in

Ragam Budaya Sunda beserta Penjelasan dan Contohnya

Ragam Budaya Sunda – Budaya Sunda adalah budaya yang memang berkembang dan menetap di dalam masyarakat Sunda. Budaya Sunda dikenal sebagai budaya yang menjunjung tinggi sopan dan santun. Lazimnya, karakteristik dan kepribadian masyarakat Sunda dikenal sebagai masyarakat yang ramah-tamah, murah senyum, lemah dan lembut, periang, serta sangat hormat kepada orang tua.

Suku sunda memiliki slogan sekaligus menjadi filosofi hidup masyarakatnya, yaitu ‘Soméah Hade ka Sémah’ berarti ramah, bersikap baik, menjaga, melayani dan menjamu, serta menyenangkan semua orang. Hal itu yang menjadikan bentuk pengaplikasian masyarakatnya pada setiap perilaku dan tindakan interaksi atau komunikasi, baik di lingkungan setempat maupun luar.

Ciri khas masyarakat Sunda dalam melakukan interaksi dan komunikasi antarsesama sering kali menggunakan bahasa punten dan mangga. Istilah punten sendiri memiliki arti kerendahan hati, sementara istilah mangga merujuk pada bentuk mempersilakan, penawaran, ajakan, serta permohonan.

Tak hanya itu, ada pula budaya Sunda yang cukup diketahui dan dikenal luas oleh masyarakat. Kira-kira apa saja ya? Simak penjelasan di bawah ini, yuk!

Macam-Macam Budaya Sunda

Berikut penjabaran mengenai macam-macam budaya Sunda, di antaranya.

Ilustrasi Budaya Masyarakat Sunda (sumber: goodnewsIndonesia)
Ilustrasi Budaya Masyarakat Sunda (sumber: goodnewsIndonesia)

1. Etos Budaya Sunda

Etos dan watak budaya Sunda telah diterapkan sejak zaman Salakanagara. Dalam bahasa Sunda sendiri, Salakanagara adalah Kerajaan Perak, kerajaan Sunda tertua di Nusantara. Melalui etos dan watak yang telah berlangsung lama itu, masyarakat Sunda menjadi sejahtera dan makmur selama kurang lebih seribu tahun lamanya.

Etos dan watak budaya Sunda yang telah diterapkan sejak lama, di antaranya.

Cageur

Cageur berarti sehat yang mana dalam hal ini ialah sehat, baik secara jasmani maupun rohani, sehat moralnya, sehat pikirannya, sehat dan memiliki pendirian, sehat dalam bertutur, berbahasa, serta bekerja.

Dalam menjaga kesehatan pun, tak hanya diterapkan bagi masyarakat Sunda, melainkan diterapkan pula bagi masyarakat di daerah atau kawasan lain yang ada di Indonesia.

Bageur

Bageur berarti baik yang mana baik antarsesama, andil dalam memberikan bantuan, seperti bantuan dalam moral baik, pikiran, dan materi, tidak pelit pada sesama, tidak tinggi emosional, penolong, ikhlas dalam melaksanakan serta mengamalkannya (tidak hanya diucapan saja).

Bener

Bener berarti benar atau tidak berbohong yang mana dalam hal ini tidak sembarangan dalam melakukan pekerjaan, suatu amanat, lurus dan baik dalam menjalankan agama, melatih dan memimpin dengan baik, serta tak merusak lingkungan alam.

Kemudian, dalam menjalankan dan mengamalkan sesuatu yang baik dan benar, perlu diingat bahwa hal atau sesuatu yang baik belum tentu benar. Akan tetapi, apabila keduanya digabungkan, dapat menentukan amalan yang tepat, yakni mengandung poin baik serta benar. Hal ini menunjukkan bahwa etos dan watak bageur dan bener haruslah beriringan.

Singer

Singer berarti wawas diri, teliti atau cermat dalam bekerja, memprioritaskan orang lain terlebih dahulu sebelum diri sendiri, menghormati pendapat atau gagasan orang lain, penuh dengan rasa kasih sayang, tidak tersinggung dan marah apabila dikritik, akan tetapi menerima dengan lapang dada.

Masyarakat Sunda pun menerapkan etos dan watak mawas diri yang mana hal itu diperlukan agar tiap masyarakatnya sadar sehingga tak melakukan sesuatu yang melebihi batas.

Pinter

Pinter berarti pintar, pandai, atau cerdas. Hal ini berarti mengerti dalam hal ilmu agama hingga ke akar-akarnya, dapat beradaptasi antarsesama, mampu menyelesaikan permasalahan dengan cakap dan bijaksana, serta tak meletakkan kecurigaan pada orang lain.

Adapun etos dan watak pandai diperlukan pada tiap pribadi masyarakat Sunda yang mana mereka harus menuntut ilmu dan pengetahuan agar bertambahnya wawasan serta kepandaiannya. Dari ilmu dan pengetahuan itulah dapat diaplikasikan guna membangun masyarakat serta kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.

Etos budaya Sunda dapat menjadi contoh baik oleh masyarakat di lingkungan lainnya. Melalui etos dan watak yang telah dijabarkan di atas, masyarakat Sunda terbimbing untuk menjadi individu yang sesuai dengan etos serta watak tersebut, meskipun tak dapat sempurna dijalankan dan diterapkan pada pribadi masing-masing masyarakat Sunda.

NILAI-NILAI KARAKTER SUNDA (Internalisasi Nilai-nilai Karakter Sunda di Sekolah)
NILAI-NILAI KARAKTER SUNDA (Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Sunda di Sekolah)

Beli Buku di Gramedia

Ebook ini sangat menarik sebab berhasil menggambarkan proses pendidikan yang tidak bisa memisahkan diri dari kebudayaan yang majemuk dari masyarakat bangsa Indonesia. Setiap masyarakat atau suku bangsa Indonesia yang majemuk itu memiliki kebudayaan sendiri, memiliki nilai budaya luhur sendiri, dan memiliki keunggulan lokal, serta kearifan lokal sendiri.

Setiap masyarakat berusaha mentransmisikan gagasan fundamental yang berkenaan dengan hakikat dunia, pengetahuan, dan nilai. Oleh karena itu, kearifan terhadap budaya lokal adalah proses bagaimana pengetahuan dihasilkan, disimpan, diterapkan, dan diwariskan.

2. Nilai Budaya Sunda

Budaya Sunda mempunyai karakteristik dan nilai-nilai tersendiri yang membedakannya dari ragam budaya daerah lain. Umumnya, masyarakat Sunda memang diketahui dan dikenal luas dengan kepribadian yang lembut, religius, dan spiritual.

Hal itu tampak selaras dengan pameo silih asih, silih asah, dan silih asuh yang berarti masyarakat Sunda harus memiliki sikap saling mengasihi (silih asih), saling memperbaiki dan membenahi diri (silih asah), serta saling melindungi atau menjaga pula (silih asuh). Tak hanya itu, masyarakat Sunda pun mempunyai nilai-nilai budaya lain, seperti sopan santun, rendah hati antarsesama, hormat pada orang tua, dan saling menyayangi.

Kemudian, beberapa masyarakat Sunda juga ada yang masih mempertahankan upacara-upacara adat guna menjaga keseimbangan dalam hal spiritual. Sementara, kegiatan gotong royong diterapkan guna terjaganya keseimbangan sosial dan terjalinnya kebersamaan antar masyarakat Sunda setempat.

Nilai saling mengasihi yang diterapkan oleh masyarakat Sunda bisa dikembangkan guna keperluan dan kepentingan masyarakat luas. Setiap orang tentunya perlu untuk saling introspeksi, membenahi, dan memperbaiki diri dengan pendidikan serta membagikan ilmu yang dimilikinya itu.

Tak hanya itu, masyarakat Sunda juga harus memiliki sikap saling menjaga dan melindungi kesejahteraan antar masyarakatnya. Dengan demikian, nilai budaya sunda seperti yang sudah dijelaskan menampilkan segi kebersamaan yang erat sebab tak hanya berguna untuk satu orang saja, melainkan pula untuk tujuan bersama.

3. Kesenian Budaya Sunda

Masyarakat Sunda tak hanya mempunyai etos dan nilai budaya tersendiri, akan tetapi mereka pun memiliki kesenian budaya Sunda yang bisa dibilang cukup dikenal oleh masyarakat di luar Jawa Barat.

Adapun kesenian budaya Sunda yang dimaksud, di antaranya kesenian sisingaan, tarian khas tradisional Sunda, wayang golek, alat musik dan musik tradisional Sunda yang lazimnya diselenggarakan di pertunjukan kesenian.

1. Kesenian Sisingaan

Ilustrasi Kesenian Sisingaan (sumber: petabudaya.belajar.kemdikbud)
Ilustrasi Kesenian Sisingaan (sumber: petabudaya.belajar.kemdikbud)

Kesenian atau tradisi Sisingaan berakar dari usaha masyarakat di Kabupaten Subang dalam membebaskan tekanan terhadap situasi politik di masa penjajahan, tepatnya di tahun 1812 saat wilayah perkebunan Subang dikuasai dan diduduki secara bergantian antara Belanda dan Inggris.

Pada masa itu, bentuk patung singa dalam tradisi Sisingan belumlah sempurna seperti saat ini. Hal itu karena konstruksi kayu yang digunakan masih ringan dari pohon randu dan rangkaian rambut yang terbuat dari daun kaso atau bunga. Kemudian, kerangkanya pun masih ala kadarnya dengan struktur anyaman bambu yang dibalut karung goni.

Sisingaan ini memperlihatkan dua hingga empat boneka singa. Untuk permainannya sendiri pun, Sisingaan dimainkan oleh empat orang sebagai pemandu singa, yakni dua orang anak yang menunggangi singa dan beberapa pemuda bertugas untuk mengiringi jalannya rangkaian kegiatan kesenian Sisingaan, tentunya dengan diiringi alat musik tradisional Sunda. Pertunjukan Sisingaan ini mengitari kampung setempat ataupun jalanan kota.

Adapun alasan dipilihnya singa sebagai simbol dari kesenian Sisingaan ini, yakni karena sebagai bentuk usaha masyarakat Subang dalam menyindir atau mengkritik bangsa Eropa dengan menjadikan simbol kebesaran negaranya sebagai sebuah permainan rakyat.

Dalam pertunjukannya, masyarakat Subang berusaha melimpahkan ekspresi rasa benci lewat simbol atau lambang singa yang dinaiki dan dimainkan oleh anak-anak. Kemudian, para penunggang, yakni anak-anak tersebut menjambak rambut kepala dari singa yang dijunjung oleh bangsa Eropa.

Selain diselenggarakan sebagai bentuk perlawanan, tradisi Sisingaan disebut juga sebagai ‘odong-odong’ oleh beberapa masyarakat Subang. Mereka memanfaatkan odong-odong untuk sarana ritual pertanian.

Kegiatan dan aktivitas yang dilakukan ialah dengan mengagungkan padi dan leluhurnya melalui kekuatan gaib atau supranatural. Ritual odong-odong tersebut berlangsung dengan cara mengarak sebuah benda yang disamai dengan bentuk hewan tertentu.

Seiring berkembangnya zaman, kesenian Sisingan ini beralih menjadi sarana untuk memeriahkan anak-anak yang hendak dikhitan atau disunat agar mereka terhibur. Lalu, anak-anak tersebut diarak mengelilingi kampung atau desa setempat, tepatnya satu hari sebelum dikhitan. Kemudian, mereka dimandikan air kembang yang telah disiapkan oleh dukun rias sebelum akhirnya dijadikan sebagai pengantin sunat.

Hingga akhirnya, kesenian Sisingaan ini diikuti oleh kota lain, seperti Garut, Cirebon, dan Sumedang sebagai kesenian memikul binatang tiruan.

Ilmu Sosial dan Budaya Dasar: Buku Ajar Kebidanan
Ilmu Sosial dan Budaya Dasar: Buku Ajar Kebidanan

Beli Buku di Gramedia

Buku Ilmu Sosial dan Budaya Dasar: Buku Ajar Kebidanan membahas mengenai hubungan individu, keluarga, dan masyarakat serta keragaman masalahnya. Buku ini juga mengulas mengenai sistem teknologi dan sistem religi serta penerapannya dalam masyarakat. Materi dalam bukunya dapat dijadikan sebagai hal pokok bagi para pembelajar bidang kesehatan, khususnya kebidanan.

Buku ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan kritis mengenai aspek sosial budaya kesehatan dan diharapkan dapat membantu membangun lulusan lembaga pendidikan kesehatan yang profesional serta berpikiran kritis.

2. Tarian Tradisional Khas Sunda

Tari Jaipong (sumber: pojokseni)
Tari Jaipong (sumber: pojokseni)

Sebenarnya, Sunda memang dikenal memiliki ragam seni tari yang sudah berkembang dari zaman dahulu, bahkan di antaranya ada yang sudah tersohor di Nusantara, salah satunya Tari Jaipong.

Tari Jaipong adalah tarian tradisional Sunda dengan karakteristik tariannya, yakni semangat, ceria, humoris, erotis, spontan, tetapi tetap sederhana. Tari Jaipong ini diprakarsai oleh Gugum Gumbira dan H. Suanda pada 1976, tepatnya di Karawang. Kesenian tari khas Sunda ini terinspirasi dari berbagai kesenian yang ada, seperti topeng banjet, pencak silat, wayang golek, dan lainnya.

Zaman dahulu, instrumen yang digunakan masih sederhana, seperti gong, gendang, krecek, ketuk, dan rebab. Kemudian, tari Jaipong meluas di daerah Jawa Barat dan mendapatkan sambutan hangat dan positif dari masyarakatnya. Hingga akhirnya, tari Jaipong menjadi tari tradisional khas Jawa Barat yang sering digunakan ketika acara resmi, misalnya, sebagai bentuk sambutan untuk tamu dari luar daerah, bahkan luar negeri.

Untuk properti yang digunakan pada tiap penampilan tari Jaipong, di antaranya sinjang atau celana panjang, apok atau baju atasan yang dikenakan penari (kebaya), dan selendang atau sampur yang umumnya diletakkan di leher penari Jaipong.

Selain tari Jaipong, ada pula tarian tradisional khas Sunda lainnya, di antaranya Tari Ketuk Tilu, Tari Topeng, Tari Rampak Gendang, Tari Wayang, Tari Samping, Tari Buyung, dan masih banyak lagi.

3. Wayang Golek

Wayang Golek (sumber: kerisnews)
Wayang Golek (sumber: kerisnews)

Wayang golek, yakni semacam boneka kayu yang dimainkannya oleh seorang dalang bak wayang kulit. Untuk cerita yang dimainkan juga berasal dari cerita rakyat, seperti cerita penyebaran agama Islam oleh Rara Santang dan Walangsungsang, atau bisa pula cerita Ramayana dan Mahabarata. Dalang dalam wayang golek bercerita dengan bahasa Sunda dan diiringi suara gamelan Sunda.

Kesenian budaya Sunda yang satu ini, dikenalkan pertama kalinya oleh Sunan Kudus, tepatnya di daerah Kudus yang diketahui atau dikenal dengan Wayang Menak. Kemudian, dipertunjukkan di Cirebon dan dikenal dengan nama Wayang Cepak.

Wayang golek memang sudah sangat dikenal oleh masyarakat di Jawa Barat, persebarannya pun mulai dari daerah Cirebon sampai Banten. Hebatnya, Wayang golek telah dikenal hingga ke mancanegara. Dalam budaya Sunda sendiri, wayang golek disebut sebagai Si Cepot.

4. Pakaian Adat Sunda: Kebaya

Ilustrasi Kebaya Khas Sunda (sumber: berbol)
Ilustrasi Kebaya Khas Sunda (sumber: berbol)

Pakaian tradisional khas Sunda salah satunya, yakni kebaya khas Sunda. Memang, baju kebaya juga dikenakan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, tetapi pastinya ada perbedaan antara kebaya sudan dan kebaya daerah lainnya.

Pakaian tradisional Sunda mempunyai bagian-bagian tersendiri, baik untuk laki-laki maupun perempuannya. Untuk laki-laki, di antaranya terdiri dari baju jas dengan kerah, kain batik atau dodot, celana panjang, kalung, bendo atau penutup kepala, keris, selop sebagai alas kaki, dan jam rantai untuk penghias di jas.

Kemudian, untuk perempuan terdiri dari baju kebaya, kain kebat dilepe, selendang karembong, ikat pinggang (beubur), kalung, kembang goyang digunakan sebagai penghias sanggul, dan selop.

5. Alat Musik Tradisional Khas Sunda: Angklung dan Suling

Ilustrasi Angklung dan Suling (sumber: sakuma1kinu)
Ilustrasi Angklung dan Suling (sumber: sakuma1kinu)

Angklung adalah salah satu alat musik tradisional khas Jawa Barat, terbuat dari bilahan bambu dan dimainkan dengan cara digoyang. Angklung mempunyai berbagai jenis, di antaranya angklung reog, angklung banyuwangi, angklung bali, angklung kanekes, dan lainnya.

Angklung tak hanya dikenal oleh masyarakat Jawa Barat, melainkan telah tersebar ke seluruh pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, bahkan ke mancanegara. Luar biasanya, angklung telah diakui sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO atau The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization. 

Selain angklung, ada pula alat musik tradisional Jawa Barat yang terkenal, yaitu Suling. Suling adalah alat musik tradisional Jawa Barat yang terbuat dari bambu Tamiang. Bambu Tamiang merupakan jenis bambu yang tipis karena diameternya juga kecil sehingga tepat untuk dijadikan sebagai bahan untuk pembuatan suling.

Adapun skala nada pada alat musik tradisional suling Sunda, di antaranya mandalungan, salendro, madenda atau sorog, dan  pelog degung. Untuk menghasilkan nada pada saat menggunakan suling, yakni mencermati ketepatan posisi jari dan kecepatan udara yang ditiup. Lazimnya, suling Sunda digunakan sebagai instrumen utama kecapi suling dan mendampingi instrumen gamelan degung.

Itulah informasi seputar berbagai macam Budaya Sunda. Apabila Grameds tertarik dan ingin memperluas pengetahuan terkait keragaman budaya Sunda, tentu kalian bisa temukan, beli, dan baca bukunya di Gramedia.com dan Gramedia Digital karena Gramedia senantiasa menjadi #SahabatTanpaBatas bagi kalian yang ingin menimba ilmu.

Semoga artikel ini bisa menambah wawasan kalian, ya!

SD Kl. I PBT Bahasa Sunda K/13 Pengayaan
SD Kl. I PBT Bahasa Sunda K/13 Pengayaan

Beli Buku di Gramedia

Pendalaman Buku Teks Bahasa Sunda ini ditujukan untuk murid Sekolah Dasar kelas 1. Buku ini mencakup pembahasan yang berkaitan dengan bahasa Sunda. Tak hanya dari aspek bahasanya saja, melainkan juga dari aspek budaya Sundanya. Buku ini sangat cocok untuk dijadikan referensi bagi murid kelas 1 Sekolah Dasar yang baru belajar terkait bahasa Sunda.

Penulis: Tasya Talitha Nur Aurellia

Sumber: dari berbagai sumber

ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Veronika N

Ketika bicara tentang hubungan, pastinya akan selalu menarik untuk dibahas. Saya pun juga senang membuat tulisan dengan tema relationship.