in

Review Buku Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan Karya Haruki Murakami

Buku Men Without Women atau dalam Bahasa Indonesia adalah Lelaki-lelaki Tanpa Perempuan merupakan karya Haruki Murakami, penulis asal Jepang yang namanya sudah dikenal di kancah internasional. Buku Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan pertama kali diterbitkan pada tahun 2014. Sama seperti buku karya Haruki Murakami yang lainnya, buku ini juga telah diterjemahkan ke sejumlah bahasa, termasuk Bahasa Indonesia.

Buku Men Without Women diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia pada bulan April 2022 oleh Kepustakaan Populer Gramedia. buku dengan total 268 halaman ini berisi 7 bab cerita pendek yang berbeda-beda. Melalui buku ini, Haruki Murakami ingin mengajak para pembacanya untuk lebih memahami bagaimana hidup para lelaki yang tidak memiliki wanita di sisinya.

Apakah mungkin kita dapat memahami orang lain sepenuhnya? Seberapa dalam pun kita mencintai orang itu? Melalui buku ini, Haruki Murakami menyelami berbagai selisih dan selip yang mungkin terjadi dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan. Kita dapat bercermin melalui berbagai tokoh dalam buku ini yang beragam usia dan profesinya.

Hal yang unik, para laki-laki dalam kumpulan cerita pendek ini adalah lelaki-lelaki tanpa perempuan yang sebenarnya tak sepenuhnya tanpa perempuan. Hampir semua justru memiliki pasangan atau pacar, bahkan istri. Jadi, siapa dan kenapa mereka disebut sebagai “Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan”?

Profil Haruki Murakami Sang Penulis Buku Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan

Sumber foto: goodreads.com

Haruki Murakami merupakan pria 73 tahun, kelahiran 12 Januari 1949. Haruki Murakami tumbuh dewasa di Kobe, sebelum akhirnya pindah ke Tokyo untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.

Haruki Murakami mengemban pendidikan tinggi di Waseda University. Haruki Murakami merupakan seorang penulis Jepang kontemporer yang sudah dikenal hingga kancah internasional. Haruki Murakami sebagai seorang penulis telah diakui, dengan bukti banyaknya penghargaan yang ia raih di dunia kepenulisan

Beberapa penghargaan tersebut, di antaranya Yomiuri Literary Prize (1995), Kuwabara Takeo Academic Award (1998), Frank O’Connor International Short Story Award (Irlandia, 2006), Franz Kafka Prize (Cekoslovakia, 2006), Asahi Prize (Japan, 2006), dan Kiriyama Prize (2007).

Karya-karya Haruki Murakami, baik itu, buku, esai, maupun cerita pendeknya, berhasil meraih kesuksesan dengan menjadi buku best seller di Jepang dan juga di cakupan internasional. Karya Haruki telah diterjemahkan ke dalam 50 bahasa, dan telah terjual mencapai jutaan kopi di seluruh dunia. Atas karya-karyanya tersebut, Haruki Murakami juga menerima banyak sekali penghargaan. Beberapa penghargaan itu, yakni Gunzou Prize for New Writers, World Fantasy Award, Frank O’Connor International Short Story Award, Penghargaan Franz Kafka, dan Penghargaan Yerusalem.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

buku pertama karya Haruki Murakami berjudul Hear the Wind Sing, yang diterbitkan pada tahun 1979. Diketahui, Haruki menulis buku tersebut setelah usai bekerja sebagai pemilik dari sebuah bar jazz kecil selama tujuh tahun lamanya.

Karya Haruki lainnya yang terkenal, yaitu Norwegian Wood (1987), Kronik Burung Pegas (1994–1995), Kafka on the Shore (2002), 1Q84 (2009-2010), dan Men Without Women (2014). Buku 1Q84 bahkan menduduki peringkat pertama sebagai karya terbaik Jepang era Heisei (1989-2019) menurut surat kabar nasional Asahi.

Karya-karya Haruki Murakami mencakup berbagai genre, seperti fiksi ilmiah, fantasi, dan fiksi kriminal. Karya Haruki Murakami juga dinilai khas dengan penggunaan elemen realis magis. Dalam situs web resmi yang dimilikinya, Haruki Murakami mencantumkan Raymond Chandler, Kurt Vonnegut, dan Richard Brautigan sebagai inspirasi utama dari karya-karyanya.

Selain itu, Haruki Murakami juga telah mengutip Kazuo Ishiguro, Cormac McCarthy, dan Dag Solstad sebagai penulis aktif yang menjadi favoritnya pada saat ini. Selain buku, Haruki Murakami juga menerbitkan karya berupa kumpulan cerita pendek, contohnya yang baru saja diterbitkan pada tahun 2020, yang berjudul First Person Singular.

Karya fiksi Haruki telah mempolarisasi kritikus sastra dan para pembacanya. Ia juga terkadang mendapat kritik dari kemapanan sastra Jepang, sebagai seorang non-Jepang, yang menyebabkan Haruki Murakami dianggap sebagai kambing hitam dalam dunia sastra Jepang.

Sementara itu, Haruki Murakami juga digambarkan sebagai penulis yang sangat luar biasa oleh Gary Fisketjon yang merupakan editor koleksi Murakami the Elephant Vanishes (1993). Steven Poole dari the Guardian juga memuji sosok Haruki Murakami sebagai salah seorang bukuis masyur yang masih hidup, untuk oeuvre dan seluruh pencapaiannya.

Sinopsis Buku Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan

Drive My Car

Kafuku berbincang dengan sang supir barunya ketika dalam perjalanan. Topik pembicaraan mereka sangat tidak biasa, Kafuku menceritakan kisah tentang perselingkuhan yang dilakukan mendiang istrinya. Kafuku, pria yang menjadi tokoh utama dalam kisah ini merupakan aktor ternama. Ia juga tidak habis pikir mengapa sang istri yang semasa hidupnya menjalin hubungan yang harmonis dengannya bisa berselingkuh.

Sang istri selingkuh bukan hanya dengan satu pria saja, melainkan dengan empat pria berbeda. Sampai pada suatu saat, Kafuku berhasil mengajak salah satu selingkuhan istrinya yang juga merupakan seorang aktor untuk bertemu dan berbincang dengannya. Ia melakukan itu dengan harapan dirinya dapat menemukan jawaban atas pertanyaan mengapa sang istri bisa selingkuh. Selain itu, ia juga memiliki sebuah motif balas dendam.

Yesterday

Kitaru adalah tokoh utama kisah ini yang menawarkan pacarnya untuk berpacaran dengan temannya sendiri. Memang sungguh aneh, dan tidak sampai di situ saja keanehannya. Kitaru juga rela mengubah identitasnya, karena ia sangat mencintai Hanshin Tigers, sebuah klub Baseball. Padahal, klub Baseball itu juga bukan berasal dari daerahnya. Kitaru sampai rela mengubah logatnya dari logat Tokyo ke logat Kansai demi klub kecintaannya itu.

An Independent Organ

Tokoh utama kisah ini adalah seorang ahli bedah bernama Dr. Tokai. Dia dapat dibilang sebagai playboy yang tidak biasa. Dr. Tokai berpikir bahwa hubungan tanpa komitmen merupakan pilihan yang paling baik. Namun, takdir membawanya ke arah yang berbeda. Dr. Tokai selama ini tidak pernah memiliki perasaan lebih kepada para wanita yang dikencaninya, tetapi kali ini berbeda. Ia jatuh cinta kepada seorang wanita yang telah memiliki suami dan anak.

Scheherazade

Habara, si tokoh utama dari cerita ini adalah selingkuhan seorang wanita yang sudah memiliki suami. Ia sangat menyukai kebiasaan kekasihnya yang selalu bercerita tentang banyak hal setelah mereka berhubungan intim. Kebiasaan itulah yang membuat Habara sangat merindukan kekasihnya. Itu juga yang membuat kekasihnya itu dijuluki Scheherazade, yakni nama perempuan pendongeng dalam Kisah 1001 Malam.

Kino

Kino merupakan nama sang karakter utama. Ia adalah seorang pria yang memiliki sebuah bar. Kino mendirikan bar itu setelah ia bercerai dengan sang istri. Di bar tersebut, ia menemukan berbagai kejadian surreal, aneh, dan agak mistis. Namun, kejadian-kejadian ini justru membuatnya sadar akan sesuatu. Kino sadar bahwa selama ini dia hidup dalam kehampaan akibat sakit hati.

Samsa In Love

Ini adalah kisah tentang Samsa yang harus belajar menjadi manusia seutuhnya. Samsa bangun dari tidurnya dan menemukan dirinya seperti Gregor Samsa karya Franz Kafka. Namun, ia malah menjadi lelaki yang rapuh. Kisah ini akan menceritakan bagaimana dia belajar berjalan menggunakan dua kaki, belajar menghilangkan rasa lapar, belajar mengatasi rasa kedinginan, sampai kemudian ia merasakan jatuh cinta.

Men Without Women

Karakter “aku” dalam kisah ini teringat dengan pacar semasa SMP-nya dengan cara yang tidak biasa. Tiba-tiba saja, pada suatu malam, suami dari mantan pacarnya itu menelepon dia dan memberi kabar bahwa mantannya itu telah meninggal akibat bunuh diri. “Aku” bingung dan memiliki dua pertanyaan. Mengapa mantannya itu bisa sampai bunuh diri? Dan, mengapa sang suami merasa perlu untuk mengabarinya?

Sebab, mereka berdua saja tidak saling kenal. Lalu, sudah lama juga si karakter utama ini tidak bertemu dengan mantannya. Ditambah lagi, keanehan itu malah membawanya menyusuri masa lalunya. Ia menyelami dalamnya memori, ia menggali lagi memori hubungan antara dia dengan wanita itu. Petualangan yang mereka mulai ketika mereka berusia 14 tahun.

Si karakter utama ini sudah memiliki istri. Namun, ia malah membayangkan jika saja dia yang berada di posisi si suami mantan pacarnya. Ia mulai membayangkan betapa kesepiannya rasanya ditinggalkan oleh perempuan yang menjadi teman hidupnya.

Kelebihan Buku Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan

Karya-karya Haruki Murakami tentu saja bisa membuat para pembacanya kagum. Termasuk juga buku yang menyatukan 7 cerita pendek ini. Cerita-cerita pendek ini mengisahkan kisah keseharian, tetapi dapat menyentuh dan menguras perasaan. Cerita ini sangat khas Haruki Murakami, di mana dapat menimbulkan kesan hampa, tetapi juga perasaan lega.

Para pembaca bahkan menyebut buku Lelaki-lelaki Tanpa Perempuan ini sebagai buku paling sedih yang ditulis oleh Haruki Murakami. Seluruh kisah singkat ini mampu membuat pembaca seolah menyelami kehidupan para lelaki yang malang itu. Pembaca dapat merasakan bagaimana mereka putus asa, hampa, sedih, patah hati, dan kehilangan arah.

Tentunya, karya Haruki Murakami sudah pasti bersifat surreal. Dalam buku ini, kesan surreal ditimbulkan dari berbagai konflik yang aneh dan unik. Tentunya, dari ketujuh cerita pendek ini, Haruki Murakami menyelipkan pesan di baliknya yang dapat menjadi pesan moral yang diambil pembaca.

Haruki Murakami menampilkan realita kehidupan lelaki yang jarang disoroti ini dengan baik. Melalui buku ini, kita dapat mengetahui sisi-sisi hidup lelaki yang ternyata juga sensitif perasaannya. Haruki Murakami mengulas kehidupan laki-laki yang jarang diketahui.

Kekurangan Buku Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan

Kekurangan dari buku Lelaki-lelaki Tanpa Perempuan ini terletak pada banyaknya narasi yang eksplisit, karena mengandung adegan dewasa. Hal ini membuat buku ini tidak bisa dibaca oleh seluruh kalangan. Kemudian, beberapa kisah dinilai terlalu singkat dan menggantung. Namun, ini terkait dengan gaya bercerita Haruki Murakami yang memang suka mengundang pembaca untuk memikirkan berbagai kemungkinan dari sebuah cerita.

Pesan Moral Buku Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan

Melalui buku Lelaki-lelaki Tanpa Perempuan ini, kita dapat mengetahui bahwa lelaki juga memiliki sisi sensitif layaknya perempuan. Sebab, stigma yang berkembang di masyarakat membuat lelaki kurang bebas untuk mengungkapkan perasaannya. Maka dari itu, mulai dari sekarang sebaiknya kita belajar untuk lebih menghargai perasaan lelaki.

Melalui kisah ini juga, kita dapat mengetahui tantangan bagi para lelaki, yakni untuk melihat ke dalam hati anda sendiri dengan serius, kemudian coba untuk berdamai dengan apa yang anda temukan di sana. Sebab, kalau kita ingin untuk benar-benar melihat orang lain, kita harus mulai dengan melihat ke dalam diri kita sendiri. Dalam arti, sebelum mencoba mengenal orang lain, anda harus mengenal diri sendiri terlebih dahulu.

Nah, itu dia Grameds ulasan buku Lelaki-Lelaki Tanpa Perempuan karya Haruki Murakami. Penasaran akan nasib para lelaki yang malang tersebut? Yuk segera temukan jawabannya dengan mendapatkan buku ini hanya di Gramedia.com.

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy