merasa tertinggal jika dibandigkan orang lain.

Menyembuhkan Luka Batin

Merawat Luka Batin, juga menyampaikan bagaimana cara yang paling baik bisa kita lakukan untuk menyembuhkan perasaan-perasaan negatif, dan menghilangkan luka yang ada di hati. Salah satu caranya adalah dengan mengubah cara kita memandang hal-hal yang ada dan terjadi pada kita.

Kita dapat melakukan healing dengan sendirinya ketika pemikiran kita pun berubah. Misalnya dengan menerima kalau sebagai manusia memang tempatnya salah. Sehingga wajar jika kita melakukan kesalahan, wajar apabila tidak sempurna.

Kita perlu mengubah cara pandang menjadi lebih objektif dan bukan subjektif. Contohnya seperti meskipun mendapat nilai yang tidak sempurna atau benar semua, setidaknya nilai tersebut sudah diatas rata-rata, maka artinya nilai itu bukanlah nilai yang buruk.

Memulai merubah pandangan kita melalui hal-hal paling sederhana lebih dulu, kemudian merubah sudut pandang secara lebih luas dalam menilai diri, menerima kenyataan dan tidak ada lagi rasa sakit atau luka lama yang membekas di hati.

Sudah Tahu Isi Buku Merawat Luka Batin?

Merawat Luka Batin

Dari buku bersampul kuning putih ini, kita belajar lebih mengenal dari dekat seperti apa luka batin itu, bagaimana sebuah depresi bisa terjadi dan bagaimana kita menyikapinya. Sang penulis seolah ingin mengajak kita untuk tangguh dalam menyikapi isu ini.

Bukan dengan kata-kata penuh pelukan hangat, melainkan lebih menjelaskan secara gamblang tentang luka di hati itu sendiri. Agar kita tidak kehilangan kendali atas diri, dan tetap mampu berpikir objektif.

Selain itu, dalam tingkat kasus depresi yang lebih serius lagi mungkin akan lebih baik untuk meminta bantuan orang ketiga yang bisa memberikan pandangan yang lebih objektif. Misalnya seperti tenaga ahli, yang bisa memberikan pandangan mereka akan masalah kita secara profesional.

Suka buku tentang self improvement seperti ini? kamu juga bisa membaca buku dengan tema serupa yang ada di gramedia. Misalnya pembahasan mengenai bagaimana merubah diri menjadi sosok yang cuek, supaya bisa jauh dari hal-hal yang dapat menyebabkan luka batin seperti beberapa buku berikut.

Rekomendasi Buku Terkait

1. Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat

Merawat Luka Batin

Buku karya Mark Manson dengan sampul orangenya ini begitu menarik banyak perhatian penggemar buku non fiksi. Pasalnya, Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat merupakan bacaan ringan yang memotivasi dan sangat relate bagi banyak orang.

Seni untuk bersikap bodo amat mengajak kita untuk cuek, dengan hal-hal yang tidak perlu. Supaya untuk bisa menjalani hidup tenang, kita harus selektif dalam memilih fokus pada hal-hal baik saja yang bisa membangun. Tentu dengan banyaknya contoh, buku ini bisa sangat adiktif untuk dibaca. Penasaran? Dapatkan selengkapnya disini!

2. Filosofi Teras

Sekali lagi, ada banyak pengalaman orang yang mengeluhkan betapa beratnya beban kehidupan orang-orang modern di masa kini. Tidak seperti dulu yang hidup mengalir saja sudah nyaman, seiring berjalannya waktu dan membaiknya teknologi. Rupanya juga menyisakan penat yang tidak jarang membuat stres bahkan depresi.

Bahkan depresi sejak dini pun sudah banyak dialami dan dikeluhkan para pemuda sejak saat ini. Oleh karena itu buku filosofi Teras milik Henry Manampiring ini menjadi sebuah buku yang menjadi media baca tepat bagi anak muda zaman now.

Dengan penyampaiannya yang unik, buku ini memberikan banyak life hacks ala Yunani-Romawi kuno, supaya membentuk mental yang baja. Tertarik membaca buku ini? dapatkan segera!

Membaca ulasan di atas membuat kita menyadari bahwa ada banyak cara untuk kita menjauhkan diri dan menyitas dari depresi serta luka batin itu. Apalagi saat ini ada banyak kemudahan untuk mencari informasi atau bahkan meminta bantuan tenaga ahli.

Sebab, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Selama kita memiliki keinginan untuk menyembuhkan luka, maka waktu juga akan membantu menyembuhkannya.

Jika Grameds ingin mendapatkan buku Merawat Luka Batin dan buku-buku terkait lainnya, kamu bisa mengunjungi Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas Gramedia selalu memberikan produk terbaik agar kamu memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Inka

Written by Ananda