Sosial Budaya

4 Kasta Di India dan Mengenal Kasta Dalit

Written by Umam

Kasta Di India – Dewasa ini, masyarakat di berbagai negara sudah semakin sadar akan kesetaraan sosial yang berlaku tidak hanya di kota saja, tetapi juga di desa. Maksudnya, semua orang yang berada di suatu kelompok masyarakat memiliki kedudukan dan status yang sama untuk memperoleh haknya. Indonesia termasuk negara yang turut menggalakkan adanya sistem kesetaraan sosial ini, yang bahkan turut diatur juga dalam Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar negara. Sayangnya, negara tetangga yakni India justru masih menganut hal sebaliknya, yakni dengan adanya sistem kasta. Yap, sistem kasta ini menjadi bentuk nyata dari ketidaksetaraan sosial di masyarakat.

Grameds pasti sudah sering mendengar apa saja kasta yang ada di India. Mulai dari kasta tertinggi yaitu Brahmana, kemudian ada kasta Ksatria, lalu ada kasta Waisya, dan terakhir ada Sudra. Umumnya, masyarakat memang mengetahui adanya 4 kasta ini saja. Padahal sebenarnya, masih ada kasta Dalit sebagai kasta terendah dan dianggap “tak tersentuh”. Bahkan saking “rendahnya”, ketimpangan sosial begitu terjadi secara nyata pada kasta Dalit tersebut.

Lantas, apa saja sih sistem kasta di India itu? Bagaimana sejarah dari munculnya sistem kasta di India ini? Bagaimana pula rasanya menjadi manusia yang berada di kasta tertinggi maupun kasta terendah di India? Supaya Grameds benar-benar ingin tahu akan hal-hal tersebut, yuk simak ulasan berikut ini!

https://medium.com/

Apa Itu Sistem Kasta di India

https://www.abc.net.au/

Jika melihat pada Dictionary of American English, kasta alias caste ini memiliki definisi sebagai “…is a group resulting from division of society based on class differences of wealth, rank, rights, profession, or job”. Singkatnya, kasta adalah sebutan strata sosial yang membagi adanya kelas, ras, keturunan, golongan di suatu masyarakat. Selama berabad-abad, keberadaan kasta di India ini seolah mendikte hampir seluruh aspek kehidupan manusia, yakni dengan masing-masing kelompok (kasta) akan menempati tempat tertentu dalam hierarki masyarakat.

Negara India menjadi sebuah negara di Asia Selatan yang hingga saat ini masih menganut sistem kasta sebagai strata sosial yang paling rumit di dunia. Penyebutan “kasta” diklaim muncul pertama kali oleh orang-orang Portugal untuk menunjukkan adanya klasifikasi sosial di Hindustan ini. Keberadaan sistem kasta di India diyakini sudah ada sejak kedatangan para orang-orang berbahasa Arya ke wilayah India.

Singkatnya, melalui sistem kasta ini seluruh masyarakat India terbagi menjadi 4 strata sosial. Kasta tertinggi adalah Brahmana yang sebagian besar berprofesi sebagai pendeta. Kasta kedua adalah Ksatria yang didominasi oleh para tentara dan pemimpin pemerintahan. Kasta ketiga ada Waisya yang merupakan para pedagang dan petani. Terakhir ada kasta Sudra yang didominasi oleh para pengrajin dan buruh. Pada kasta Brahmana, Ksatria, dan Waisya lebih dikelompokkan lagi sebagai Tri Wangsa.

Sebenarnya, masih ada satu lagi kasta yang dianggap paling rendah statusnya, yakni Dalit (menurut bahasa artinya adalah ‘tertindas’). Kasta dalit ini berkembang sebagai kelompok sosial yang paling rentan mendapatkan perlakuan tidak manusiawi dan bahkan disebut sebagai untouchables alias ‘tak tersentuh’. Uniknya, meskipun kasta Dalit dianggap sebagai kasta paling rendah, tetapi pada tahun 1997 ketika India tengah merayakan 50 tahun kemerdekaannya, K.R Narayanan terpilih menjadi presiden pertama. Sedikit trivia saja nih, K.R Narayan adalah orang dari kasta Dalit yang berhasil menduduki kursi pemerintahan. Sayangnya, hingga saat ini diskriminasi terhadap kasta Dalit masih tetap ada, terutama di daerah pedesaan.

Para ahli sosial mengklaim bahwa keberadaan sistem kasta di India justru merujuk pada karakteristik bawaan dan yang diwariskan. Secara tidak langsung, sistem kasta di India menjadi sebuah tatanan yang membagi seluruh masyarakat India ke dalam kelompok-kelompok endogami dengan keanggotaan herediter. Tidak hanya membagi saja, sistem strata sosial ini juga dapat memisahkan sekaligus menghubungkan satu sama lain dengan adanya 3 karakteristik yakni:

  1. Pemisahan yang menyangkut perkawinan dan kontrak.
  2. Pembagian kerja dalam setiap kelompok yang mewakili suatu profesi tertentu
  3. Mengurutkan kelompok menjadi skala yang membagi mereka menjadi kasta tinggi dan kasta renda.

Keberadaan kasta ini sebenarnya juga diterapkan kok di India, tepatnya di wilayah Bali. Mengingat masyarakat Bali didominasi oleh agama Hindu yang mengadopsi unsur-unsurnya dari negara Hindustan tersebut. Bukti penerapan sistem kasta di Bali adalah dengan pemberian nama anak-anak yang didasarkan pada kasta keluarga mereka. Sebutan sistem kasta tersebut adalah Catur Warna Hindu yang tentu saja tidak serumit di India dan masih berlaku sewajarnya tanpa adanya diskriminasi secara berlebihan.

Sejarah Sistem Kasta di India

Dilansir dari beberapa sumber, sebenarnya tidak ada yang tahu secara pasti kapan awal mula sistem kasta di India ini muncul. Hanya saja, tulisan mengenai sistem kasta muncul dalam sebuah teks Sansekerta yang sekaligus menjadi kitab suci agama Hindu, yakni Veda. Lalu, ada pula Rgveda yang menjadi kitab sebelumnya, bahkan jarang menyebutkan adanya perbedaan kasta yang berlaku di masyarakat alias mobilitas sosial berjalan pada umumnya saja.

Menurut koran-jakarta, apabila kita meminta seorang Hindu menjelaskan bagaimana sih asal-usul dari sistem kasta di India, pasti mereka akan menceritakan tentang kisah Brahma. Dalam kepercayaan Hindu, Brahma adalah dewa berkepala empat dan bertangan empat yang dipercayai sebagai pencipta alam semesta ini.

Nah, masing-masing “sosok” muncul dari bagian-bagian tubuh Brahma. Sosok pendeta atau yang dianggap sebagai guru “muncul” dari mulut Sang Brahma. Lalu, penguasa dan para pejuang “muncul” dari lengan Sang Brahma. Sementara para pedagang “muncul” dari lengan Sang Brahma. Terakhir, para pekerja dan petani yang merawat sawah “muncul” dari lengan Sang Brahma. Empat bagian tubuh Sang Brahma tersebut dipercayai sebagai awal mula terbentuk sistem kasta di India, yakni ada Brahmana, Kshatriya, Vaisya, dan Sudra.

Sementara itu menurut EFerrit, menyatakan bahwa sistem kasta di India sudah ada sejak Dinasti Gupta yang berdiri pada 320-550 M. Uniknya, dinasti ini justru didirikan oleh kasta Waisya yang mayoritas adalah para pedagang, bukan Ksatria yang mayoritas berperan sebagai para pejuang. Seiring berjalannya waktu, agama Islam masuk ke India dan menyebabkan berkurangnya kekuasaan kasta Brahmana sebagai pendeta. Bahkan kala itu, kasta Waisya dan Sudra pun seolah hampir menyatu satu sama lain.

Dalam kitab suci Weda, sebenarnya istilah sistem kasta ini tidak ada, hanya saja disebut sebagai Catur Warna. Yap, Catur Warna ini lebih membagi masyarakat berdasarkan Swadharma (profesi) atau wilayah kerja masing-masing individu. Selain itu, dalam kehidupan masyarakat India sejak lama pun sudah ada sistem kekerabatan yang diatur garis keturunan disebut sebagai Wangsa. Sebelumnya, sudah dijelaskan bahwa kasta Brahmana, Ksatria, dan Waisya itu dikelompokkan lagi sebagai Triwangsa. Hal tersebut karena 3 kasta tersebut dalam proses kelahirannya akan diadakan upacara dengan prosesi penyucian.

4 Kasta Resmi di India

https://sites.google.com/

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa 4 kasta resmi di India yakni Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Penyebutan resmi disini maksudnya adalah kasta yang tidak disepelekan oleh masyarakat lain dan tetap menjalani hidup sewajarnya manusia. Hal tersebut karena ternyata masih ada satu lagi kasta yang dianggap untouchables alias tak tersentuh yakni kasta Dalit.

1. Brahmana

https://www.myindiamyglory.com/

Kasta Brahmana adalah kasta tertinggi di India yang didominasi oleh para golongan cendekiawan di bidang pengetahuan, adat, hingga keagamaan. Singkatnya, kasta ini adalah milik para pendeta sebagai cendekiawan di bidang keagamaan dan guru sebagai cendekiawan di bidang pengetahuan. Umumnya, kaum kasta Brahmana ini adalah seorang vegetarian sehingga mereka tidak suka mengkonsumsi makanan berdarah atau bernyawa seperti hewan. Sekalipun mereka mengkonsumsi makanan hewani, pastilah yang tinggal di pegunungan atau gurun dimana produksi makanan tersebut sangat langka.

Bagi kaum kasta Brahmana, kegiatan yang paling dilarang adalah membuat senjata, menyembelih hewan, menjual racun, menjebak satwa liar, dan hal-hal lain yang berkenaan dengan kematian. Berkat kemampuan penguasaan ilmunya, pada zaman dahulu masyarakat selalu bertanya mengenai hal apapun kepada kaum Brahmana, tak terkecuali tentang gejala alam yang terjadi. Tak jarang, kaum kasta Brahmana akan ditunjuk sebagai pemimpin dalam sebuah kegiatan upacara keagamaan.

Dilansir dari nationalgeographic,  kaum kasta Brahmana ternyata tidak hanya berprofesi sebagai cendekiawan agama dan guru saja, tetapi juga dapat melaksanakan tugas sebagai pejuang, pedagang, hingga petani. Pada tahun 1600-1800 tepatnya pada akhir masa pemerintahan Dinasti Maratha, kaum kasta Brahmana kebanyakan menjabat sebagai administrator pemerintah dan pemimpin militer.

Saat ini, jumlah kaum kasta Brahmana ada sekitar 5% dari total populasi India. Pernah dilakukan sebuah survey di seluruh keluarga kasta Brahmana di abad ke-20, menemukan fakta bahwa ternyata kurang dari 10% mereka bekerja sebagai pendeta. Artinya, sebagian besar kaum kasta Brahmana bermata pencaharian pada hal-hal yang berhubungan dengan kasta rendah, seperti bertani, memotong batu, dan bekerja di industri jasa. Meskipun terlihat normal, hal tersebut justru dianggap sebagai keadaan yang tidak baik. Yap, pekerjaan “rendahan” seperti itu dianggap menghalangi tugas Brahmana yang berhubungan dengan cendekiawan agama. Bahkan jika seorang Brahmana mulai melakukan pekerjaan bertani, dirinya akan dianggap telah terkontaminasi secara ritual dan dilarang memasuki imamat.

2. Ksatria

https://indiafacts.org/

Kasta di India yang kedua adalah Ksatria. Kasta ini berisikan para anggota militer, bangsawan, kepala dan anggota di suatu lembaga pemerintahan. Meskipun dianggap sebagai bangsawan, tetapi mereka tidak memiliki harta pribadi, melainkan hartanya adalah milik negara. Pada zaman dahulu, kasta Ksatria ini didominasi oleh para bangsawan dan tokoh masyarakat yang bertugas sebagai penegak keamanan, keadilan, pemimpin masyarakat, hingga pembela kaum tertindas. Hal ini merujuk pada tentara dan raja.

Sementara di zaman sekarang, kasta Ksatria masih tetap berhubungan dengan profesi di lembaga pemerintahan. Mulai dari pemimpin negara, penegak hukum, prajurit keadilan, hingga tokoh masyarakat. Itulah sebabnya, para anggota lembaga pemerintahan banyak yang berasal dari kasta Ksatria.

3. Waisya

https://wikimedia.org/

Kasta di India yang ketiga adalah Waisya. Kasta ini didominasi oleh mereka yang memiliki bisnis dan harta benda dari usahanya sendiri, sebut saja petani, nelayan, seniman, pedagang, wirausaha, dan lainnya. Kasta Waisya masih termasuk dalam Tri Wangsa bersama dengan kasta Brahmana dan Ksatria yang berperan sebagai pilar penciptaan kemakmuran di masyarakat.

Bakat yang dimiliki oleh para kaum kasta Waisya adalah tekun, penuh perhitungan, hemat, cermat, terampil, dan kemampuan untuk mengelola aset. Yap, kaum kasta Waisya pasti identik dengan kaum pedagang yang berperan besar dalam penyelenggaraan kegiatan ekonomi dan bisnis.

4. Sudra

https://wikimedia.org/

Kasta di India yang keempat adalah Sudra dan berperan sebagai pelayan bagi ketiga kasta di atasnya. Biasanya, kasta Sudra ini didominasi oleh mereka yang bekerja sebagai buruh dan pelayan. Sedikit trivia saja nih, kasta Sudra menjadi kasta yang paling banyak terdapat di Bali alias sekitar 90% dari jumlah penduduk Bali.

Bakat yang dimiliki para kaum kasta Sudra ini adalah kekuatan jasmani, tekun, dan taat terhadap pemimpinnya. Tugas utamanya pun tetap berhubungan dengan tugas-tugas yang memakmurkan masyarakat tetapi atas petunjuk dari golongan di atasnya.

Mengenal Kasta Dalit Sebagai Kastra Terendah di India

https://www.abc.net.au/

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, di India masih terdapat satu kasta yang dianggap untouchables alias ‘tak tersentuh’, yakni kasta Dalit.  Menurut bahasa, kata “Dalit” berarti ‘tertindas’, sehingga sering  mendapatkan perlakuan tidak manusiawi. Dilansir dari website Antropologi Unair, kasta Dalit ini ditempatkan di paling bawah dan bahkan “haram” untuk disentuh karena mereka tidak memiliki varna. Menurut keyakinan Hindu, varna adalah proses penciptaan manusia yang berasal dari bagian-bagian tubuh dari Dewa Purusha. Nah, penciptaan kaum Dalit ini diyakini di luar sistem Vana sehingga dilarang untuk melakukan segala pekerjaan manusia pada umumnya, kecuali yang rendah nilainya. Selain dianggap sebagai untouchables alias ‘tak tersentuh’, kasta Dalit juga dikenal dengan nama “kaum tak berkasta”.

Diskriminasi tentu saja banyak dilakukan terhadap kasta Dalit ini, terutama yang tinggal di pedesaan. Di sana, mereka dianggap sebagai manusia paling hina dan haram sehingga hidupnya sangat menderita sekaligus terpuruk. Mereka akan bekerja sebagai gelandangan, pengemis, pembersih saluran air, hingga pemulung kotoran manusia. Kehidupan kasta Dalit ini pernah diliput oleh BBC News Indonesia, yang dipekerjakan oleh masyarakat untuk mengumpulkan kotoran manusia dengan tangan kosong. Yap, sebegitu rendahnya kasta Dalit di mata masyarakat India.

Bagi masyarakat umum, kaum Dalit dianggap “pantas” mengerjakan pekerjaan rendahan sekalipun memulung kotoran manusia dengan tangan kosong dan tanpa proteksi perlindungan kesehatan. Bahkan di wilayah India Utara, kasta Dalit ini justru diasingkan dan disudutkan oleh masyarakat sejak waktu lama. Misalkan saja kaum Dalit ini mendirikan toko, pasti tidak akan ada seorangpun yang membeli karena toko tersebut milik kaum Dalit.

Mirisnya, sebagian besar korban diskriminasi terhadap kasta Dalit itu adalah kaum wanita. Mereka tidak hanya menderita asma dan malaria saja, tetapi juga rentan terhadap kekerasan dan pemerkosaan. Sebenarnya, sudah banyak artikel jurnal penelitian yang membahas tentang diskriminasi terhadap perempuan Dalit ini, salah satunya berjudul “Analisis Kekerasan Kultural Pada Perempuan Dalit India Di Era Pemerintahan Narendra Modi” oleh Santria Agusti.

Perempuan yang lahir di kasta Dalit seolah mendapatkan kerugian dua kali lipat. Mengingat negara India begitu tunduk pada sistem patriarki dan kasta Dalit sendiri dianggap sebagai kasta rendahan. Tidak hanya harus terlibat dalam pekerjaan fisik saja, tetapi perempuan kasta Dalit rentan mendapatkan kesulitan untuk akses pendidikan, pelecehan baik secara verbal dan seksual, pembunuhan, hingga pemerkosaan. Adanya status untouchables alias ‘tak tersentuh’ menjadikan perempuan kasta Dalit dianggap “wajar” untuk mendapatkan perlakuan semena-mena tersebut. Padahal, hal tersebut jelas saja melanggar HAM yang dimilikinya.

Perempuan kaum Dalit dilarang untuk banyak hal, sebut saja untuk memasuki tempat ibadah, mengakses sumber air, hingga berjalan di jalan umum. Yap, jalan umum yang biasa dilewati oleh orang-orang dari kasta atas itu dilarang untuk dilewati oleh para kasta Dalit. Tidak hanya itu saja, diskriminasi ini juga meluas hingga dilarangnya kaum Dalit mendapatkan akses masuk rumah sakit, bekerja di lembaga pemerintahan, hingga sulitnya mengakses pendidikan. Mirisnya lagi, jika seorang perempuan kaum Dalit dibunuh oleh seseorang dari kasta di atasnya, maka itu dianggap sebagai pelanggaran ringan dan diartikan sebagai pembunuhan terhadap binatang.

Nah, itulah ulasan mengenai apa saja kasta di India dan keberadaan kasta Dalit yang dianggap begitu hina untuk didekati. Apakah Grameds setuju dengan keberadaan sistem kasta yang membagi strata sosial di India ini?

Sumber:

https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17298/2/T2_752016004_BAB%20II.pdf

Agusti, Santria. (2022). Analisis Kekerasan Kultural Pada Perempuan Dalit India di Era Pemerintahan Narendra Modi. Universitas Islam Indonesia. Skripsi.

Ulum, Raudatul. (2018). Institusi Minoritas dan Struktur Sosial di India. Jurnal Multikultural & Multireligius, Vol 17. 

Baca Juga!

About the author

Umam

Perkenalkan saya Umam dan memiliki hobi menulis. Saya juga senang menulis tema sosial budaya. Sebelum membuat tulisan, saya akan melakukan riset terlebih dahulu agar tulisan yang dihasilkan bisa lebih menarik dan mudah dipahami.