in

Realistis: Pengertian dan Teori-Teorinya untuk Jadi Sosok Realistis

unsplash.com

Realistis – Kata realistis tentu tidak terdengar asing di telinga Grameds, kan? Banyak artikel, berita, maupun literasi-literasi yang menggunakan kata realistis. Namun, sebenarnya apa sih maknanya? Simak lebih lanjut dengan membaca artikel ini hingga akhir, ya!

Pengertian Realistis

Realistis merupakan sesuatu hal yang terlihat seperti nyata dan dapat diandalkan. Istilah ini merupakan suatu kenyataan yang memiliki sifat wajar, akan tetapi kenyataan tersebut tidak diwajarkan.

Menurut Bahai Teachings, realistis dapat didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki suatu pemahaman baik terhadap situasi maupun memahami apa yang dapat serta tidak mampu untuk dilakukan. Oleh karena itu, orang-orang yang memiliki konsep ini umumnya dapat diandalkan. Sebab, orang yang memiliki konsep realistis biasanya pandai memahami perasaan seseorang.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) realistis didefinisikan sebagai sesuatu hal yang memiliki sifat nyata atau real dan suatu hal tersebut memiliki sifat wajar.

Menurut laman Harvard Business Review, dijelaskan bahwa realistis merupakan sesuatu hal yang memiliki kecenderungan untuk mengarah pada suatu pandangan situasi yang lebih pragmatis serta aktual, istilah ini dinilai memiliki suatu posisi yang absolut serta tidak dapat terlepas dalam ide, pikiran serta kesadaran seseorang.

Realistis dapat didefinisikan pula sebagai pandangan yang dimiliki oleh seseorang yang mengarah pada suatu fakta yang hadir dalam kehidupan nyata. Seseorang yang memiliki pandangan atau pemikiran ini, maka ia tidak pernah memaksakan suatu kehendak tertentu dan akan selalu berusaha untuk memahami keadaan maupun situasi yang sebenarnya terjadi serta tidak bersikap kolot.

Realistis dapat diartikan sebagai cara berpikir yang dimiliki oleh seseorang dengan penuh perhitungan serta sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang. Sehingga, ada gagasan yang akan dapat diajukan dan tidak hanya angan-angan atau sekadar imajinasi belaka akan tetapi suatu kenyataan.

Seorang wirausahawan, diharuskan memiliki pola pikir realistis, sebab dengan cara berpikir tersebut maka ia mampu mewujudkan apa yang menjadi mimpinya dan tidak ditinggalkan dan menjadi angan-angan saja.

Cek di Balik Pena : Beby Chaesara

Realistis merupakan kondisi, di mana seseorang merasa bahwa ia tidak perlu berpegang pada prinsip dasar dan realistis merupakan cara berpikir yang berbeda dengan idealis.

Realistis

Ciri-Ciri Orang dengan Cara Berpikir Realistis

Seseorang yang memiliki cara berpikir ini akan mampu memahami situasi dan bagaimana cara yang baik untuk memperlakukan seseorang. Ada pula beberapa ciri dari orang yang memiliki pola pikir realistis. Berikut penjelasannya.

1. Mudah diingat oleh orang lain

Seseorang dengan cara berpikir ini, umumnya akan mudah diingat oleh orang lain. Bukan karena penampilan, namun karena cara berpikir dan sikap dari orang realistis. Umumnya orang dengan cara berpikir realistis, ia akan merencanakan hal-hal yang detail ketika akan pergi ke suatu tempat serta membuat rencana cadangan. Karena sikap tersebutlah, orang dengan cara berpikir realistis menjadi mudah untuk diingat orang.

2. Memiliki banyak persiapan

Seseorang dengan cara berpikir ini memiliki banyak persiapan. Pada umumnya, ia akan memiliki banyak barang yang dapat mengantisipasi apabila ada suatu hal yang terjadi secara tidak terduga, seperti tissue, sunscreen, hingga bekal untuk camilan sore.

3. Pintar dalam memberikan nasihat

Sebagai sosok yang memiliki cara berpikir ini, ia mampu memberikan nasihat bijak dan nyata ketika melihat suatu keadaan. Sehingga, orang realistis dinilai pandai memberikan nasihat.

4. Memiliki pendirian yang teguh

Seseorang yang memiliki cara berpikir realistis adalah seseorang dengan pendirian teguh. Ketika mempersiapkan banyak hal dan merencanakan sesuatu, orang dengan cara berpikir ini akan teguh pendirian untuk membawa barang yang dinilai orang lain tidak perlu, seperti membawa payung ketika cuaca panas.

Hal ini dikarenakan ia berusaha untuk menghindari situasi terburuk.

5. Memiliki sikap santai

Meskipun memiliki banyak persiapan dan perencanaan dan mungkin terkesan sedikit lebih ‘ribet’ dibandingkan orang lain, akan tetapi orang dengan cara berpikir ini cenderung memiliki sikap santai.

Hal ini dikarenakan ia cenderung siap menghadapi hal-hal tidak terduga, sebab sebelumnya ia telah melakukan banyak persiapan. Sehingga ketika hal tidak terduga itu terjadi, ia telah siap menghadapi situasi tersebut.

6. Memahami perasaan orang lain

Sebagai orang dengan cara berpikir yang realistis, ia cenderung lebih mudah memahami perasaan orang lain dan memilih untuk berhati-hati agar tidak menyakiti perasaan orang lain.

7. Menghindari konflik atau drama

Dibandingkan terlibat dalam drama yang sulit dipecahkan atau membuat pusing, orang dengan cara berpikir realistis akan berusaha menghindar dari drama dan menghindar dari orang-orang yang seringkali bersikap tidak rasional, karena hal itu akan membuatnya merasa kesal.

8. Mampu diandalkan

Sebagai penasihat yang baik, orang dengan cara berpikir realistis pun mampu diandalkan. Sebab ia bisa menjadi seorang mediator yang baik dan berpikir dengan cara rasional untuk melihat kedua sisi.

Apa Hubungan Berpikir Realistis dengan Idealisme?

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa cara berpikir realistis dengan idealisme adalah dua hal yang berbeda. Lantas apakah keduanya memiliki hubungan satu sama lain?

Berpikir dengan realistis artinya seseorang akan melihat situasi dengan cermat untuk melihat suatu peluang. Oleh karena itu, seseorang dengan cara berpikir realistis terkadang bisa menjadi apa saja yang ia mau, asalkan ia menginginkan hal tersebut.

Hal ini dikarenakan orang yang memiliki cara berpikir realistis umumnya memiliki etos kerja yang tinggi, serta tidak memilih-milih pekerjaan apa yang ingin ia kerjakan. Sehingga, orang realistis lebih mudah untuk mencapai sesuatu.

Orang dengan cara berpikir realistis terkadang berpikir, bahwa suatu idealisme tidak sesuai dengan kondisi yang ada pada masyarakat dan sulit untuk disamakan dengan teori-teori ilmu pengetahuan. Sehingga, terkadang orang realistis tetap mampu melakukan kesalahan yang tidak sesuai dengan norma hidup.

Sedangkan sisi idealis yang dimiliki oleh seseorang ialah ketika ia sangat berpegang teguh pada idealisme yang ia percayai dan menerapkan idealisme tersebut dalam kehidupan sehari-hatinya.

Seorang individu yang idealis umumnya memiliki pendapat yang sulit untuk dipatahkan, ia juga sosok yang kaku dalam sudut pandangnya. Akan tetapi sosok idealis memiliki sisi positif juga, yaitu tidak goyah untuk melakukan hal-hal yang dinilai telah melenceng dan negatif oleh masyarakat. Sebab, orang idealis akan berusaha mendorong orang lain untuk ikut belajar, agar orang lain memiliki prinsip atau pemahaman yang sama dengannya. Sosok idealis juga adalah seseorang yang kritis, tidak mudah dipengaruhi serta teguh pada prinsipnya.

Orang Biasa Nggak Paham!: Inilah 40 Cara Berpikir Dan Menyik

Teori Konflik Realistis

Taylor dan Moghddam pada tahun 1994 menjelaskan bahwa peristiwa Robers Cave ketika ia menirukan beragam jenis konflik yang terjadi saat itu, rupanya membuat banyak orang di seluruh dunia merasa resah. Hal ini dikarenakan, konflik-konflik yang ia tiru saat itu dinilai sebagai sebuah kompetisi. Di mana ia memasukan orang pada kelompok kecil, kemudian menciptakan suatu perdebatan di antara kelompok dan menciptakan konflik hingga konflik itu terjadi.

Pandangan ketika persaingan yang terjadi secara langsung pada sumber daya terbatas bahwa akan menghasilkan permusuhan pada kelompok-kelompok kecil, disebut dengan teori konflik realistik.

Contoh dari teori konflik realistis ialah dalam hal ekonomi. Ketika ada satu kelompok yang mampu membayar untuk mendapatkan tempat tinggal, pekerjaan hingga kekuasan, sedangkan kelompok lainnya tidak mampu. Sehingga, ketidakmampuan dari kelompok lain akan membuat kelompok tersebut merasa kesal, frustasi bahkan hingga merasa terancam dari kelompok yang mampu.

Apabila dibiarkan, maka konflik tersebut pun bisa memuncak. Kemungkinan besar yang dapat menyebabkan konflik semakin memuncak, ialah karena ada banyak prasangka yang didorong oleh realitas persaingan.

Apabila teori realitas konflik benar, maka prasangka yang timbul kemungkinan ditemukan hanya ada di antara orang-orang yang merasa takut, bahwa kualitas hidupnya tengah terancam karena kelompok lain.

Contohnya adalah kasus rasisme, di mana muncul ketegangan antara ras satu dengan lainnya karena salah satunya merasa terancam dengan kehadiran ras lain. Sehingga salah satu cara yang dianggap ampuh untuk menangani permasalahan rasisme, ialah dengan mengurangi pengeluaran dari salah satu ras yang merasa dikecewakan.

Teori Identitas Sosial

Free Close-up of Hand Holding Text over Black Background Stock Photo

Sumber: Pexels.com

Pertanyaan mengenai identitas sosial, pertama kali berkembang pada studi anak-anak di Bristol, Inggris yang pertama dilakukan oleh Henry Tajfel serta rekannya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Tajfel dan rekan-rekannya tersebut, dirancang suatu kelompok minimal atau kelompok kecil yang telah dikategorikan dalam hal-hal kecil yang memiliki kesamaan penting.

Over estimate dari Tajfel serta under estimate kemudian menjadi istilah yang sama, tidak berbeda, tidak memiliki sejarah antagonisme, serta tidak memiliki persaingan dalam hal sumber daya yang terbatas bahkan dinilai tidak saling memiliki hubungan. Akan tetapi, tetap menjadi subjek yang konsisten untuk mengalokasikan nilai lebih pada anggota dari kelompoknya dibandingkan dengan kelompok lain, di mana ia tidak ikut dalam kelompok tersebut.

Pola diskriminasi ini disebut sebagai sifat favoritisme in group serta telah ditemukan pada studi lain yang diadakan oleh banyak negara. Para peneliti juga membuat etnosentris serta atribusi demi melihat keberhasilan serta kegagalan anggota in group sesama dibandingkan orang lain.

Bagaimana Cara Menjadi Sosok yang Realistis?

Free Man With Binary Code Projected on His Face Stock Photo

Sumber: Pexels.com

Orang-orang cenderung dinilai lebih bahagia, ketika ia lebih mengedepankan fakta atau sifat realistis yang ada dalam dirinya, dibandingkan terus-terusan melihat sisi imaji yang ia harapkan terjadi. Nah, bagaimana sih cara agar Grameds bisa menjadi sosok yang lebih realistis dan mendapatkan beragam manfaat sebagai sosok realistis? Simak penjelasannya ya!

1. Berhenti berusaha memaksakan pendapat pribadi

Ketika seseorang dihadapkan pada suatu perdebatan, baik itu dalam hal pekerjaan atau lainnya, maka seseorang akan cenderung memaksakan pendapat yang ia percayai.

Namun, bagi orang yang memiliki cara pandang realistis, ia akan lebih mengedepankan pendapat dari banyak orang, sehingga debat yang terjadi tidak terlihat terlalu ekstrim. Orang realistis juga cenderung mengontrol opini dan pendapat ekstrem yang ia pikirkan mengenai suatu hal.

Ketika seseorang memaksakan pendapatnya, maka ia cenderung tidak mampu melihat apa yang sebenarnya terjadi. Sehingga, lebih baik untuk mempertimbangkan situasi yang terjadi baru mengeluarkan pendapat. Hal ini dikarenakan realistis memiliki kaitan dengan membuat keputusan sesuai dengan apa yang terjadi dalam kehidupan nyata.

2. Tidak terburu-buru, membiarkan waktu berjalan

Bagi mayoritas orang, mereka terburu-buru mengenai segala hal dan ingin segera memiliki segala sesuatu yang diimpikan serta mencapai kesuksesan.

Akan tetapi, seseorang perlu sadar bahwa untuk mewujudkan apa yang ia impikan serta mencapai suatu kesuksesan dibutuhkan waktu dan tidak dapat terjadi secara instan.

Pengalaman serta pelajaran hidup untuk mencapai kesuksesan atau mewujudkan impian seseorang tentu akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Akan tetapi, banyak orang tidak paham dan bersikap tidak realistis, sehingga menuntut pencapaian yang besar dalam waktu singkat. Akibatnya, banyak orang terlibat dan terjerumus dalam penipuan yang memberikan iming-iming hadiah atau uang yang besar.

Oleh karena itu, berpikir secara realistis sangatlah perlu, sebab mencapai hal yang besar membutuhkan waktu, juga kesabaran untuk mewujudkan impian-impian seseorang.

3. Membuat keputusan dengan bijak dan tidak gegabah

Agar menjadi sosok yang realistis, maka seseorang harus mampu membuat keputusan dengan bijak serta memikirkan bagaimana cara mengungkapkan ekspresi atau pendapat sehingga akan memiliki dampak pada hasilnya. Terutama mengenai bersikap secara realistis dan logis.

Apabila seseorang tidak berhati-hati serta tidak bijak dalam membuat keputusan, maka ia tidak akan mampu memperhatikan serta mempertimbangkan hal-hal lain. Ketika seseorang membuat keputusan tanpa terburu-buru serta dengan pikiran atau pertimbangan yang realistis, maka risiko yang ditimbulkan pun bisa diminimalisir. Karena, berpikir realistis ialah dengan membiarkan sesuatu hal berjalan tanpa memaksakan sesuatu.

4. Bersikap lebih rendah hati

Selain dengan berpikir dan bersikap lebih realistis, untuk menjadi sosok yang realistis, seseorang pun harus memiliki kerendahan hati. Ketika seseorang bersikap rendah hati, maka ia akan memastikan bahwa dirinya berada dalam perspektif yang tidak sesuai.

5. Menghindari berimajinasi secara berlebihan

Terkadang hal yang menghambat seseorang untuk bersikap lebih realistis adalah karena imajinasi serta harapannya. Imajinasi yang luar bisa dapat membuat seseorang memiliki mimpi serta harapan dan ide menarik. Akan tetapi, imajinasi yang terlalu berlebihan tentu tidak akan berbuah baik untuk diri sendiri.

Berpikir realistis adalah dengan merencanakan tujuan hidup dengan melalui pertimbangan-pertimbangan serta tidak hanya berdasarkan imajinasi saja. Apabila memiliki imajinasi, maka buatlah suatu rencana yang lebih matang serta realistis, agar imajinasi tersebut dapat terwujud menjadi nyata dan tidak sekadar angan belaka.

6. Meluapkan emosi

Setiap orang tentu pernah melakukan kesalahan dan pasti pernah kehilangan kendali, begitu pula dengan orang-orang realistis. Meskipun Grameds berusaha untuk berpikir, akan tetapi meluapkan emosi tidak ada salahnya.

Sebab ketika seseorang menunjukan rasa sedih, kecewa, frustrasi, gembira maupun emosi lainnya itulah ketika seseorang menjadi realistis, bahwa sebenarnya ia adalah manusia biasa yang merasakan beragam emosi.

Beragam ekspresi boleh diluapkan dan ketika seseorang berusaha untuk menahan emosi-emosi tertentu, maka hal ini justru menjadi tidak sehat bagi mental seseorang. Berpikir secara realistis adalah dengan mendorong diri sendiri untuk menjadi sosok yang lebih ekspresif serta mampu mengontrol emosi dengan baik.

Realitas

Itulah penjelasan mengenai apa itu realistis, pengertian, teori yang terkait, serta cara Grameds agar mampu menjadi sosok yang lebih realistis. Apabila Grameds tertarik untuk mengulik lebih dalam, kamu bisa membaca buku yang tersedia di gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia selalu menyediakan produk terbaik, agar kamu memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Khansa

BACA JUGA:



ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah."

logo eperpus

  • Custom log
  • Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas
  • Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda
  • Tersedia dalam platform Android dan IOS
  • Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis
  • Laporan statistik lengkap
  • Aplikasi aman, praktis, dan efisien

Written by Sevilla

Saya hampir selalu menulis, setiap hari. Saya mulai merasa bahwa “saya” adalah menulis. Ketertarikan saya dalam dunia kata beriringan dengan tentang kesehatan, khususnya kesehatan mental. Membaca dan menulis berbagai hal tentang kesehatan mental telah membantu saya menjadi pribadi yang lebih perhatian dan saya akan terus melakukannya.

Kontak media sosial Linkedin saya Sevilla