Agama Islam

Apa Itu Padusan? Berikut Contoh Potretnya di Indonesia

Written by Yufi Cantika

Apa Itu Padusan – Sama halnya dengan ngabuburit, padusan juga telah menjadi bagian dari tradisi yang wajib dilaksanakan masyarakat untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Tradisi padusan ini dinilai sebagai simbol pembersihan diri sekaligus mensucikan jiwa serta raga manusia guna memasuki bulan Ramadhan.

Maka dari itu, satu hari sebelum memasuki bulan Ramadhan, masyarakat akan berbondong-bondong melaksanakan padusan ini di kolam renang, pantai, atau objek mata air setempat. Namun, karena saat ini kita tengah berada pada kondisi pandemi Covid-19, maka kemungkinan besar tradisi padusan yang biasanya dilaksanakan beramai-ramai akan dilarang oleh pemerintah. Meskipun demikian, tradisi padusan ini masih bisa kok dilakukan di rumah dengan niat mensucikan diri sebelum menjalani puasa bulan Ramadhan.

Lalu, apa sih padusan itu? Mengapa padusan sering dilaksanakan satu hari sebelum bulan Ramadhan?

Yuk simak ulasan berikut supaya Grameds tahu akan tradisi ini!

Apa Itu Tradisi Padusan?

Tradisi padusan ini berasal dari masyarakat Jawa yang dimaksudkan untuk menyambut bulan Ramadhan. Istilah ‘padusan’ berasal dari kata ‘adus’ yang berarti ‘mandi’. Jadi, istilah ‘padusan’ berarti mandi suci guna membersihkan diri sebelum menyambut datangnya bulan Ramadhan.

Dalam aktivitasnya, masyarakat akan beramai-ramai melakukan mandi di sebuah sungai, kolam renang, atau objek mata air setempat dengan anggapan dapat menghanyutkan dosa-dosa di masa lalu demi bulan suci Ramadhan.

Jika melihat dari pengertian budaya, tradisi padusan ini merupakan tradisi masyarakat setempat untuk membersihkan diri atau mandi besar dengan maksud mensucikan jiwa dan raga dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadhan.

Tradisi padusan telah berlaku sejak ajaran Islam belum masuk ke Pulau Jawa. Pada kala itu di Kerajaan Majapahit, para ksatria, brahmana, hingga empu terbiasa mandi besar untuk mensucikan diri. Maka dari itu, dapat disebut bahwa tradisi padusan ini merupakan adopsi dari kebudayaan peninggalan agama Hindu, Budha, dan Animisme yang sebelumnya telah berkembang di Pulau Jawa.

Nah, padusan yang menjadi tradisi adat Jawa tersebut akhirnya berhasil dipadukan dengan agama Islam oleh para Wali Songo. Tradisi ini bermakna bahwa sebelum meminta rahmat kepada Tuhan Yang Maha Pencipta, kita diharuskan untuk membersihkan diri terlebih dahulu, baik jiwa dan raga.

Beli Buku di Gramedia

Tradisi padusan ini telah dilakukan secara turun-temurun oleh para nenek moyang. Selain itu, dalam melaksanakan tradisi ini, tidak ada aturan resmi yang mengatur adanya proses padusan. Ada yang hanya mandi biasa dengan disertai niat membersihkan diri, ada juga yang menggunakan prosesi tertentu.

Misalnya, di Pemandian Cokro Tulung yang berada di Klaten, Jawa tengah, mengadakan prosesi khusus dalam tradisi padusan ini. Biasanya, pengunjung di pemandian ini adalah para muda-mudi yang duduk di depan kolam kecil sebagai mata air. Setelah itu, mereka akan bergantian mengguyurkan kepala mereka menggunakan gayung berisi air kembang (bunga).

Namun kebanyakan, para masyarakat ini mewujudkannya dalam bentuk mandi dan keramas di lokasi sumber mata air yang dianggap “keramat”. Tidak hanya itu, mereka juga akan bermain air bersama-sama.

Masyarakat Jawa, umumnya di Jawa Tengah masih menjalankan tradisi ini hingga sekarang. Tradisi ini dinilai efektif untuk membangun tali persaudaraan antar sesama masyarakat sekitar dalam nuansa penuh keakraban.

Beli Buku di Gramedia

Pada zaman sekarang ini, tradisi padusan bergeser menjadi rekreasi berenang. Hal ini sebenarnya tidak apa-apa, tidak ada yang melarang. Bahkan hal tersebut dimanfaatkan oleh Dinas Pariwisata setempat untuk mengembangkan objek wisata mata air guna menunjang pelaksanaan tradisi padusan masyarakat.

Bahkan tradisi padusan ini akan disertai pula dengan hiburan-hiburan lain, misalnya penampilan artis dangdut, atraksi reog, hingga karnaval kebudayaan.

Namun, di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini, tidak mungkin bagi kita untuk beramai-ramai melakukan tradisi padusan mengingat angka positif Covid-19 semakin hari semakin naik. Maka dari itu, sebaiknya kita melaksanakan tradisi ini di rumah masing-masing saja. Hal tersebut supaya dapat memutus rantai penyebaran virus Covid-19 di kerumunan orang.

Beli Buku di Gramedia

Contoh Potret Tradisi Padusan

Tradisi Padusan ini banyak diikuti oleh masyarakat sehingga menjadikan objek mata air menjadi ramai. Hal tersebut tentu saja menguntungkan dalam ranah pariwisata. Sebut saja di Umbul Manten, Klaten. Bahkan masyarakat yang bukan berasal dari Klaten saja tetap mendatangi Umbul Manten ini guna tradisi padusan.

https://travel.kompas.com/

Lalu, ada juga tradisi padusan yang dilaksanakan di Objek Mata Air Cokro (OMAC) yang berlokasi di Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten. Acara ini berlangsung pada 5 Mei 2019 lalu yang dihadiri langsung oleh Bupati Klaten, Hj. Sri Mulyani.

https://klatenkab.go.id/

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

Sumber:

https://klatenkab.go.id/

https://budaya.blog.unisbank.ac.id/

Widyastutik, Retno. (2010). Pandnagan Masyarakat Mengenai Tradisi Padusan (Studi Kasus Masyarakat Sekitar Cokro, Tulung, Klaten Mengenai Tradisi Padusan). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi.

Malau, D. L. (2018). TRADISI MANDI PANGIR PADA PEREMPUAN ETNIS JAWA DALAM MENYAMBUT BULAN RAMADHAN DI DESA PANGARUNGAN KEC. TORGAMBA KOTA PINANG (Doctoral dissertation, UNIMED).

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika