in

Review Buku Ketika Aku Tak Tahu Apa yang Aku Inginkan Karya Jeon Seunghwan

Ketika Aku Tak Tahu Apa yang Aku Inginkan merupakan buku pengembangan diri yang ditulis oleh penulis asal Korea Selatan, Jeon Seunghwan. Buku pengembangan diri ini telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Gramedia Pustaka Utama pada bulan Januari 2022. Buku dengan total 280 halaman ini akan memberikan pengertian, nasihat, dan juga solusi akan berbagai permasalahan umum yang sering ditemukan masyarakat. Buku ini penuh dengan tulisan reflektif tentang kehidupan yang secara garis besar dibagi menjadi 4 bab, yakni mengenal perasaan sendiri, mengenal waktu kita, mengenal hubungan-hubungan diri kita dan mengenal hubungan dengan dunia.

 

Jika anda pernah bertanya-tanya, sebenarnya apa sih yang benar-benar aku inginkan dalam hidup ini? Apakah aku telah menjalani hidup dengan benar? Bagaimana aku harus menjalani hidup selanjutnya? Kehidupan manusia memang bagaikan rangkaian pertanyaan yang tidak pernah berakhir. Untuk menemukan jawaban atas setiap pertanyaan tersebut dengan kekuatan sendiri juga tidak mudah.

Mengapa hati ini selalu terasa sepi dan hampa? Mengapa bertemu orang lain menjadi hal yang dapat menyebabkan lelah? Mengapa aku tak merasa bahagia, padahal aku sudah menjalani hidup dengan sebaik-baiknya? Apakah hidup yang seolah tanpa jiwa seperti ini dapat disebut kehidupan? Jika pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus muncul di kepala kita, kita tentunya akan merasa lelah hingga kehilangan semangat ketika melakukan segala hal.

Kita bisa saja jadi sering menangis tiba-tiba. Tangisan itu merupakan sebuah bentuk luapan emosi kita yang dipendam saat menjalani hari-hari yang sibuk. Saking sibuknya hingga tidak memiliki waktu untuk menenangkan hati dan tubuh yang juga lelah, atau memikirkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selalu muncul di benak. Selama tujuh tahun terakhir, Jeon Seonghwan kerap membagikan kalimat baik melalui berbagai unggahan di akunnya, thebookman, di media seperti Facebook dan Kakao Story.

 

https://www.gramedia.com/products/panen-cabai-setiap-hari-di-lahan-sempit-s03395?utm_source=bestseller&utm_medium=bestsellerbuku&utm_campaign=seo&utm_content=BestSellerRekomendasi

Banyak masyarakat dari berbagai generasi, gender, dan pekerjaan, yang merasa terinspirasi oleh tulisan Jeon Seonghwan dan mengatakan bahwa tulisan tersebut seperti kalimat yang dapat mengerti isi pikiran mereka. Jika anda sering menemukan pertanyaan yang serupa seperti yang dituliskan di atas, buku ini mungkin dapat menjadi sarana yang membantu anda menemukan jawabannya.

Sinopsis Buku Ketika Aku Tak Tahu Apa yang Aku Inginkan

 

https://www.gramedia.com/products/panen-cabai-setiap-hari-di-lahan-sempit-s03395?utm_source=bestseller&utm_medium=bestsellerbuku&utm_campaign=seo&utm_content=BestSellerRekomendasi

Pros & Cons

Pros
  • Buku Ketika Aku Tak Tahu Apa yang Aku Inginkan tidak bersifat menggurui, tetapi mengajak pembaca untuk sama-sama belajar.
  • Penulis membagikan pengalaman nyata, pemikirannya, juga kutipan-kutipan dari tokoh lain seperti para filsuf, penyair, dan penulis lain yang memperkaya isi buku ini.
  • Buku ini tidak memberikan solusi yang konkrit, tetapi secara lebih dalam memberikan validasi akan perasaan pembaca, dan membuat pembaca mampu mengeksplorasi pikiran dan perasaannya.
  • Jeon Seunghwan menyajikan masalah yang umum ditemukan oleh masyarakat, sehingga isi buku ini dapat relate dan diterima oleh banyak orang.
  • Buku ini bagaikan teman yang dapat memberikan pembaca kehangatan dan memberikan semangat.
Cons
  • Terdapat beberapa topik yang dibahas berulang sehingga repetitif.
  • Masih ditemukan kesalahan penulisan dan kata-kata yang sulit dimengerti.

Mengapa hati ini selalu terasa sepi dan hampa? Mengapa bertemu orang lain menjadi hal yang dapat menyebabkan lelah? Mengapa aku tak merasa bahagia, padahal aku sudah menjalani hidup dengan sebaik-baiknya? Apakah hidup yang seolah tanpa jiwa seperti ini dapat disebut kehidupan? Jika pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus muncul di kepala kita, kita tentunya akan merasa lelah hingga kehilangan semangat ketika melakukan segala hal.

Kita bisa saja jadi sering menangis tiba-tiba. Tangisan itu merupakan sebuah bentuk luapan emosi kita yang dipendam saat menjalani hari-hari yang sibuk. Saking sibuknya hingga tidak memiliki waktu untuk menenangkan hati dan tubuh yang juga lelah, atau memikirkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang selalu muncul di benak.

Saat anda berusaha menyesuaikan diri dengan kecepatan fase kehidupan, hati anda juga pasti akan merasakan lelah. Tanpa disadari, anda akan menemukan lubang di dalam hati anda yang membuat diri anda merasa seperti menjalani kehidupan yang tidak utuh. Jika anda terus hidup seperti itu, anda akan kesulitan menemukan apa yang sebenarnya anda inginkan.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Melakukan apa pun sepertinya tidak akan membuat anda senang. Mendengar kata penghiburan juga tak akan membuat perasaan anda menjadi lebih baik. Anda mungkin merasa ingin sendirian, tetapi di sisi lain suka merasa kesepian. Saya juga pernah mengalaminya. Nasihat yang kerap diberikan orang lain kepada saya saat menghadapi masa itu, yakni “Tak apa-apa. Semuanya akan baik-baik saja.”

Lalu, “Semangatlah sedikit. Anda pasti dapat melewatinya, karena anda adalah orang yang kuat”. Kata-kata tersebut memang merupakan kata-kata penghiburan, tetapi tak mengubah situasi sekarang yang terasa berat ini. Ini bukan karena saya membutuhkan kekuatan lebih untuk keluar dari rasa kesepian atau karena saya mau menjadi lebih kuat. Tak ada keinginan untuk berusaha menjadi lebih baik juga.

Jika dipikirkan lagi, arah dan bentuk kehidupan setiap orang berbeda. Jadi, adalah sebuah kesalahan saat kita menanyakan arah kehidupan kita kepada orang lain. Salah juga jika berpikiran bahwa kita dapat mengisi kekosongan hati bukan dengan milik kita, melainkan dengan milik orang lain. Sekarang, saya baru sedikit lebih mengerti. Kadangkala, penghiburan yang diam-diam berada di samping kitalah yang lebih menyentuh bagian dalam diri daripada nasihat langsung.

Artinya, meringankan hati dengan refleksi diri lebih penting dibanding apa pun. Jika pemikiran anda sama dengan pemikiran saya, saya ingin menghadiahkan waktu untuk bertemu dengan baris-baris kalimat di dalam buku ini kepada anda. Selama tujuh tahun terakhir, Jeon Seonghwan kerap membagikan kalimat baik melalui berbagai unggahan di akunnya, thebookman, di media seperti Facebook dan Kakao Story.

Banyak masyarakat dari berbagai generasi, gender, dan pekerjaan, yang merasa terinspirasi oleh tulisan saya dan mengatakan bahwa tulisan tersebut seperti kalimat yang dapat mengerti isi pikiran mereka. Saat ada banyak orang yang setuju dan bersimpati dengan kalimat yang saya tulis. Saya terkejut mengetahui hal itu, tetapi saya juga menjadi penasaran dengan alasan dibalik itu. Namun, setelah saya pikirkan dengan baik, buku atau uraian kalimat merupakan bentuk penghiburan yang pasti dibutuhkan saat kita menghadapi masa sulit.

Buku tidak memiliki permintaan atau mengharapkan apa pun dari kita. Buku hanya sebuah benda yang diam-diam berada di samping kita untuk menolong kita melihat ke dalam hati sendiri hingga ke bagian yang paling dalam. Tak hanya itu, buku juga memiliki peran sebagai media komunikasi yang bisa dapat melintasi batas ruang dan waktu. Saat kita menyadari bahwa bukan hanya kita yang mengalami hal berat, bahwa terdapat orang lain di luar sana yang juga ingin keluar dari kesulitan, kita merasa terhibur.

Tidak ada yang dapat menandingi rasa penghiburan seperti itu. Saya menuliskan berbagai kalimat kehidupan yang pernah membuat saya merasa terinspirasi dan terhibur. Kalimat-kalimat unggah saya di “thebookman” itu juga memunculkan simpati dari banyak orang. Saya berharap buku Ketika Aku Tak Tahu Apa yang Aku Inginkan ini dapat memberi pengertian dan dapat menjadi tempat bersandar atau bernaung bagi hati kita yang kesepian dan lelah.

Semoga buku ini juga dapat menjadi cahaya bagaikan cahaya kunang-kunang yang menerangi langkah kaki kita ke depan, ke kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian. Semoga jiwa kita juga bisa memperoleh kehangatan dari kekuatan kalimat dalam buku ini, sehingga kita dapat sembuh dari luka, kembali tersenyum, dan menjadi lebih berani dalam menjalani kehidupan.

Kelebihan Buku Ketika Aku Tak Tahu Apa yang Aku Inginkan

 

https://www.gramedia.com/products/panen-cabai-setiap-hari-di-lahan-sempit-s03395?utm_source=bestseller&utm_medium=bestsellerbuku&utm_campaign=seo&utm_content=BestSellerRekomendasi

Buku pengembangan diri ini memiliki sejumlah kelebihan. Kelebihan pertama, buku ini tak mengisahkan tentang apa yang harus kita capai, apa yang harus kita tuju, atau hal-hal lain yang mendorong kita untuk melakukan sesuatu atau pergi ke arah tertentu untuk menjawab tentang pertanyaan seputar ketidaktahuan akan keinginan sendiri. Buku Ketika Aku Tak Tahu Apa yang Aku Inginkan malah mengajak pembaca untuk menikmati momen dalam hidupnya, juga mengambil pelajaran atas setiap kalimat yang dituliskan dalam buku ini.

Dalam buku ini, Jeon Seunghwan banyak membagikan pengalamannya, pemikirannya, juga kutipan-kutipan favoritnya dari penulis lain, para filsuf, dan penyair. Buku ini adalah kumpulan tulisan reflektif yang dapat memberikan rasa hangat yang seolah memeluk pembaca. Tulisan dalam buku ini seperti memberikan afirmasi atas perasaan kita, memvalidasinya, dan memberi pengertian bahwa kita tidak sendirian. Meskipun tidak memberi solusi yang konkrit, tulisan-tulisan di buku ini dapat membantu kita untuk mengeksplorasi perasaan serta pemikiran kita.

Kemudian, dalam buku ini Jeon Seunghwan membahas tentang masalah yang umum ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pastinya relate dengan banyak orang, terkhusus lagi kaum muda. Maka itu, buku ini kemudian dapat diterima oleh berbagai kalangan. Buku ini tidak hanya membantu anda menjawab berbagai pertanyaan akan kehidupan, tetapi lebih dalam dapat membantu pembaca merefleksikan kehidupannya, apa yang sebenarnya membuat mereka bahagia, bagaimana hubungan dirinya dengan diri sendiri dan dengan dunia, dan lain sebagainya.

Buku Ketika Aku Tak Tahu Apa yang Aku Inginkan adalah buku yang tepat bagi kalian yang sedang membutuhkan teman cerita. Buku ini dapat menjadi teman ketika sedang merasa sedih, kesepian, bingung, dan kehilangan arah. Membaca buku ini bagaikan sedang berbicara kepada teman yang dapat menghangatkan hati yang sedang sepi. Buku ini juga dapat membangun kembali semangat dalam diri pembaca.

Kekurangan Buku Ketika Aku Tak Tahu Apa yang Aku Inginkan

 

https://www.gramedia.com/products/panen-cabai-setiap-hari-di-lahan-sempit-s03395?utm_source=bestseller&utm_medium=bestsellerbuku&utm_campaign=seo&utm_content=BestSellerRekomendasi

Selain kelebihan, buku Ketika Aku Tak Tahu Apa yang Aku Inginkan juga memiliki kelemahan. Kelemahan buku ini terletak pada beberapa topik yang diulang atau repetitif. Topik tersebut memang disampaikan secara berbeda, tetapi intinya sama dengan topik yang lain. Hal ini membuat sejumlah pembaca merasa terganggu, karena mengharapkan topik yang lebih banyak di buku yang tidak terlalu tebal ini.

Selain itu, pembaca masih menemukan sejumlah kesalahan penulisan di beberapa bagian. Kemudian, terdapat puisi yang kata-katanya sulit dipahami, sehingga kurang menyentuh hati. Namun, hal ini tidak mengurangi kualitas buku pengembangan diri ini.

Pesan Moral Buku Ketika Aku Tak Tahu Apa yang Aku Inginkan

 

https://www.gramedia.com/products/panen-cabai-setiap-hari-di-lahan-sempit-s03395?utm_source=bestseller&utm_medium=bestsellerbuku&utm_campaign=seo&utm_content=BestSellerRekomendasi

Dari buku Ketika Aku Tak Tahu Apa yang Aku Inginkan, kita dapat belajar bahwa kebahagiaan diri hanya dapat diketahui oleh diri sendiri. Cara untuk menjadi bahagia adalah dengan mencoba mendengarkan isi hati sendiri. Sebab, kebahagiaan tak bisa dicapai dengan digantungkan kepada keinginan orang lain.

Dari buku ini kita juga dapat mengetahui bahwa di dunia ini tak ada hubungan yang berjalan sesuai dengan keinginan kita saua. Terdapat hubungan di mana kita tak bisa dekat dengan orang itu, meskipun kita telah mencoba sekeras mungkin. Terkadang, ada saatnya kita lebih baik menjaga jarak.

Terkadang, ada juga saat di mana kita merasa tak bisa dipahami oleh orang lain atau tidak ingin dekat dengan mereka. Mungkin situasi ini terdengar menyedihkan, tetapi kita juga dapat terjerat dalam situasi yang sangat sulit jika memaksakan. Ada kalanya kita mau istirahat dan fokus pada diri sendiri saja. Ada kalanya juga kita terjerat dalam dilema yang sulit untuk diatasi.

Kalau kita menyadari bahwa kita perlu bersabar dan membutuhkan jarak yang sesuai di semua hubungan, seperti perlu untuk menjauh dulu untuk sementara waktu dan kembali mendekat lagi pada waktu yang tepat, hati kita akan menjadi lebih nyaman dan bebas dari beban dalam pertemanan. Saat kita bebas dan sedikit bersantai, juga tidak mengekang hubungan satu dengan yang lainnya, kita dapat menciptakan hubungan yang sehat.

Bagaikan sebuah bel, untuk bisa mengeluarkan suara bel yang cakupannya lebih jauh, bel itu harus merasakan sakit yang lebih, karena harus dipukul lebih keras. Begitu juga halnya dengan manusia. Semakin kita merasakan pahit atau kerasnya dunia, maka semakin besar juga arti dan nilai kehidupan kita.

Nah, itu dia Grameds ulasan buku Ketika Aku Tak Tahu Apa yang Aku Inginkan karya Jeon Seunghwan. Bagi kalian yang sedang menemukan banyak pertanyaan tentang diri sendiri dan hidup anda, buku ini adalah pilihan yang tepat untuk membantu anda menjawab segala pertanyaan itu. Anda bisa mendapatkan buku ini hanya di Gramedia.com.

Rating: 4,05

 

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy