Agama Islam

Tingkatan Ihsan sebagai Representasi Tingkat Keimanan

Tingkatan Ihsan
Written by Yufi Cantika

Tingkatan Ihsan – Ihsan sendiri berasal dari kata hasuna yang berarti baik atau bagus. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ihsan dimaknai sebagai baik; derma dan sebagainya yang tidak diwajibkan. Ihsan sendiri tidak dapat dipisahkan dari iman dan Islam. Ketiaganya menjadi satu kesatuan sebagai kesempurnaan keberislaman seseorang.

Kata ihsan merupakan kebalikan dari kata al isaa- ah yang berarti erbuat buruk. Ihsan merupakan tingkah laku seseorang demi melakukan perbuatan baik dan mencegah diri dari perbuatan dosa. Seseorang yang berlaku ihsan akan memberikan kebaikan pada hamba Allah yang lainnya berupa, kekayaan, kepandaian, kemuliaan, ataupun tenaganya.

Melansir dari laman Islam.nu.or.id, Ibnu Katsir dalam karya tafsirnya mengatakan, ihsan mencakup kebaikan sesuatu secara substansi baik yang berkaitan dengan akidah, ibadah, maupun lainnya sebagaimana kebaikan seorang Muslim terhadap orang lain.

Sementara itu, Sayyid Thanthawi mengatakan, objek kata ‘ihsan’ pada Surat An-Nahl ayat 90 tidak disebutkan untuk memberikan efek keumuman sasaran dan bentuk dari perbuatan ihsan itu sendiri. Perbuatan baik atau ihsan dilaksanakan dalam bentuk perbuatan maupun ucapan dan ditujukan kepada manusia, hewan, dan ciptaan lainnya.

Rasulullah bersabda mengenai ihsan, “Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu? ‘ Beliau menjawab, ‘Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (H.R. Muslim 102)

Sayyid Thanthawi mengatakan, objek kata ‘ihsan’ pada Surat An-Nahl ayat 90 tidak disebutkan untuk memberikan efek keumuman sasaran dan bentuk dari perbuatan ihsan itu sendiri. Perbuatan baik atau ihsan dilaksanakan dalam bentuk perbuatan maupun ucapan dan ditujukan kepada manusia, hewan, dan ciptaan lainnya.

Al-Munawi memaparkan mengenai tempat penting ihsan sebagai perwujudan keimanan. Hal tersebut disebabkan karena agama Islam berdiri atas dasar pilar ihsan dan kemurahan hati. Jika keduanya tidak dipraktikkan maka keberislaman seseorang tidak akan bernilai baik.

Kaitan ihsan dan keimanan diangkat kembali oleh Rasulullah pada riwayat Ibnu Majah dan At-Thabarani, “Orang beriman yang paling utama (paling tinggi derajatnya, kata Al-Munawi) adalah mereka yang paling baik akhlaknya.”

Allah memerintahkan umat-Nya untuk berperilaku sesuai dengan ihsan seperti disebutkan dalam surah Al Baqarah ayat 83 sebagai berikut.

وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ لَا تَعْبُدُوْنَ اِلَّا اللّٰهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَقُوْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَّاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَۗ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْكُمْ وَاَنْتُمْ مُّعْرِضُوْنَ

Artinya, “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertuturkatalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat.” Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.”

Amal-Amal Sholih di Bulan Ramadhan - Tingkatan Ihsan

Berikut beberapa ciri ihsan yang telah dirangkum dari laman Plus.kapanlagi.com dan dalam buku “Mutiara Qudsi” karya Ahmad Abduh Iwadh sebagai berikut.

  • Mengeluarkan infak dalam kondisi senang atau pun susah
  • Menahan amarahnya ketika mereka mampu melakukannya
  • Memaafkan kesalahan orang-orang yang menzalimi mereka
  • Melakukan salat malam
  • Orang yang berbuat ihsan akan meminta ampun pada waktu sahur.
  • Selalu berusaha menaati perintah Allah SWT (sholat, puasa, zakat, sedekah, infak, dan sebagainya) dan menjauhi larangan-Nya.
  • Bersikap amanah dan jujur.
  • Selalu berusaha untuk menjaga ibadah kepada Allah SWT dan selalu haus akan ibadah.
  • Dapat mewujudkan dan menjaga kedamaian dan keharmonisan bermasyarakat.
  • Berusaha untuk memaafkan orang lain apabila dizalimi dan menjaga amarah.

Fungsi Ihsan

Ihsan memiliki beragam fungsi yang dapat dijadikan sebagai pengingat untuk selalu berbuat baik. Berikut beberapa fungsi Ihsan.

  1. Pendorong, bahwa Ihsan terhadap Allah Swt, memotivasi manusia menghormati hidupnya, beribadah dan beramal shaleh sebatas menambah keimanan dan ketaqwaan seseorang.
  2. Penyalur, yakni bahwa Ihsan terhadap Allah Swt, yang sudah dipunyai manusia agar bisa berkembang secara optimal dalam aktivitas kehidupan sehari-hari dengan menggunakan tuntunan agama Islam sebatas dirinya sadar dengan Allah Swt.
  3. Pengendalian, dengan menggunakan Ihsan manusia bisa mengendalikan perbuatannya ketika melakukan perbuatan sesuatu yang dilarang oleh Allah Swt.
  4. Penyesuaian, manusia harus sadar dengan dirinya sebagai makluk ciptaan Allah Swt yang tidak ada tenaga dan tidak ada kekuatan dibandingkan dengan Allah yang maha pencipta dan maha kuasa.

Tingkatan Ihsan

Ihsan terdiri dari dua tingkatan, yakni muroqobah dan musyahadah. Berikut penjelasan keduanya yang telah dirangkum dari berbagai laman di internet.

1. Tingkatan Muroqobah

Pada tingkat muroqobah merupakan tingkatan yang mana ketika sedang beribadah maka seakan-akan diawasi dan diperhatikan oleh Allah dalam setiap aktivitasnya. Sebagai seorang hamba, kita tidak dapat melihat Allah karena keterbatasan diri dan ilmu yang dimiliki.

Hal tersebut didasarkan pada sabda Nabi Muhammad S.A.W, “Jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.”

Namun, kita mengetahui, nama, sifat, penciptaan alam semesta alam yang luar biasa sehingga seakan-akan melihat Allah. Seseorang yang telah mencapai tingkat ini maka orang tersebut sangat luar biasa.

Ketika mengalami atau melihat musibah maka akan langsung mengingat kekuasaan Allah dan hikmah di balik musibah tersebut. Dengan begitu, Allah akan hadir di setiap hidup manusia baik ketika sedang beribadah ataupun ketika sedang menjalani kehidupan sehari-hari.

Hal tersebut seperti yang difirmankan Allah dalam surah Yunus ayat 61 dengan arti, “Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya…

2. Tingkatan Musyahadah

Tingkatan musyahadah menjadi tingkatan yang lebih tinggi daripada tingkatan pertama, tingkat muroqobah. Dalam tingkatan ini, seseorang akan senantiasa memperhatikan sifat-sifat Allah dan menghubungkannya dengan seluruh aktivitasnya dengan sifat-sifat tersebut.

Hal tersebut merupakan realisasi dari sabda Nabi Muhammad S.A.W, “Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya.” Pada tingkatan ini, seorang hamba akan beribadah seakan-akan melihat Allah.

Melihat di sini tidak diartikan secara mentah-mentah melihat dengan mata. Tetapi, melihat sifat-sifat Allah dan pengaruh-Nya pada makhluk. Jika seseorang telah sampai di tingkat musyahadah maka akan mengembalikan seluruh tanda kekuasaan Allah pada nama-nama dan sifat-sifat-Nya.

Belajar Dari Para Nabi Dan Rasul 1 ( Nabi Adam as,Nabi Idris as,Nabi Hud asNabi Shalih as ) - Tingkatan Ihsan

Contoh Perbuatan Ihsan

Grameds dapat mengamalkan ihsan melalui berbagai cara sebagai berikut.

1. Sabar

Sabar merupakan perbuatan menahan diri dari sesuatu yang tidak disukai dengan penuh keridhaan dan kepasrahan. Sebagai seorang muslim, menahan diri atas sesuatu yang tidak disukainya. Misalnya menahan diri untuk tidak marah ketika ada seseorang yang berbuat buruk kepada diri kita.

Tidak hanya itu dalam ibadah dan ketaatan kepada Allah, juga diperlukan kesabaran. Sebagai seorang muslim, kita diwajibkan untuk beribadah dan menahan diri dari bermaksiat kepada Allah. Meskipun, kita tertarik dengan hal-hal maksiat.

Sabar dan tidak merasa gelisah juga menjadi bagian dari akhlak yang didapatkan dengan latihan dan kesungguhan. Grameds yang memeluk agama Islam dapat mempraktikkan sabar dengan mengingat perintah Allah dan pahala yang dijanjikan.

Seperti dalam firman-Nya dalam surah Ali Imran ayat 200 yang memiliki arti sebagai berikut.

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.”

Juga dalam surah Al-Baqarah ayat 45 yang berarti sebagai berikut.

“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat…”

2. Menunaikan Salat

Salat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), merupakan rukun Islam kedua, berupa ibadah kepada Allah Swt., wajib dilakukan oleh setiap muslim mukalaf, dengan syarat, rukun, dan bacaan tertentu, dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam; doa kepada Allah.

Salat juga dapat dimaknai sebagai ibadah yang teratur dari beberapa lisan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, diakhiri dengan salam, dan dilengkapi dengan berbagai syarat yang telah ditentukan. Allah berfirman dalam surah Al Ankabut ayat 45 yang artinya sebagai berikut.

“Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.”

3. Menunaikan Zakat

Sebagai umat Islam harus menunaikan zakat jika telah memenuhi syarat. Dengan berzakat tidak akan membuat miskin, justru dapat membersihkan harta kita. Perlu diingat bahwa dalam rezeki yang kita miliki terdapat rezeki orang lain.

Zakat menjadi salah satu rukun Islam yang kelima. Ia bersifat fardu ‘ain jika telah memenuhi syarat-syaratnya. Dalam surah An Nisa ayat 77 telah diperintahkan mengenai zakat. Arti ayat tersebut adalah “Dirikanlah shalat dan bayarkanlah zakat hartamu…”

Perintag zakat juga tercantum dalam surah At Taubah ayat 103 yang artinya, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka…”

4. Keyakinan kepada Hari Akhir

Hari akhir kehidupan manusia akan datang dengan waktu yang tidak dpaat dipastikan. Sebagai seorang muslim harus mengimani bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara dan memiliki batas akhir.

Kemudian, akan datang kehidupan kedua, detik-detik menuju akhirat. Allah akan membangkitkan kembali seluruh makhluk hidup dengan sekali tiupan. Mereka akan berkumpul di padang Mahsyar untuk ditimbang atau dihisap amalan.

Allah akan memebrikan ganjaran surga kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. Sedangkan, orang-orang yang berbuat keburukan di bumi akan diganjar dengan siksa neraka. Hal tersebut tercantum dalam surah Ar Rahman ayat 26-27 yang memiliki arti sebagai berikut.

“Semua yang ada di bumi itu akan binasa, tetapi wajah Rabbmu yang memiliki kesabaran dan kemuliaan tetap kekal.”

Juga tercatat dalam surah Al Anbiya ayat 34-35 yang memiliki arti sebagai berikut.

“Dan kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia sebelum engkau (Muhammad); maka jika engkau wafat, apakah mereka akan kekal. Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada kami.”

5. Jihad

Jihad menjadi fardhu kifayah untuk memerangi orang-orang kafir dan orang-orang yang memerangi orang Islam. Namun, jihad ini tidak dapat dijadikan sebagai landasan untuk saling membunuh orang lain yang berbeda kepercayaan dan agama.

Dalam surah At Taubah ayat 122 telah dijelaskan mengenai jihad. Arti ayat tersebut sebagai berikut.

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”

6. Infak

Menurut Juwaibir yang diriwayatkan dari adh-Dhahhak, “infak adalah amal yang dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah sesuai dengan kemampuan dan kemudahan yang mereka miliki, hingga turunlah ayat tentang kewajiban-kewajiban shadaqah, yakni tujuh ayat dalam surat At-Taubah yang menerangkan tentang shadaqah, dan ini adalah ayat-ayat menasakh (menghapuskan) hukum yang ada dan menetapkan hukum yang baru.”

Adapun, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), infak dimaknai sebagai pemberian (sumbangan) harta dan sebagainya (selain zakat wajib) untuk kebaikan; sedekah; nafkah. Infak dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk.

Infak dapat berupa jasa atau materi. Jasa biasanya diberikan dengan memberikan tenaga atau keahlian untuk membantu sesama. Sedangkan, materi dengan cara memberikan harta benda, seperti uang, emas, mobil, sepeda, dan sebagainya kepada sesama yang membutuhkan bantuan.

MCGS (Muslimah Cantik, Gaya, dan Shalihah) - Tingkatan Ihsan

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika