in

Benarkah Feromon Dapat Menarik Lawan Jenis? Berikut Faktanya

Beberapa waktu yang lalu, seorang selebgram asal Brazil bernama Wanessa Moura membuat sensasi yang mengundang banyak pertanyaan bagi sebagian orang. Bagaimana tidak, ia memiliki rencana untuk memasarkan produk berupa parfum yang tidak biasa daripada parfum yang banyak dijual di pasaran.

Jika parfum pada umumnya memiliki kandungan zat kimia atau zat alami yang memiliki bau wangi yang membuat orang tertarik menciumnya. Tetapi yang dilakukan Wanessa berbeda dimana ia membuat parfum dari keringat yang mengandung feromon yang dipercaya mampu menarik lawan jenis. Sebenarnya apa itu feromon dan bagaimana cara kerja zat ini bisa menarik lawan jenis seperti yang diungkapkan oleh Wanessa Moura?

Feromon merupakan zat kimia yang berfungsi untuk merangsang atau menarik lawan jenis yang dapat ditemukan pada hewan di sekitar kita. Zat ini ditemukan pada kelenjar endokrin yang memiliki fungsi untuk mengenali lawan jenis dan berguna untuk membantu terjadinya proses reproduksi.

Cara kerja zat ini dengan hormon sangat berbeda dimana zat ini menyebar ke luar tubuh sedangkan hormon hanya dalam tubuh. Feromon dapat mempengaruhi lawan jenis hingga ia tertarik dengan asal sumber zat tersebut karena feromon mengandung daya pikat yang kuat. Namun, zat ini hanya dapat dikenali oleh hewan-hewan yang masih satu jenis atau satu spesies, bukan untuk yang berbeda jenis.

 

Feromon adalah Senyawa yang dihasilkan secara alami oleh tubuh ini diketahui dapat mendorong daya tarik seksual.

Kata feromon berasal dari bahasa Yunani yaitu “Pheromone”, phero yang memiliki makna pembawa dan kata mone yang berarti sensasi. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), feromon didefinisikan sebagai zat kimia yang dikeluarkan hewan untuk berkomunikasi dengan jenis yang sama.

Zat ini bisa ditemukan pada hewan yang berkelamin jantan maupun betina dimana lawan jenisnya akan tertarik ketika mencium bau dari feromon. Bau tersebut akan merangsang saraf-saraf seksual pada spesies yang sama terutama jika sudah memasuki musim kawin sehingga memunculkan gairah seksual. Banyak penelitian membuktikan hal ini dimana beberapa hewan akan menjalin komunikasi yang lebih intens dengan lawan jenisnya ketika akan bereproduksi.

Feromon pertama kali ditemukan oleh Adolph Butenandt, seorang Ilmuwan asal Jerman yang juga menemukan adanya hormon seksual dalam diri manusia. Sedangkan ilmuwan yang pertama kali menemukan zat ini pada hewan adalah Henri Fabre yang saat itu ia menemukannya dalam serangga. Fabre menemukan fakta bahwa ngengat betina “Great Peacock” mampu menarik banyak ngengat jantan di sekitarnya ketika ia meletakkannya dalam kandang.

Penelitian tersebut menghabiskan banyak waktu hingga akhirnya ditemukan suatu kesimpulan bahwa ngengat betina yang diteliti tersebut menghasilkan suatu zat tertentu. Zat inilah yang mampu menarik banyak ngengat jantan untuk mendatangi ngengat betina tersebut dan Fabre menyatakan zat tersebut sebagai Feromon.

Cek di Balik Pena : Baby Chaesara

Selain dapat ditemukan pada serangga, zat kimia ini juga dapat ditemui pada hewan lain yang sangat berbeda, yaitu pada kupu-kupu. Feromon pada kupu-kupu ada di bagian sayap ketika kupu-kupu mengepakkan sayapnya saat terbang dari satu tempat ke tempat yang lain. Kepakkan sayap dari kupu-kupu betina atau jantan inilah yang nantinya akan menarik lawan jenisnya untuk mendekat karena adanya ketertarikan seksual.

Hanya kupu-kupu satu spesies saja yang akan mendatangi karena cara kerja zat ini yang hanya akan menarik satu spesies saja. Ketertarikan secara seksual tidak akan tampak pada kupu-kupu dengan spesies yang berbeda jenis sebab mereka hanya tertarik dengan sesama spesiesnya.

tombol beli buku

Selain sebagai alat untuk menarik lawan jenis, feromon juga berfungsi untuk mempertahankan kehidupan atau mempertahankan teritorial bagi beberapa hewan berikut. Rayap menggunakan feromon sebagai alat untuk penanda jejak oleh rayap pemimpin yang keluar dari kelenjar sternum (bagian bawah perut rayap). Nantinya para pengikut atau koloni dibelakang akan mengikuti jejak yang ditinggalkan pimpinan tersebut untuk bersama-sama mencari makanan sebagai sumber kehidupannya.

Selain sebagai penanda jejak untuk mencari makanan, feromon pada rayap juga memiliki fungsi untuk membentuk kasta sebagai cara mempertahankan teritorialnya. Ada dua kasta yang akan terbentuk, yaitu kasta pekerja yang bertugas mencari makanan dan kasta prajurit yang bertugas mempertahankan sarangnya.

Hewan lain yang juga menggunakan feromon sebagai cara untuk mempertahankan hidup adalah semut, hewan yang dikenal menyukai makanan berbau manis. Semut menggunakan feromon untuk membantunya mencari sumber makanan dan meninggalkan jejak bagi kawanannya untuk mengikutinya dari belakang sama seperti rayap. Selain itu, zat ini juga digunakan untuk mendeteksi adanya bahaya yang mengintai semut ketika terancam agar kawanannya mengetahui hal tersebut.

Semut akan mengeluarkan bau menyengat yang mengundang kawanannya untuk datang menolongnya dan bau tersebut juga akan membuat musuhnya merasa terganggu. Bau tersebut juga sebagai pertanda bagi semut lainnya agar melindungi diri dan menjauh dari sumber bau tersebut agar tidak terancam.

Setidaknya terdapat empat jenis feromon pada hewan dengan fungsi berbeda-beda yaitu primer pheromone, signaler pheromone, modulator pheromone, dan releaser pheromone.

1. Primer Pheromone

Primer pheromone atau feromon utama berfungsi pada aktivitas seksual tubuh makhluk hidup seperti kinerja tubuh, reproduksi, kehamilan, dan lain sebagainya.

2. Signaler Pheromone

Signaler pheromone atau feromon sinyal berfungsi sebagai alat yang digunakan oleh induk makhluk hidup untuk mengenali bayi yang baru dilahirkannya.

3. Modulator Pheromone

Modulator pheromone dalam tubuh makhluk hidup berperan penting sebagai alat untuk menjalankan atau mengubah beberapa fungsi tubuh seperti air keringat.

4. Releaser Pheromone

Sedangkan releaser pheromone memiliki fungsi sebagai alat untuk menarik lawan jenisnya mendekat karena adanya rangsangan seksual yang dikeluarkan.

tombol beli buku

Fakta-fakta Feromon

Setelah mengenal apa itu feromon, lalu apa saja fakta seputar zat ini yang mungkin belum banyak diketahui oleh orang-orang? Berikut ini sejumlah fakta dari feromon.

1. Manusia Tidak Dapat Memproduksi Feromon

Penelitian beberapa tahun ke belakang sudah membuktikan bahwa feromon dapat ditemukan pada hewan. Namun apakah feromon juga ada pada manusia? Belum ada bukti yang benar-benar kuat mengenai benar tidaknya manusia dapat memproduksinya dalam tubuhnya.

Beberapa penelitian dilakukan untuk mencari tahu jawaban yang masih diperdebatkan oleh para kaum peneliti. Salah satu studi menemukan bahwa manusia ternyata mampu memproduksi zat yang sifatnya mirip dengan apa yang diproduksi oleh hewan.

Bagi beberapa wanita, melihat seorang laki-laki yang berpeluh keringat saat berolahraga atau beraktivitas dapat menaikan tingkat daya tarik untuk melihatnya. Saat seorang laki-laki mengeluarkan keringat, salah satu komponen yang bernama androstadienone bisa meningkatkan ketertarikan pada perempuan dan mempengaruhi suasana hatinya. Terlebih ketika waktu berolahraga, tubuh akan basah oleh air keringat bisa menjadi daya pikat tersendiri bagi kaum wanita untuk memperhatikannya.

Cara kerja tersebut mirip dengan feromon pada hewan dimana zat kimia ini dapat memikat lawan jenisnya untuk mendekat dan memperhatikan lebih dalam. Penelitian juga menemukan bahwa androstadienone dapat mempengaruhi kinerja, yaitu dapat mempengaruhi kerjasama yang positif antar sesama pria dalam satu tim.

Fenomena feromon tidak hanya dapat dijumpai pada laki-laki, tetapi juga dapat ditemukan pada wanita. Ketika memasuki masa subur, seorang wanita akan mengeluarkan bau khas yang dapat menarik lawan jenis dan dapat mempengaruhi sesama wanita. Sebuah studi menemukan bahwa bau air keringat wanita yang menstruasi diduga dapat mempengaruhi periode menstruasi wanita lainnya (memperlambat atau mempercepat).

Sedangkan untuk laki-laki, bau tubuh pada wanita dapat mempengaruhi minatnya untuk mendekat terlebih ketika memasuki masa subur. Aroma yang tercium dari tubuh wanita akan membangkitkan gairah laki-laki untuk melakukan pendekatan yang lebih intens dibandingkan ketika tidak memasuki masa subur.

Perdebatan untuk membuktikan benarkah manusia dapat memproduksi feromon sebenarnya tidak perlu untuk diperpanjang. Pada dasarnya manusia tidak dapat memproduksi zat ini karena hanya hewan yang mampu melakukannya. Manusia hanya menghasilkan semacam daya tarik dimana hormon-hormon yang bekerja dalam diri manusia seolah membentuk sistem yang mirip dengan feromon.

2. Parfum yang Mengandung Feromon Belum Terbukti Meningkatkan Gairah Seksual

Beberapa orang membuat sebuah terobos untuk mengaplikasikan zat feromon sebagai campuran pada parfum agar dapat menarik dan memikat lawan jenisnya. Namun, para ahli meyakini bahwa feromon dalam parfum sama sekali tidak bisa mempengaruhi cara kerja seperti yang terdapat dalam hewan.

Reaksi yang akan ditimbulkan berbeda antara manusia dengan hewan. Manusia tidak akan mampu mendeteksi bau tersebut sehingga tidak akan ada daya tarik yang timbul ketika memakai parfum tersebut. Hal tersebut diperkuat dengan fakta bahwa manusia belum bisa merespon sinyal-sinyal yang dikeluarkan dari feromon sekalipun dihasilkan dari bau parfum.

Ketertarikan seseorang akan gairah seksual yang muncul bisa disebabkan karena adanya bau khas yang dihasilkan oleh lawan jenisnya. Penggunaan parfum dengan kandungan feromon tidak ada kaitannya dengan munculnya gairah seksual dari lawan jenisnya.

Sehingga mempercayai penggunaan parfum tersebut untuk mendapatkan daya tarik tertentu merupakan kekeliruan yang dapat menimbulkan bias-bias antara laki-laki dengan perempuan. Bahkan sampai detik ini, penelitian yang membuktikan manusia dapat tertarik dengan bau feromon belum pernah ditemukan.

Alasan yang membuatnya tidak dapat meningkatkan gairah seksual karena faktanya manusia sudah memiliki hormon yang berkaitan dengan hal tersebut. Penelitian ilmiah membuktikan laki-laki memiliki lebih banyak hormon testosteron daripada wanita. Laki-laki bisa merasakan gairah seksualnya meningkat karena kandungan hormon testosteron dalam tubuhnya juga ikut meningkat ketika melihat lawan jenisnya. Sedangkan pada perempuan, kandungan hormon ini meningkat ketika ia memasuki masa atau periode subur yang membuat gairah seksualnya lebih tinggi.

3. Jatuh Cinta Bukan Disebabkan Zat Feromon

Beberapa orang percaya bahwa jatuh cinta disebabkan karena adanya zat feromon yang dihasilkan dari orang lain yang dilihat. Tapi semua itu hanya mitos belaka, sebab hanya hewan yang bisa menghasilkannya sedangkan manusia tidak memiliki kandungan tersebut dalam tubuhnya.

Faktanya pembuktian ilmiah telah dilakukan dimana hewan terutama serangga lebih mampu menghasilkan zat kimia ini daripada manusia. Hewan akan mengeluarkan feromon dari tubuhnya untuk memikat lawan jenisnya ketika masa kawin telah tiba.

Penelitian terkait ada tidaknya feromon pada manusia dilakukan sekitar tahun 1950-an dimana jauh sebelum studi tersebut, dipercaya manusia dapat mengeluarkan feromon. Seseorang akan tertarik dengan lawan jenisnya karena zat tertentu dalam tubuh yang diyakini bahwa hal tersebut sama seperti halnya hewan.

Sebenarnya indera penciuman antara hewan dengan manusia jauh berbeda. Jika hewan memilih pasangan berdasarkan penciuman dan instingnya, sedangkan manusia tidak. Jatuh cinta pada manusia tidak bisa dijelaskan melalui penciuman karena hal tersebut dipengaruhi oleh lingkungan dan kondisi tertentu di sekitarnya.

Fakta lainnya yaitu saat orang jatuh cinta, bukan zat feromon yang berperan melainkan hormon-hormon tertentu dalam diri manusia yang bekerja. Pertama adalah Oksitosin yaitu hormon yang berperan menghadirkan rasa kasih sayang dan membuat orang cenderung ingin memperhatikan pasangannya lebih dalam.

Kedua yaitu meningkatnya kandungan serotonin yang membuat seseorang akan merasa lebih nyaman dan lebih bahagia ketika memiliki kedekatan dengan pasangannya. Ketiga adalah hormon dopamin yang diproduksi oleh otak khususnya pada bagian hipotalamus yang berfungsi untuk menaikan rasa nyaman, kepuasan, dan motivasi. Orang yang jatuh cinta akan mengalami kenaikan hormon dopamin sehingga ia akan lebih bersemangat, lebih nyaman, dan lebih termotivasi dalam bekerja.

Keempat adalah estrogen dimana hormon ini hanya diproduksi oleh wanita. Hormon ini bekerja khususnya ketika masa subur dimana wanita akan menginginkan kasih sayang yang lebih dari pasangannya ketika jatuh cinta.

Wanita akan lebih banyak manja pada saat masa subur daripada biasanya sehingga tidak mengherankan jika hal tersebut terjadi. Terakhir adalah hormon testosteron yang dominan dimiliki laki-laki yang menyebabkan ketertarikan satu sama lain terutama ketika akan melakukan hubungan seksual. Jadi bukan feromon yang membuat orang merasakan jatuh cinta, melainkan karena adanya hormon tertentu alami yang dimiliki dalam diri manusia.

4. Feromon Dapat Membahayakan Manusia

Bagi sebagian orang tawon atau lebah merupakan hewan yang menguntungkan karena dapat menghasilkan madu yang memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Namun, tidak selamanya hewan ini mendatangkan keuntungan malah bisa mendatangkan malapetaka dan mengancam nyawa seseorang melalui sengatan.

Rasa sakit disertai pembengkakan di sekitar bagian tubuh yang disengat oleh tawon akan timbul ketika tawon menyerang manusia. Ketika menyengat, tawon akan mengeluarkan zat berupa feromon. Zat ini dikeluarkan untuk memberikan sinyal bahaya dan mempertahankan diri karena merasa keberadaannya terancam oleh makhluk lain.

Sengatan tawon tidak hanya meninggalkan rasa sakit atau pembengkakan saja tapi juga bisa berakibat fatal seperti kematian. Tercatat kasus kematian akibat sengatan tawon disebabkan oleh tawon jenis Vespa Affinis dimana tawon ini merupakan tawon terganas dalam spesiesnya. Sengatan tawon ini akan meninggalkan zat feromon yang merupakan tanda bagi koloninya untuk melakukan sengatan di sekitar tanda tersebut.

Akibatnya korban akan disengat oleh koloninya yang bisa saja berjumlah banyak dan dapat menyebabkan anafilaksis. Adapun anafilaksis adalah alergi berat yang disebabkan adanya rangsangan berlebihan sehingga menyebabkan kematian pada korban sengatan tawon Vespa Affinis.

Sebenarnya satu atau dua sengatan tidak akan sampai menimbulkan anafilaksis karena tubuh bisa merespon adanya rangsangan tersebut dengan baik. Akan jadi masalah ketika sengatan berada pada jumlah yang banyak sehingga korban akan merasakan rasa sakit yang tidak tertahankan. Feromon terdapat pada sengatan pertama yang berfungsi sebagai pertanda bahaya bagi tawon lainya.

Ketika tawon pertama telah menyengat, koloninya akan datang untuk merespon tanda tersebut dengan melakukan sengatan seperti yang dilakukan tawon pertama. Gejala yang ditimbulkan oleh sengatan tawon ini biasanya berupa pembengkakan di daerah yang disengat, sesak napas, pusing, mual, muntah, dan lain sebagainya.

Itulah fenomena seputar feromon dan fakta-fakta dibalik zat pemikat lawan jenis ini. Masih banyak mitos yang keliru seputar feromon yang harus diluruskan. Perlu dipertegas kembali bahwa belum ada bukti ilmiah yang membuktikan bahwa manusia dapat menghasilkan zat ini dalam tubuhnya. Hanya hewan yang mampu menghasilkannya.



ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Veronika N

Ketika bicara tentang hubungan, pastinya akan selalu menarik untuk dibahas. Saya pun juga senang membuat tulisan dengan tema relationship.