Bahasa Indonesia

Cara Membuat Resensi Buku Dan Contohnya

Langkah Membuat Resensi
Written by Siti Badriyah

Cara Membuat Resensi Buku – Apakah Grameds sudah bisa membuat resensi buku? JIka belum, Grameds perlu memahami langkah- langkah membuat resensi agar lebih mudah menulisnya. Hampir sama dengan teks lainnya teks resensi juga memiliki struktur, unsur, tujuan, dan manfaat.

Jika Grameds ingin mengetahui dan menguasai langkah- langkah membuat resensi, maka perlu mengenal hal tersebut. Berikut ini penjelasan tentang resensi mulai dari pengertian, unsur, tujuan, manfaat, langkah membuat resensi sampai contoh- contoh tulisannya: 

Apa Itu Resensi Buku?

Resensi adalah karya tulisan yang berisi ulasan tentang buku yang sifatnya menilai, menimbang, melihat kembali, memeriksa, mencermati, meninjau suatu karya tulisan dalam buku. Dalam praktiknya resensi tidak menilai buku saja, namun ada pula resensi film, musik, drama, pameran, dan karya dalam bentuk lainnya. Dalam sebuah resensi terjadi sebuah proses mencermati, menganalisis untuk menghasilkan sebuah penilaian yang kemudian akan dikomentari dari karya tersebut. 

Proses dalam melakukan langkah membuat resensi, Grameds perlu memperhatikan unsur- unsur yang harus ada dalam sebuah resensi seperti berikut ini:

1. Unsur- unsur Resensi

  • Judul Resensi
  • Identitas Buku
  • Ikhtisar Buku
  • Kepengarangan
  • Kelebihan dan kekurangan Buku
  • Kesimpulan

2. Tujuan Resensi

  • Bisa memberikan informasi tentang buku kepada pembaca
  • Bisa memberikan alasan sebagai bahan pertimbangan pembaca terhadap suatu buku
  • Bisa menjawab pertanyaan- pertanyaan pembaca tentang buku yang diulas
  • Menunjukan informasi- informasi yang bisa dijadikan sebagai acuan buku tersebut layak dibaca atau tidaknya
  • Bisa mempromosikan buku kepada pembaca yang tepat 

3. Manfaat Resensi

  • Sebagai bahan pertimbangan calon pembaca dalam memilih buku yang akan mereka baca
  • Bisa mendatangkan nilai ekonomis untuk penulis resensi misalnya tulisan resensi buku tersebut bisa terbit di media massa, baik cetak maupun daring
  • Sebagai promosi buku untuk penulis dan juga penerbit

Cara Membuat Resensi Buku

Setelah Grameds mengenal tentang bentuk resensi buku, maka saatnya untuk membuatnya. Berikut ini langkah membuat resensi buku yang bisa Grameds lakukan 

  1. Langkah membuat resensi yang pertama adalah menentukan buku yang akan diresensi , yakni buku  non fiksi atau jenis fiksi. Meskipun pada dasarnya penulisan resensinya sama, namun ada sedikit perbedaan pada bagian kronologis cerita. 
  2. Setelah menemukan buku yang akan diresensi maka langkah membuat resensi berikutnya adalah membaca buku tersebut dari awal sampai akhir. Tuntas membaca buku tersebut akan membuat Grameds memperoleh gambaran tentang isi buku dan bisa menganalisisnya menjadi sebuah ulasan berupa penilaian atau komentar yang berkaitan dengan topic tertentu. 
  3. Selanjutnya Grameds perlu Memilih Teknik Menulis Resensi seperti teknik cutting dan glueing, teknik focusing, dan teknik comparing yang memiliki gayanya masing- masing. Teknik penulisan ini juga perlu Grameds sesuaikan dengan bentuk resensi yang akan Grameds buat. Hal tersebut karena teknik sangat mempengaruhi Grameds dalam membuat resensi. 
  4. Dalam satu karya atau tulisan resensi Grameds harus Menulis Berdasarkan Unsur- unsur Resensi yang sudah disebutkan di atas. Unsur- unsur resensi tersebut menjadi ciri atau karakteristik teks yang akan dipahami oleh pembaca sebagai sebuah tulisan resensi yang mengulas tentang buku.
  5. Setelah tulisan selesai, langkah membuat resensi yang tidak kalah pentingnya adalah membaca ulang. Masih banyak orang yang menyepelekan atau tidak membaca ulang tulisan yang sudah selesai ia buat. Padahal bagian ini menjadi hal penting sebagai bentuk self editing sebelum tulisan tersebut dipublikasikan dan sampai ke tangan pembaca. Meskipun dalam praktiknya naskah tersebut akan tetap jatuh ke tangan editor, namun penulis masih perlu membaca dan memeriksa ulang tulisan apakah sudah sesuai dengan tujuan awal dan sudah bisa dikatakan selesai atau belum. 

Contoh Resensi Buku

Setelah mengetahui langkah membuat resensi di atas, Grameds bisa simak contoh tulisan resensi berikut ini yang mengulas tentang ulasan buku fiksi popular di kalangan pembaca dan bersifat analitis. Grameds bisa menjadikan contoh resensi buku dibawah ini sebagai referensi saat membuat resensi buku.  

Nasib Buku dan Pecandunya

Judul        : Rumah Kertas
Penulis     : Carlos Maria Dominguez
Cetakan   : September 2016
Penerbit   : Marjin Kiri, Tangerang
Tebal        : vi + 76 hlm, 12 x 19 cm
ISBN       : 978-979-1260-62-6

Buku menjadi benda mati yang menarik bagi mereka-mereka yang suka membaca. Diksi suka yang dimaksud adalah sebuah kegemaran karena membaca menjadi sebuah aktivitas yang menyenangkan, sehingga menjadi sebuah rutinitas atau kebiasaan. Lantas bagaimana dengan mereka yang tidak suka membaca ? Buku hanyalah benda mati yang tidak sama sekali menggoda untuk di baca, disentuh pun enggan.

Carlos Maria Dominguez dalam Rumah Kertas berhasil menghadirkan tokoh-tokoh penggila buku. Bukan lagi ‘suka’ tapi sudah kecanduan buku. Dari Bluma Lennon, Carlos Barauer, Delgado. Melalui tokoh Aku lah tiga tokoh pecandu buku itu menjadi sangat menarik untuk dicari keterkaitannya.

Benar saja, entah Bluma, Baruer, atau Delgado, buku bagi mereka seperti hidupnya sendiri. “Bluma membaktikan hidupnya pada sastra, tanpa pernah membayangkan bahwa sastra lah yang akan merenggutnya dari dunia”(hal 2). Bluma meninggal setelah di tabrak mobil di tikungan jalan pertama saat menyusuri puisi dan membawa karya Emily Dickinson. Kematiannya pun gara-gara buku.

Penggila Buku

Oleh Delgado, Aku diperlihat sebuah kegilaan yang benar-benar ia lihat dari sebuah benda mati yang disebut buku itu. Rak-rak berlapis kaca di sekujur dinding, dari lantai hingga ke langit-langit, dipenuhi buku-buku. Dari kamar-kamar didapatinya rak-rak serupa, berjejal koleksi buku, korsel-korsel di koridor buat menyimpan kamus-kamus tebal, buku-buku ada di kamar mandi, kamar pembantu, dapur, dan kamar-kamar belakang. 

“Membangaun perpustakaan adalah mencipta kehidupan. Perpustakaan tak pernah menjadi kumpulan acak dari buku-buku belaka” (hal 26). Ujar Delgado pada Aku. Bagi Delgado perpustakaan adalah pintu memasuki waktu.

Berbeda dengan Delgado. Brauer memiliki cara yang berbeda dalam melahap buku dan memeliharanya. Delgado bercerita kepada Aku atas kesalahannya terhadap sikap Barauer pada  buku-buku penting yang ia miliki.  Ada ratusan, bahkan ribuan buku yang dimiliki Brauer. Ia dikuasai oleh nafsunya dalam mengoleksi buku. Ia menjadi lebih mirip penakluk yang sudah tidak punya malu di pelelangan.  

Takdir Buku-buku

Kini menjadi pemandangan yang biasa melihat  buku dipakai buat ganjal meja; bahkan pernah dipakai untuk meja lampu, di tumpuk bak menara lalu diberi taplak meja di atasnya; banyak kamus lebih sering dipakai buat mengepres dan meluruskan macam-macam ketimbang di buka-buka, dan tidak sedikit buku dipakai buat menyimpan surat-surat, uang, dan rahasia agar tersembunyi di rak. Orang rupanya juga bisa mengubah takdir buku-buku.

Smartphone, laptop, Ipad, dan televisi jauh lebih sering rusak ketimbang buku. sebuah buku tidak akan hancur lebur kecuali pemiliknya menghendakinya demikian, dengan merobek-robek halamannya, atau membakarnya. 

Hubungan yang dijalin manusia dengan benda awet yang sanggup bertahan satu, dua, bahkan dua puluh abad ini, dan dengan demikian mengalahkan butir-butir pasir waktu, tak pernah berlangsung lugu. Panggilan hidup manusia menjadi terikat pada butir-butir kayu lunak yang tak terhancurkan ini. (hal 58) 

Sungguh akhir cerita yang susah ditebak setelah Carlos Maria Dominguez membangun alur cerita. Dimana seorang penggila buku menciptakan nasib bukunya untuk benar-benar menemaninya hidup dalam sebuah kesunyian. Bahkan pecandu buku sekalipun akan memberlakukan benda kesayangannya seaneh itu. 

Untuk menjadi seorang kolektor buku, tokoh Brauer mengajarkan kita untuk menjadi pecandu buku pula. Tidak semata-mata membelinya mati-matian untuk dimiliki tapi hanya untuk pajangan saja, hanya untuk menghambur-hamburkan uang saja. Bahkan untuk menjelajahi buku itu saja sudah enggan duluan. Lantas untuk apa dipajang rapi, elok, dan sistematis jika hanya untuk dipandang. Lebih baik di robek atau dibakar saja agar tidak menghabis space ruangan.

Jangan lah menjadikan buku sebagai jalan menuju kesia-siaan. Albert Camus bahkan memberikan statement bahwa hukuman yang paling mengerikan bagi mereka adalah mereka yang melakukan kesia-siaan, melakukan pekerjaan yang tidak berguna serta tanpa harapan. Jadi, yuk mengoleksi buku dan kecanduan buku!

Beli Buku di Gramedia

Merdeka dalam Imajinasi

Judul        : JRENG, Kumpulan Cerpen Putu Wijaya

Penulis     : Putu Wijaya

Cetakan   : Januari, 2018

Penerbit   : BASABASI

Tebal        : 416 hlmn; 14 x 20 cm

ISBN       : 978-602-6651-25-9

“Merdeka, apa kira merdeka itu nikmat? Apa kamu kira Merdeka itu bebas dari segala kesialan? Apa kamu kira Merdeka itu berarti kamu akan mendadak jadi kaya dan bahagia? Kamu memang goblok. Merdeka itu adalah Beban.” Hal. 85

Rasa-rasanya euforia  kemerdekaan masih terasa sampai saat ini. Atribut macam bendera merah putih, bendera warna-warni, spanduk, bahkan lampu kerlap-kerlip masih terpasang utuh di pinggiran jalan. Tapi entah kekhusyukkan ruh kemerdekaan itu benar-benar bereforia atau tidak dalam diri seorang yang menganggap dirinya telah merdeka sebagai Indonesia. Ini dia, apakah euforia yang selama ini kita saksikan, benar-benar sebebas sebuah kemerdekaan?

Kemerdekaan tidak sebercanda balap karung. Kemerdekaan tak sesederhana lomba makan kerupuk. Kemerdekaan juga tidak segampang teriak “MERDEKA” di mimbar  panggung depan mic. Begitulah wajah kemerdekaan yang selalu kita ulang di 17 Agustus. Cita-cita berdaulat dari tangan kolonial dulu kita yakini telah berhasil, tercapai, teraih. Itu lah hebatnya sugesti seseorang. Tetapi begitulah cara orang Indonesia memaknai kemerdekaan negaranya termasuk kepercayaan dirinya bahwa telah sepenuhnya merdeka.

Kesadaran Bercerita

Lewat kumpulan cerpen Putu Wijaya ini wajah Indonesia tertera dalam kata-kata. Jreng dengan tiga puluh tujuh cerpen itu, lengkap mengungkap kebobrokan Indonesia dibalik kemerdekaannya. Putu Wijaya berhasil membeberkan Indonesia tanpa  menggurui. Semua itu rapi dalam kata-kata nya yang gemuk data. Artinya, meskipun tulisan Putu Wijaya itu dikemas dalam bentuk cerpen (fiksi) tulisan itu sukses membawa pembaca benar-benar menjadi Indonesia. Merdekanya Indonesia.

Bagaimanapun juga Putu Wijaya adalah sastrawan asli Indonesia yang memiliki kelebihan menjadikan peristiwa fakta yang ada disekitarnya menjadi peristiwa fiksinya. Ini lah yang saya maksud imajinasi yang merdeka. Saya jadi ingat kata Sartre bahwa Imajinasi adalah sebuah kesadaran. Itulah yang dilakukan Putu Wijaya. Ia sadar apa yang ada disekitarnya. Peristiwa fakta itu lah yang membangun imajinasi Putu Wijaya hingga menghasilkan dua puluh cerpen. Dua puluh cerpen terangkum khusus mengulas Indonesia. Segala hal itu lah yang Putu Wijaya sadari dari negara yang disebut Indonesia. Segala sesuatu yang ada didalamnya, rakyatnya, pejabatnya, agama, ekonomi, hukum.

Imaji merupakan cara di mana objek menampakkan dirinya dalam kesadaran, atau suatu cara di mana kesadaran menghadirkan objek untuk kesadaran itu sendiri. Imaji muncul dengan spontanitas independent dari kehendak. Bukan hanya muncul sebagai khayalan yang abstrak. Sejatinya imajinasi memiliki pondasi kesadaran isi yang kuat untuk membentuk sesuatu. Pondasi Putu Wijaya disetiap cerita pendeknya begitu kuat, sehingga sastrawan kelahiran Bali ini begitu apik menciptakan alur yang menggelitik. Membaca cerpen-cerpen Putu Wijaya bak menyelami bangsa Indonesia dan kemanusiannnya yang penuh masalah. Menariknya, permasalahan dan tragedi itu dituturkan dengan nada humor atau komedi yang membuat pembaca terhibur sekaligus.

Cerita Tentang Merdeka

Dalam salah satu cerpennya yang berjudul Merdeka, Putu Wijaya begitu mengena memaknai kemerdekaan bagi negerinya. Merdeka yang juga dijadikan sebuah karakter tokoh dalam ceritanya begitu sarat makna menyampaikan kirtik dengan satire. Merdeka adalah seorang anak yang lahir di sebuah kota kecil. Bapaknya seorang bekas pejuang kemerdekaan.

“Kau adalah harapanku, masa depanku, dan pewaris. Aku beri kau nama Merdeka dan jadilah kusuma Bangsa. Tulis sejarah yang berbeda dari apa yang sudah aku alami di masa lalu. Merdekakan dirimu dari segala macam penjajahan, jangan seperti bapakmu ini. Bebaskan negeri ini dari kemiskinan. Merdekakan rakyat dari kesengsaraan akibat kezaliman para pemimpinnya sendiri. Jadilah masa depan kami semua!”  hal. 73

Lewat tokoh Merdeka sastrawan yang juga pendiri dan pemimpin Teater Mandiri ini  sukses membalikan fakta bahwa keyakinan sang ayah terhadap Merdeka benar-benar terjadi. Alur seperti ini lah yang justru menambah cerpen karyanya tersebut semakin menarik. Pembaca seolah diyakinkan dengan keteguhan Merdeka yang telah memiliki jiwa merdeka sejak lahir, nyatanya masih juga belum merdeka. Majas perumpamaan yang digunakan tidak terduga di awal cerita. Semua bak kejutan yang membuat pembaca geleng-geleng kepala. 

Selain cerita si tokoh Merdeka, Putu Wijaya banyak menceritakan soal data Indonesia yang susah jika diungkapkan secara ilmiah. Misal, hak paten tempe sudah dicuri, rakyat yang dijadikan pertontonan sebagai pemelihara tradisi, tetapi industri pariwisata dan budaya mengorek keuntungan berlimpah, Guru yang membohongi muridnya dan segelintir cerita soal nasib kebenaran lainnya. 

Dari puing-puing cerita Putu Wijaya itu lah saya berani berkata bahwa kita sempat mengalami merdeka yang masih dalam imajinasi. Jangan khawatir, imajinasi itu lah yang akan mengantarkan kemerdekaan yang sesungguhnya. Hanya saja, momen kemerdekaan ini lah justru membangkitkan imajinasi kita bahwa kita telah diingatkan oleh 17 Agustus dan seluruh prosesi maupun atribut kemerdekaan bahwa kita masih hidup dan masih perlu untuk berbenah atas kehidupan sebelumnya. Momen kemerdekaan ini lah yang menjadi jembatan penguat rasa nasionalisme kita. Menipiskan rasis, menyamarkan ketamakan, dan mengaburkan kepentingan. Semua itu hanya untuk kemerdekaaan, minimal merdeka sebagai manusia, baik moral maupun etika. 

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

Nah, itulah penjelasan tentang resensi, mulai dari pengertian, unsur, tujuan, manfaat, langkah membuat resensi sampai contoh tulisannya. Apakah Grameds sudah bisa membuat resensi? Pada dasarnya dalam membuat teks resensi tidak ada ketentuan paten harus menulis dengan gaya seperti apa. Namun Grameds perlu mengetahui dasar konsep teks resensi agar bisa maksimal sampai ke tangan pembaca. Melihat dari tujuan dan manfaat, resensi memiliki peran penting terhadap kehadiran buku. 

Itulah sebabnya Grameds tidak ada salahnya menguasai langkah membuat resensi dengan benar. Grameds bisa kunjungi koleksi buku Gramedia di www.gramedia.com untuk memperoleh referensi tentang langkah membuat resensi, seperti rekomendasi buku berikut ini: Selamat belajar. #SahabatTanpabatas. 

Beli Buku di Gramedia

About the author

Siti Badriyah

Tulis menulis menjadi salah satu hobi saya. Dengan menulis, saya menyebarkan beragam informasi untuk orang lain. Tak hanya itu, menulis juga menggugah daya berpikir saya, sehingga lebih banyak informasi yang dapat saya tampung.

Kontak media sosial Instagram saya Siti Badriyah