in

Review Buku Epigram 60 Karya Joko Pinurbo

Epigram 60 merupakan buku kumpulan sajak karya penyair dan sastrawan ternama asal Indonesia, Joko Pinurbo. Epigram sendiri memiliki definisi ungkapan pendek atau syair yang memuat gagasan atau peristiwa yang ditutup dengan pernyataan yang menarik atau bisa juga berupa sindiran. Epigram dapat dikatakan juga sebagai sebuah peribahasa yang penuh kearifan nan padat, yang kerap kali mengandung paradoks.

Buku Epigram 60 ini sedikit berbeda dengan karya-karya Joko Pinurbo yang lain, karena buku ini ditulis untuk merayakan hari ulang tahun Joko Pinurbo yang ke-60 tahun pada tanggal 11 Mei 2022. Buku ini diterbitkan tepat pada hari kelahirannya oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Buku Epigram 60 memiliki total 74 halaman yang memuat total 60 sajak yang dibagi menjadi empat bagian.

Untuk membuat total 60 sajak, Joko Pinurbo mengatakan bahwa dirinya selalu menabung kata-kata dengan mencatat segala pilihan kata yang pernah ia ketahui. Setelah tabungan katanya itu cukup banyak, Joko Pinurbo pun segera membacanya dan mengolah kata-kata tersebut menjadi sebuah puisi yang indah.

Sama seperti karya-karya Joko Pinurbo yang lain, Anda dapat menemukan berbagai macam puisi dalam buku ini, yang bersifat humor, narasi, atau ironi. Pada bagian pertama, Anda akan menemukan sajak yang terkait dengan agama dan kehidupan seorang penyair. Lalu, pada bagian kedua, pembaca akan menemukan sajak-sajak yang bertema kegetiran hidup. Kemudian, pada bagian ketiga, akan disajikan sajak-sajak yang mengangkat beragam fenomena sosial dan ironi. Pada bagian keempat atau terakhir, Anda akan menemukan sajak-sajak yang membahas masa pandemi, politik, dan juga Ketuhanan.

 

Melalui buku Epigram 60 ini, Joko Pinurbo mengajak para pembaca untuk menyelami caranya melihat dunia dan berbagai harapannya. Melalui sajak-sajak pada buku ini, Joko Pinurbo membagikan kisahnya, baik itu pengalaman berharga, hal-hal yang ia syukuri, dan segala sesuatu yang mampu membuatnya merasa bahagia di usia yang sudah memasuki kepala enam ini. Dapat dikatakan bahwa buku Epigram 60 ini merupakan suatu rangkuman kebahagiaan dan segala kecenderungan tematik dan teknik yang pernah Joko Pinurbo lakukan dalam buku-buku sebelumnya.

Profil Joko Pinurbo – Penulis Buku Epigram 60

kompas.id

Joko Pinurbo adalah pria kelahiran 11 Mei 1962. Joko Pinurbo dikenal sebagai salah satu penyair dan sastrawan ternama Indonesia yang karyanya memiliki gaya yang khas dan sudah menorehkan warna tersendiri dalam dunia puisi Indonesia. Joko Pinurbo berhasil lulus menempuh pendidikan terakhirnya di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, atau yang sekarang dikenal sebagai Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Joko Pinurbo atau yang akrab dipanggil Jokpin ini diketahui telah gemar menulis puisi sejak ia masih duduk di Sekolah Menengah Atas. Penyair yang tinggal di Yogyakarta ini sering diundang ke berbagai acara pertemuan dan festival sastra. Karya-karya Joko Pinurbo juga telah sampai ke lingkup internasional. Sejumlah karyanya sudah berhasil diterjemahkan ke berbagai bahasa, antara lain bahasa Inggris, Mandarin, dan Jerman.

Beberapa puisinya juga sudah dimusikalisasi, antara lain oleh Ananda Sukarlan dan Oppie Andaresta. Puisi-puisi karya Joko Pinurbo adalah perpaduan humor, narasi, dan ironi. Joko Pinurbo lihai dalam menggunakan dan mengolah gambaran yang mengacu pada peristiwa atau objek sehari-hari dengan bahasa yang sederhana, tetapi memberikan makna yang tajam. Puisi-puisi karyanya juga banyak mengandung kontemplasi dan refleksi yang menyentuh keabsurdan sehari-hari.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Joko Pinurbo juga senang menggunakan dan memainkan keunikan kata-kata Bahasa Indonesia, sehingga banyak puisinya yang hanya bisa dibaca dan dinikmati dalam Bahasa Indonesia. Hingga saat ini, Joko Pinurbo masih aktif dalam menulis puisi. Joko Pinurbo telah menulis lebih dari 25 karya puisi, baik itu yang dibuat sebagai satu puisi khusus atau yang dikumpulkan menjadi sebuah antologi bersama.

Contoh beberapa antologi bersama karya Joko Pinurbo, yakni Tugu (1986), Tonggak (1987), Sembilu (1991), Ambang (1992), Mimbar Penyair Abad 21 (1996), Utan Kayu Tafsir dalam Permainan (1998), dan Sepotong Hati di Angkringan. Kemudian, contoh beberapa puisi yang diterbitkan khusus, yakni Celana (1999), Di Bawah Kibaran Sarung (2001), Pacarkecilku (2002), Telepon Genggam (2003). Kekasihku (2004), Pacar Senja: Seratus Puisi Pilihan (2005), Kepada Cium (2007), Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung (2007).

Tahilalat (2012), Haduh, aku di-follow (2013), Baju Bulan: Seuntai Puisi Pilihan (2013), Bulu Matamu: Padang Ilalang (2014), Surat Kopi (2014), Surat dari Yogya: Sepilihan Puisi (2015), Selamat Menunaikan Ibadah Puisi: Sehimpun Puisi Pilihan (2016). Malam Ini Aku Akan Tidur Di Matamu: Sehimpun Puisi Pilihan (2016), Buku Latihan Tidur: Kumpulan Puisi (2017), Srimenanti (2019), dan Salah Piknik (2021).

Atas pencapaiannya dalam dunia sastra Indonesia, Joko Pinurbo telah berhasil mendapatkan berbagai penghargaan, seperti Penghargaan Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta (2001), Sih Award (2001), Hadiah Sastra Lontar (2001), Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001, 2012), Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2002, 2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2005, 2015), dan South East Asian (SEA) Write Award (2014). Selain itu, puisinya terpilih menjadi Puisi Terbaik Dewan Kesenian Jakarta, mendapatkan Hadiah Sastra Lontar, dan ia menjadi tokoh sastra versi majalah Tempo. Nama Joko Pinurbo sebagai sastrawan juga telah dikenal hingga lingkup internasional.

Hal ini dibuktikan dengan dirinya yang diundang untuk membaca puisi di Festival Puisi Antarbangsa Winternachten Over-zee tahun 2001 di Jakarta, dan diundang untuk membaca puisi pada Festival Sastra/Seni Winternachten tahun 2002 di Belanda. Ia juga hadir dalam Forum Puisi Indonesia tahun 2002 yang diadakan di Hamburg, Jerman, dan hadir dalam Festival Puisi Internasional-Indonesia tahun 2002, yang diadakan di Solo.

Sinopsis Buku Epigram 60

Pros & Cons

Pros
  • Berbeda dengan buku-buku puisi karya Joko Pinurbo yang sebelumnya, biasanya pembaca bisa menemukan sajak yang cukup panjang, tetapi pada buku ini pembaca akan disajikan sajak yang sangat singkat, hanya sekitar 1 hingga 6 baris saja.
  • Sajak-sajak yang pendek tersebut semuanya diakhiri dengan sebuah kalimat penutup yang merupakan pernyataan atau sindiran yang menarik.
  • Setiap sajak dalam buku ini berima, dan diksinya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, tetapi tetap indah.
  • Joko Pinurbo dapat memberikan kesan yang positif, kesan yang menggembirakan meskipun sebagian besar tema sajak yang disajikan cukup pelik dan getir.
  • Sampul buku Epigram 60 ini juga dipuji, karena sederhana, tetapi memiliki makna yang menarik di baliknya.
  • Setiap sajak yang disajikan dalam buku Epigram 60 ini memberikan kesan yang segar, karena dapat memperkenalkan sudut pandang baru, yang mana merupakan sudut pandang Joko Pinurbo.
  • Sajak-sajak dalam buku ini juga dapat memberikan kehangatan dan kebahagiaan tersendiri kepada pembaca.
Cons
  • Beberapa pembaca menemukan kendala dalam memahami makna sajak yang disajikan, karena sangat singkat.

IBU KAMI

Saban malam ibu kami yang jelata

membersihkan pikiran anak-anaknya

dari godaan kiat sukses dan kaya

dengan mudah, cepat, dan celaka.

SEMADI

Cinta kita semesta semiotika

yang serba taksa dan penuh enigma

sehingga rindu tetap terpelihara.

Kelebihan Buku Epigram 60

Buku Epigram 60 ini dinilai berbeda dengan buku-buku puisi karya Joko Pinurbo yang sebelumnya. Jika pada buku-buku sebelumnya pembaca bisa menemukan sajak yang cukup panjang, pada buku ini pembaca akan disajikan sajak yang sangat singkat, hanya sekitar 1 hingga 4 baris saja. Sajak-sajak yang pendek tersebut semuanya diakhiri dengan sebuah kalimat penutup yang merupakan pernyataan atau sindiran yang menarik, sesuai dengan definisi epigram.

Jumlah baris yang sedikit pada setiap sajak dalam ini tidak mengurangi keindahan makna pada setiap sajak. Joko Pinurbo memang tak usah diragukan lagi dalam hal pemilihan kata yang sungguh indah. Setiap sajak dalam buku ini berima, dan diksinya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, tetapi tetap indah. Kemudian, Joko Pinurbo juga dapat memberikan kesan yang positif, kesan yang menggembirakan meskipun sebagian besar tema sajak yang disajikan cukup pelik dan getir.

Sampul buku Epigram 60 ini juga dipuji, karena sederhana, tetapi memiliki makna yang menarik di baliknya. Buku ini memiliki sampul berwarna merah terang dengan ilustrasi seorang wanita yang memangku seorang lelaki yang diketahui merupakan gambaran sosok Joko Pinurbo. Ilustrasi ini serupa dengan Patung Pieta karya Michelangelo, di mana patung tersebut menggambarkan Bunda Maria yang memangku tubuh Yesus. Sampul ini diketahui menjadi sebuah gambaran dari salah satu sajak yang disajikan pada buku ini, yakni sajak yang berjudul “Patung Pangku”

Setiap sajak yang disajikan dalam buku Epigram 60 ini memberikan kesan yang segar, karena dapat memperkenalkan sudut pandang baru, yang mana merupakan sudut pandang Joko Pinurbo. Hal ini membuat pembaca dapat lebih memahami kepribadian sang penyair legendaris tersebut. Sajak-sajak dalam buku ini juga dapat memberikan kehangatan dan kebahagiaan tersendiri kepada pembaca.

Kekurangan Buku Epigram 60

Sama seperti buku-buku puisi yang lainnya, kendala yang ditemukan pembaca adalah dalam memahami beberapa sajak. Oleh karena semua sajak dalam buku Epigram 60 ini sangat singkat, sejumlah pembaca menemukan kesulitan dalam menganalisis makna sajak tersebut. Namun, pada dasarnya sajak memang dapat dimaknai secara berbeda-beda oleh setiap individu.

Pesan Moral Buku Epigram 60

Melalui buku epigram 60 ini, Joko Pinurbo ingin mengingatkan pembaca untuk dapat membuat kebahagiaannya sendiri dalam dunia ini. Meskipun banyak kejadian yang mungkin tak sesuai dengan kehendak kita, atau seakan dunia menentang kita, kebahagiaan dapat menjadi sumber penguat kita dalam menjalani hidup ini. Seperti Joko Pinurbo yang menganggap kegembiraan sebagai penguat mental di dunia puisi yang tak memberikan kesejahteraan finansial.

Melalui beberapa puisinya, Joko Pinurbo juga mengingatkan pembaca untuk mensyukuri segala hal, orang-orang, dan situasi yang masih boleh mereka dapatkan pada saat ini. Kemudian, Joko Pinurbo juga mengingatkan untuk senantiasa berkomunikasi dengan Sang Pencipta, dengan cara yang baik. Yang dimaksud dengan cara yang baik adalah dengan tidak berdoa secara terburu-buru.

Nah, itu dia Grameds ulasan buku Epigram 60 karya Joko Pinurbo. Bagi kalian yang penasaran akan 60 sajak karya penyair legendaris Indonesia ini, kalian bisa mendapatkan buku ini hanya di Gramedia.com. Selain buku Epigram 60 ini, Anda juga bisa mendapatkan buku-buku karya Joko Pinurbo yang lain, atau berbagai buku lain di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu siap menyajikan informasi terlengkap dan terbaik bagi Anda. Selamat membaca!

Rating: 4.06

Written by Nandy

Perkenalkan saya Nandy dan saya memiliki ketertarikan dalam dunia menulis. Saya juga suka membaca buku, sehingga beberapa buku yang pernah saya baca akan direview.

Kontak media sosial Linkedin saya Nandy