in ,

6 Contoh Perilaku Optimis dan Manfaatnya

Contoh Perilaku Optimis – Situasi pandemi yang telah menciptakan sejumlah peristiwa ketidakpastian melahirkan pesimisme di masyarakat. Hal ini terjadi karena berbagai usaha yang diupayakan untuk bertahan hidup di tengah kelesuan ekonomi menemui jalan buntu. Belakangan ini, pandangan hidup optimis dianggap tabu bahkan dinilai sebelah mata bagi banyak orang. 

Menjadi optimis pun terlihat seperti pilihan yang sulit dilakukan. Meskipun begitu, berperilaku optimis tetap harus dipertahankan karena studi menemukan orang dengan optimisme hidup lebih lama dibandingkan dengan mereka yang pesimis.

Studi tersebut dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Boston melalui survei terhadap 233 pria selama 24 tahun. Responden diminta untuk menuliskan catatan harian mengenai suasana hati mereka dan situasi stres apapun yang mereka hadapi.

Para peneliti menduga bahwa orang yang optimis memiliki kemungkinan bangkit kembali lebih cepat daripada orang pesimis, dan kembali ke suasana hati yang baik lebih cepat setelah mengalami peristiwa yang membuat stres. Analisis ini juga menunjukkan bahwa orang yang optimis membatasi diri mereka terlibat dalam situasi yang bisa memicu stres, seperti terjebak kemacetan atau berkonflik dengan orang lain. Mereka juga cenderung tidak menganggap atau memberi label ‘stres’ pada situasi yang mereka alami.

Para responden menunjukkan bahwa untuk menjadi lebih optimis mereka perlu mengembangkan kesadaran tentang bagaimana bereaksi secara internal atau menilai suatu situasi. Dengan demikian, pandangan atau perspektif ketika menghadapi sebuah persoalan adalah kunci dari sikap optimis. Sudut pandang ini nantinya berpengaruh pada bagaimana kita merespons suatu peristiwa.

Studi ini juga mendukung riset terdahulu yang menemukan hubungan antara optimisme dan penuaan yang sehat. Sebuah studi selama 11 tahun yang diselesaikan pada tahun 2016 mengukur optimisme dan pesimisme dari 2.267 pria dan wanita di atas 52 tahun seiring bertambahnya usia dan menemukan bahwa mereka yang meninggal karena penyakit jantung koroner lebih pesimis daripada rata-rata responden lainya. Riset lain yang meneliti hubungan antara optimisme dan kesehatan jantung pada 5.100 orang dewasa melaporkan pada tahun 2015 bahwa individu dengan tingkat optimisme tertinggi memiliki peluang dua kali lipat untuk berada dalam kesehatan kardiovaskular yang ideal dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang lebih pesimis. Sebuah studi Harvard mengamati hampir 7.000 orang dewasa dan menemukan orang yang paling optimis memiliki 73% penurunan risiko gagal jantung.

Peneliti menarik garis besar hasil studi mengenai optimisme bahwa orang yang optimis memiliki kelola stres yang baik. Sementara itu, stres sering kali disebut memiliki dampak efektif bagi tubuh, seperti penurunan imun, kesulitan tidur, dan hilangnya nafsu makan. Stres juga dianggap sebagai faktor yang menyebabkan kenaikan risiko sejumlah penyakit.

Berikut ini cara-cara yang Grameds dapat lakukan untuk mengaplikasikan perilaku optimis dalam kehidupan sehari-hari.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Manfaat Perilaku Optimis

Ada beberapa manfaat optimisme yang dipaparkan Conversano, dkk dalam jurnal Optimism and Its Impact on Mental and Physical Well-Being.

Kesehatan Mental

Studi terbaru menemukan korelasi terbalik antara optimisme dan gejala depresi, dan juga antara optimisme dan ide bunuh diri. Dengan demikian, optimisme tampaknya memiliki peran penting dalam hubungan antara perasaan kehilangan harapan dan ide bunuh diri. Optimisme juga erat kaitannya dengan faktor disposisional, yakni faktor internal pada diri seseorang yang berpengaruh pada sifat bawaan seseorang.

Van der Velden, dkk melakukan studi yang mempelajari hubungan antara ‘optimisme disposisional’ dan depresi pada korban bencana alam. Hasilnya menunjukkan bahwa dibandingkan dengan optimisme, sikap pesimis memupuk sedikit harapan di masa depan dan lebih berisiko mengalami gangguan depresi dan kecemasan, dengan penurunan fungsi sosial dan kualitas hidup berikutnya.

Giltay, dkk mengangkat topik tentang penggunaan psikoterapi pada subjek pesimis, sehingga mengembangkan strategi yang efisien untuk melawan depresi. Bukti mengenai hal ini telah muncul dari penelitian yang dilakukan pada korban peristiwa bencana seperti bencana alam. Faktanya telah diamati dalam satu sesi terapi perilaku kognitif, yang ditargetkan untuk meningkatkan rasa kontrol dan mengatasi gangguan yang terjadi setelah bencana alam, dapat berkontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan individu. Lewat terapi ini, korban yang pesimis dibantu untuk mendapatkan kembali kendali atas diri dan hidup mereka.

Kesehatan Fisik

Hubungan antara kesehatan fisik dan optimisme sama pentingnya dengan hubungan antara optimisme dan kesehatan mental yang dijelaskan di atas. Banyak penelitian menemukan bahwa optimisme berkorelasi dengan kesejahteraan fisik yang lebih baik dibandingkan dengan pesimisme. Selain itu, berbeda dengan optimisme, pesimisme berkorelasi dengan keluhan somatik yang berlebihan.

Dalam sebuah penelitian pada populasi subjek lanjut usia dari kedua jenis kelamin, berusia antara 65-85 tahun, Giltay, dkk mencatat bahwa optimisme disposisional mengarah pada lebih sedikit kemungkinan kematian pada umumnya dan kematian kardiovaskular pada khususnya. Data ini telah dikonfirmasi dalam studi longitudinal berikutnya pada populasi laki-laki berusia antara 64-84 tahun di mana korelasi terbalik dilaporkan antara optimisme disposisional dan risiko kematian kardiovaskular.

Matthews, dkk mengamati bahwa dalam tiga tahun setelah menopause, aterosklerosis karotis cenderung berkembang lebih lambat pada perempuan yang optimis dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang pesimis. Mengacu pada pasien onkologi, Schulz, dkk mencatat bahwa skor tinggi pada poin pesimisme LOT (ukuran optimisme disposisional) secara signifikan memprediksi kematian dini pada pasien muda dengan kanker payudara. Di antara pasien dengan kanker leher atau kepala, optimisme menunjukkan kelangsungan hidup yang lebih besar secara signifikan setahun setelah diagnosis bila dibandingkan dengan pesimisme.

tombol beli buku

Keberhasilan Coping

Lazarus dan Opton mendefinisikan coping (koping) sebagai mekanisme dan proses mental yang dilakukan oleh individu sebagai respon adaptif untuk mengurangi stres yang berasal dari situasi yang mengancam. Studi awal Scheier, dkk menemukan hubungan positif yang signifikan antara optimisme dan berbagai aspek kehidupan, seperti strategi koping yang berfokus pada masalah, mencari dukungan sosial dan penekanan aspek positif dari situasi stres.

Optimisme disposisional ditemukan berkorelasi positif dengan strategi koping yang bertujuan untuk menghilangkan, mengurangi atau mengelola faktor pemicu stres (stresor) dan berkorelasi negatif dengan mereka yang mengabaikan, menghindari atau menjauhkan diri dari stresor dan emosi. Selain itu, pilihan strategi koping terbukti konstan sepanjang waktu.

Banyak penelitian telah mengkonfirmasi bahwa orang yang optimis cenderung lebih sering menggunakan strategi koping yang berfokus pada masalah dibandingkan dengan orang yang pesimis. Ketika strategi ini tidak dapat diterapkan, orang yang optimis menggunakan strategi adaptif yang berfokus pada emosi, misalnya, penerimaan, humor, dan penilaian ulang situasi yang positif.

Kualitas Hidup dan Adaptasi Tujuan

Kualitas hidup mengacu pada kondisi hidup individu (kesehatan, kesejahteraan materi, kondisi sosial) dan kepuasan keinginan pribadi, diukur pada skala nilai pribadi. Dengan demikian, kita berhadapan dengan konstruksi multidimensi yang mengintegrasikan indikator objektif dan subjektif, berbagai konteks kehidupan dan nilai-nilai individu yang bervariasi.

Wrosch dan Scheier membuktikan dua variabel yang mampu mempengaruhi kualitas hidup: optimisme dan adaptasi tujuan. Keduanya sebenarnya memberikan peran mendasar dalam adaptasi pada keadaan kritis dalam kehidupan dan tujuan yang ingin dicapai. Ada bukti bahwa orang yang optimis menunjukkan kualitas hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tingkat optimismenya rendah atau bahkan pesimis. Telah ditunjukkan bahwa dengan adanya kondisi patologis yang parah, pasien yang optimis beradaptasi lebih baik terhadap situasi stres dengan dampak positif pada kualitas hidup mereka dibandingkan dengan pasien yang pesimis.

Misalnya, dalam sampel pasien yang menjalani prosedur bypass jantung, optimisme secara signifikan dan positif mempengaruhi kualitas hidup dalam enam bulan setelah operasi. Pasien yang optimis ternyata menunjukkan perbaikan klinis yang lebih cepat selama masa rawat inap dan lebih cepat kembali ke rutinitas sehari-hari setelah keluar dari rumah sakit.

Banyak penelitian telah menggarisbawahi pentingnya kualitas hidup dari kapasitas individu untuk beradaptasi dan memodifikasi tujuannya sendiri sesuai dengan situasi yang berbeda. Kita disarankan untuk menghindari atau mengurangi dampak negatif psikologis dan fisik akibat tidak tercapainya tujuan (misalnya, menjadi sakit meskipun upaya terus-menerus untuk tetap sehat). Kita perlu menerapkan cara-cara beradaptasi yang dimaksudkan untuk melepaskan diri dari tujuan yang tidak dapat direalisasikan dan memusatkan upaya sebagai gantinya pada tujuan yang lebih dapat dicapai.

Individu yang berhasil dalam hal ini menghadirkan kualitas hidup yang lebih baik dan kesehatan fisik yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang memiliki kesulitan lebih besar dalam melepaskan tujuan mereka yang tidak dapat dicapai. Selain itu, mereka yang lebih optimis terhadap masa depan mampu mengelola kesulitan lebih efisien serta mengidentifikasi tujuan baru dalam hidup.

 

tombol beli buku

Contoh Perilaku Optimis

1. Mencari solusi dari setiap permasalahan

Seseorang yang optimis memilih untuk segera bangkit dari keterpurukan. Mereka memiliki kepercayaan bahwa kondisi kesulitan yang tengah mereka alami hanya berlangsung sementara. Mereka juga yakin ada banyak jalan yang tersedia untuk keluar dari kesulitan tersebut.

Daripada berfokus pada permasalahan yang sedang membelit, orang yang optimis lebih senang menyusun berbagai solusi. Apabila mereka gagal melakukan strategi yang sudah mereka susun, mereka akan segera beralih ke rencana selanjutnya.

Orang dengan optimisme sadar bahwa terus memikirkan permasalahan yang mereka alami tentu membutuhkan banyak energi. Mereka enggan membuang banyak energi untuk sesuatu yang tidak berguna, sehingga memusatkan waktu, pikiran, dan tenaga kepada solusi karena dianggap sebagai pilihan yang lebih baik.

2. Memiliki prasangka baik terhadap masa depan

Orang yang pesimis cenderung memikirkan segala kemungkinan terburuk yang bisa terjadi di masa depan. Sebaliknya, orang dengan optimisme percaya bahwa hal baik akan terjadi di masa depan. Namun, bersikap optimis tidak berarti mengabaikan risiko buruk yang mungkin terjadi.

Meskipun masa depan dipenuhi dengan segala ketidakpastian, orang yang optimis menghindari kecemasan dan ketakutan berlebihan akan masa depan yang buruk. Kekhawatiran akan hal yang belum tentu terjadi hanya akan menghalangi kita untuk melangkah maju dan mengupayakan langkah-langkah terbaik.

3. Berekspektasi pada hal baik

Pada tahun 1960 seorang psikolog Harvard bernama Robert Rosenthal melakukan riset kolaborasi dengan kepala sebuah sekolah dasar di San Fransisco bernama Lenore Jacobson untuk menguji teori self-fulfilling prophecy. Teori ini berasumsi bahwa harapan terhadap seseorang dapat menjadi kenyataan karena adanya umpan balik yang positif antara keyakinan dan tindakan. Mereka ingin mengetahui bagaimana ekspektasi guru dapat mempengaruhi performa siswa.

Baik Rosenthal maupun Jacobson memilih dua siswa secara random untuk diuji. Kedua siswa itu diberi tahu bahwa mereka memiliki skor IQ superior dibandingkan teman-teman lainnya. Tentu saja hasil itu tidaklah benar. Namun, sesuai ekspektasi, kedua siswa tersebut menunjukkan performa akademis yang baik.

Kesimpulan dari percobaan tersebut adalah bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh ekspektasi yang diberikan kepadanya. Manusia dapat meningkatkan optimisme sebagai respons atas ekspektasi yang diberikan.

Untuk meningkatkan optimisme dalam diri, kita bisa mencoba mengingat dan mencatat berbagai ekspektasi positif yang disematkan orang lain kepada kita. Secara tidak sadar, kita akan berusaha mewujudkan ekspektasi tersebut dan menerapkan perilaku optimis.

Selain bertindak terhadap ekspektasi orang lain, kita juga bisa menaruh harapan terhadap diri sendiri, misalnya menjadi lebih produktif, atau meningkatkan skor akademis, dsb. Dengan begitu, optimisme dapat terus terjaga dalam diri kita.

tombol beli buku

4. Memetik hal baik dalam setiap permasalahan

Daripada terus larut dan meratapi nasib, orang yang optimis memilih untuk belajar dari setiap permasalahan. Mempelajari pengalaman di masa lalu dapat mencegah kita terjebak dalam kesalahan yang sama.

Selain itu, orang yang optimis juga selalu berusaha melihat hal baik dari setiap kesulitan yang ia alami. Hal ini dikarenakan sudut pandang yang mereka miliki bahwa dibalik permasalahan akan selalu ada pelajaran yang bisa dipetik.

5. Menjaga suasana hati 

Merujuk pada riset yang dilakukan sejumlah peneliti Universitas Boston, menjaga suasana hati merupakan salah satu kunci untuk menjaga optimisme. Ketika menghadapi peristiwa yang membuat stres, orang yang optimis enggan melabel kejadian itu sebagai sebuah permasalahan. Mereka memilih untuk segera mengatasinya agar suasana hatinya tidak terpengaruh.

Selain segera mengatasinya, orang yang optimis juga memilih untuk secepat mungkin melupakan peristiwa tersebut. Sebab, jika terus berlarut dalam pikiran, permasalahan yang dialami seseorang akan mengarah pada stres.

6. Melihat tantangan sebagai kesempatan

Pada umumnya, manusia lebih menyukai kondisi mapan, aman, dan ajeg, sehingga mereka akan sebisa mungkin menghindari tantangan. Sebab, tantangan tidak menjamin kepastian apapun. Banyak yang harus dipertaruhkan saat manusia memilih untuk menghadapi tantangan.

Namun, pada situasi tertentu, manusia tidak dapat menghindari tantangan. Mereka dipaksa untuk menghadapi dan mengatasi tantangan yang diberikan. Contoh yang kerap terjadi adalah bertambahnya target pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan perusahaan.

Orang yang optimis tidak melihat tantangan sebagai beban, justru mereka memandangnya sebagai sebuah kesempatan. Banyak cerita sukses yang diawali dengan tantangan. Selain itu, tantangan adalah elemen yang tidak dapat dipisahkan dari keseharian hidup manusia. Jika kita dihadapkan pada tantangan, kita bisa memandangnya sebagai cara untuk menuju kesuksesan.

 

tombol beli buku

Kesimpulan 

Dalam buku The Optimism Bias: A Tour of The Irrationally Positive Brain, Tali Sharot menyebut bahwa optimisme sangat penting untuk kelangsungan hidup kita sehingga tertanam dalam organ kita yang paling kompleks, otak. Ini menjelaskan bahwa optimisme erat kaitannya dengan pola pikir manusia. Untuk menjadi optimis, kita dituntut untuk selalu memiliki pandangan yang positif atas hidup.

Menjadi positif dalam hidup memang tidak mudah, sebab pikiran manusia juga dipengaruhi oleh faktor-faktor rumit lainnya, seperti pengalaman hidup, latar belakang, bahkan stereotip. Elemen tersebut memenuhi memori dalam otak dan turut membentuk pandangan dan perilaku manusia.

Namun, pikiran dan perilaku sepenuhnya dapat dikontrol oleh manusia. Meskipun sulit, memiliki pandangan positif atas kehidupan bisa dilatih dan membutuhkan kerja keras untuk terus mempertahankannya.

Penulis: Anendya Niervana

Baca Juga!

  1. Mengenal Apa Itu Sikap Optimis
  2. Mengapa Kita Perlu Keluar Dari Zona Nyaman?
  3. Mengenal Apa Itu Sikap Pesimis
  4. Seperti Apa Mindset Orang Sukses?
  5. Kumpulan Kisah Inspiratif
  6. Apa Saja Manfaat Dari Self Talk?
  7. Apa Itu Impian dan Cita-Cita?


ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by R Adinda

Dunia psikologi memang selalu menarik untuk dibahas. Selain menarik, dunia dengan mengetahui dunia psikologi akan membantu seseorang dalam dalam mengenali dirinya sendiri.