Sosial Budaya

Memahami 3 Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk

Written by Umam

Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk – Manusia sejatinya tak bisa hidup sendirian. Hal itu yang menjadikan manusia selalu hidup bersosialisasi dengan manusia lainnya dalam melangsungkan kehidupannya, adapun untuk sekumpulan orang yang mendiami suatu tempat, baik itu kampung, pulau, negeri dan lain sebagainya disebut sebagai penduduk.

Setiap orang memerlukan kartu identitas dalam kewarganegaraan yang nantinya kartu tersebut akan digunakan sebagai bukti yang menjelaskan identitas dan di mana tempat ia tinggal. Hingga pada akhirnya memunculkan berbagai ragam sistem pengaturan untuk menggolongkan penduduk.

Selain itu, jumlah penduduk yang ada pada suatu wilayah pun tak selalu sama dan jumlahnya pun akan selalu berubah. Hal ini dapat terjadi karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk. Bagi sebagian orang mungkin sudah tahu apa saja faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk.

Tapi tenang, untuk Grameds yang belum tahu akan hal itu, akan mengetahuinya lewat pembahasan ini. Jadi, tunggu apalagi, tetap simak ulasannya sampai selesai, ya.

Apa Saja Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk?

Faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk

Foto oleh Riccardo dari Pexels

Berikut ini merupakan berbagai faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk menurut Mantra (2012) yang dijelaskan dalam bukunya dengan judul ‘Demografi Umum.’

1. Kelahiran (Fertilitas)

Fertilitas merupakan terlepasnya bayi dari rahim seseorang serta memiliki tanda-tanda kehidupan. Disebutkan pula bahwa bila bayi yang lahir tidak selamat atau tidak berhasil hidup, maka tak dihitung sebagai fertilitas. Kelahiran juga mempunyai beberapa faktor yang mempengaruhinya dan faktor pendukungnya biasa disebut dengan istilah pro-natalitas.

Melansir dari dari situs Ruang Guru, pro-natalitas bisa berupa pernikahan usia dini serta berbagai anggapan atau mitos-mitos baik yang dipercaya akan terjadi saat telah menikah. Selain itu, di sisi lain terdapat pula istilah anti-natalitas, yakni berbagai faktor yang menjadi penghambat kelahiran. Kasus kelahiran rendah umumnya dikarenakan berhasilnya program Keluarga Berencana (KB), aturan batasan usia menikah, serta pola pikir mengenai menunda pernikahan.

2. Kematian (Mortalitas)

Mortalitas atau kematian merupakan sebuah situasi di mana seseorang kehilangan tanda-tanda kehidupannya. Mantra (2012) menjelaskan bahwa tinggi atau rendahnya tingkat mortalitas penduduk juga bisa menjadi sebuah indikator bagi kualitas kesehatan di daerah tersebut. Bila kualitas kesehatan di suatu daerah tergolong rendah, biasanya tingkat mortalitas di daerah tersebut akan tinggi dan begitu pula sebaliknya.

3. Migrasi Penduduk

Migrasi penduduk merupakan masuk dan keluarnya penduduk atau berpindahnya tempat tinggal penduduk dari suatu tempay. Dijelaskan bahwa migrasi merupakan tempat tinggal mobilitas penduduk secara geografis yang meliputi seluruh gerakan penduduk yang melalui batas wilayah dalam periode tertentu.

Migrasi secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yakni migrasi nasional dan migrasi internasional. Berikut ini merupakan jenis-jenis migrasi di antara keduanya.

1. Migrasi Nasional

Migrasi nasional adalah perpindahan penduduk yang terjadi di suatu wilayah atau negara. Migrasi ini bertujuan supaya penduduk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Migrasi nasional ini juga dapat digolongkan menjadi beberapa jenis. Berikut ini merupakan jenis-jenis migrasi nasional.

1. Sirkulasi

Sirkulasi ialah perpindahan penduduk yang tak menetap dan sekadar tinggal dalam jangka waktu tertentu (biasanya singkat) pada suatu wilayah. Berdasarkan intensitasnya, sirkulasi dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yakni sirkulasi harian, sirkulasi mingguan, dan sirkulasi bulanan.

2. Urbanisasi

Urbanisasi ialah perpindahan penduduk dari desa ke kota yang masih dalam satu pulau. Beberapa faktor yang mendorong terjadinya urbanisasi ialah tidak tersedianta lapangan pekerjaan di desa, upah yang cenderung rendah, lahan pertanian yang sempit, dan lain sebagainya. Tertariknya masyarakat desa untuk pindah ke kota umumnya karena mereka menganggap di kota tersedia lebih banyak lapangan pekerjaan, upah tenaga yang dihargai lebih besar, dan lain lain.

3. Ruralisasi

Ruralisasi adalah kebalikan dari urbanisasi, yakni berpindahnya penduduk dari kota ke desa. Faktor pendorong terjadinya ruralisasi umumnya karena masyarakat kota telah merasa jenuh dengan hiruk pikuk kehidupan perkotaan, harga lahan di kota yang terlalu mahal, merasa lebih cocok untuk tinggal di desa, dan lain sebagainya.

4. Transmigrasi

Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk antar pulau. Perpindahan inilah yang dulu menjadi program pemerintah. Berbagai jenis transmigrasi ialah transmigrasi umum, transmigrasi sektoral, transmigrasi bedol desa, dan transmigrasi spontan.

2. Migrasi Internasional

Jenis migrasi berikutnya ialah migrasi internasional. Migrasi internasional merupakan migrasi yang dilakukan antar negara. Terdapat tiga jenis migrasi nasional, yaitu:

1. Imigrasi

Datangnya penduduk dari sebuah negara ke negara yang lain dengan berbagai tujuan dinamakan dengan imigrasi. Misalnya ketika seorang turis yang datang dari Amerika ke Indonesia untuk tujuan berwisata atau orang yang berasal dari Jepang memilih untuk tinggal di Indonesia untuk membuka usaha restoran.

2. Emigrasi

Emigrasi ialah perpindahan penduduk yang melakukan perpindahan dari sebuah negara ke negara yang lain dalam jangka waktu tertentu, biasanya atas dasar ekonomi maupun pendidikan. Misalnya, tenaga kerja Indonesia yang berpindah ke Arab Saudi untuk bekerja.

3. Repatriasi

Perpindahan penduduk dari negara yang ditinggalinya dalam waktu sementara serta kembali ke negara asalnya untuk jangka waktu yang lama disebut dengan repatriasi. Misalnya, orang Indonesia asli yang tinggal di Jerman, kembali ke Indonesia untuk menikmati masa tua.

3. Penyebab Terjadinya Migrasi

Setelah memahami pengertian migrasi dan berbagai jenisnya, hal berikutnya yang perlu Grameds ketahui ialah penyebab terjadinya migrasi. Berikut ini merupakan penyebab terjadinya migrasi.

1. Bencana Alam

Migrasi umumnya disebabkan karena terjadinya bencana alam seperti gempa, meletusnya gunung berapi, banjir, wabah penyakit, dan lain sebagainya. Hal ini biasanya dilakukan oleh masyarakat dengan tujuan untuk mencari wilayah yang aman dan nyaman.

2. Ekonomi

Penyebab terjadinya migrasi berikutnya adalah faktor ekonomi. Secara umum, seseorang yang memiliki keterbatasan ekonomi akan mencari wilayah atau tempat yang menawarkan kestabilan ekonomi walaupun harus memaksa orang tersebut untuk melakukan migrasi.

3. Agama

Orang yang beragama, tetapi agama yang dianutnya bukanlah agama mayoritas, biasanya akan cenderung mencari sebuah tempat baru yang dapat menjamin keamanannya. Hal tersebut dilakukan saat sebuah pemeluk agama tertentu merasa tidak aman dan tidak nyaman menjalankan kegiatan keagamaannya di wilayah tersebut.

4. Politik

Faktor terakhir yang menyebabkan seseorang melakukan migrasi adalah faktor politik. Keadaan politik yang memanas dapat mendorong masyarakat yang ingin mencari keamanan untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain yang tak membahayakan bagi mereka. Hal seperti ini biasa terjadi di wilayah yang rawan konflik.

Bagaimana Penggolongan Jenis Penduduk?

Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk

Foto oleh Dom J dari Pexels.

Bicara tentang penduduk, maka penggolongannya dapat dilakukan dengan beberapa asas. Berikut ini penggolongan jenis penduduk yang perlu kamu ketahui.

1. Asas Ius Soli

Asas ius soli merupakan jenis penggolongan kependudukan yang dilihat dari tempat di mana ia dilahirkan. Pada kartu tanda penduduk, tercantum bahwa seseorang lahir misalnya di Kota Yogyakarta, tetapi kartu tanda penduduk tersebut diterbitkan di kota Semarang dan ia bertempat tinggal di Kota Semarang. Apabila orang tersebut menganut asas ius soli, maka ia akan mengatakan bahwa dirinya berasal dari kota Yogyakarta.

2. Asas Ius Sanguinsis

Asas ius sanguinsi merupakan jenis kependudukan yang dilihat dari mana ia bertempat tinggal. Pada kartu tanda penduduk tercantum, bahwa seseorang lahir di kota Malang, tetapi kartu tanda penduduk tersebut diterbitkan di kota Surabaya dan orang tersebut sudah bertempat tinggal lama di kota Surabaya. Jika orang tersebut menganut asas ius sanguinsis, ia akan mengatakan bahwa dia berasal dari Kota Surabaya.

3. Bipatride

Bipatride merupakan jenis kependudukan di mana satu orang bisa memiliki dua kewarganegaraan. Kasus bipatride ini umum ditemukan pada seseorang yang menjadi remigran. Orang tersebut memiliki kartu identitas negara Indonesia, tetapi kartu tanda penduduk asli Australia yang ia miliki masih berlaku, maka orang tersebut dianggap memiliki dua kewarganegaraan yang berbeda.

4. Apatride

Apatride adalah jenis kependudukan yang di mana seseorang tak diakui oleh negara manapun. Dalam negara Indonesia kasus apatride ini berkemungkinan terjadi pada remigran yang sudah dideportasi karena melakukan suatu tindak kriminal yang berulang-ulang, dan membuatnya tak diakui oleh negara manapun.

Masalah Kependudukan di Indonesia

Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk

Foto oleh Timur Weber dari Pexels

Mengutip dari Agustina Bidarti dalam bukunya yang berjudul Teori Kependudukan, masalah kependudukan dapat juga disebut sebagai masalah sosial karena terjadi di masyarakat atau lingkungan sosial. Masalah kependudukan bisa terjadi karena terdapat sebuah ketimpangan antara peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan pertumbuhan penduduk.

Jumlah penduduk yang banyak ternyata hanya menjadi salah satu dari banyaknya masalah kependudukan di Indonesia. Berdasarkan modul Pembelajaran Geografi yang disusun oleh Cipta Suhud Wiguna, S.Pd, M.Pd., dan SMAN Situraja, masalah kependudukan di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi masalah kuantitatif dan masalah kualitatif. Berikut penjelasan lengkapnya!

1. Masalah Kependudukan yang Bersifat Kuantitatif

Berikut ini merupakan penjelasan mengenai masalah kependudukan yang bersifat kuantitatif.

1. Jumlah Penduduk Besar

Penduduk dari suatu negara merupakan faktor yang paling penting dalam pelaksanaan pembangunan. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 273 juta jiwa, Indonesia juga mengalami berbagai permasalahan dalam pembangunan, yakni:

  1. Pemerintah mengalami kesulitan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan hidup seluruh rakyatnya.
  2. Terbatasnya ketersediaan lapangan pekerjaan, sarana dan prasarana kesehatan, dan berbagai fasilitas sosial lainnya.

2. Pertumbuhan Penduduk Cepat

Apabila pertumbuhan penduduk yang cepat tak diimbangi dengan tersedianya daya dukung lingkungan yang seimbang, akan muncul berbagai permasalahan dari berbagai segi kehidupan, seperti masalah lingkungan, masalah sosial, dan masalah ekonomi. Masalah lingkungan misalnya tidak tersedianya fasilitas umum yang memadai, masalah sosial misalnya terjadinya ketimpangan sosial yang menyebabkan berbagai konflik, sedangkan masalah ekonomi juga bisa terjadi dari lebih sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersdia apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada.

3. Persebaran Penduduk Tidak Merata

Masalah kependudukan di Indonesia berikutnya ialah persebaran penduduk yang tidak merata. Karena persebaran penduduk tidak merata, luas lahan pertanian di pulau Jawa menjadi semakin sempit karena dijadikan sebagai lahan industri dan pemukiman yang membuat masyarakat asli kehilangan sumber pendapatan dari sektor pertanian. Sebaliknya, banyak sekali lahan di luar pulau Jawa yang belum dimanfaatkan dengan maksimal karena kekurangan sumber daya manusia.

2. Masalah Kependudukan yang Bersifat Kualitatif

Berikut ini merupakan penjelasan mengenai masalah kependudukan yang bersifat kualitatif.

1. Tingkat Kesehatan

Tingkat kesehatan di Indonesia masih tegolong rendah dan belum merata. Hal tersebut dikarenakan kualitas kesehatan penduduk tak terlepas dari pendapatan penduduk dari suatu daerah. Semakin rendah pendapatan penduduk, maka kemampuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan juga semakin rendah dan berlaku sebaliknya.

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan secara umum berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan. Walau begitu, masih banyak penduduk Indonesia yang memiliki hambatan dan kesulitan untuk memperoleh akses pendidikan.

Ada berbagai faktor yang menjadi penyebab rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia, yakni:

  1. Pendapatan per-kapita penduduk yang tergolong rendah.
  2. Ketidakseimbangan jumlah siswa dengan sarana pendidikan yang tersedia.
  3. Rendahnya kesadaran penduduk akan perlunya pendidikan.

3. Tingkat Pendapatan

Berdasarkan catatan dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan pada tahun 2020 mengalami kenaikan. Disamping itu, pendapatan per-kapita yang masih rendah membuat masyarakat tidak mampu untuk memenuhi berbagai kebutuhan dalam hidupnya dan membuat mereka kesulitan untuk mencapai kesejahteraan.

Bagaimana Upaya Mengatasi Masalah Kependudukan di Indonesia?

Selain membahas tentang faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk, di sini juga akan dibahas tentang cara mengatasi permasalahan kependudukan di Indonesia. Untuk mengatasi berbagai masalah kependudukan yang terjadi di Indonesia, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan, Grameds.

  1. Memberlakukan program Keluarga Berencana (KB).
  2. Meningkatkan pemerataan pembangunan.
  3. Menciptakan lapangan kerja di berbagai daerah yang jarang penduduk.
  4. Melakukan program transmigrasi.
  5. Melaksanakan program perbaikan gizi, salah satunya melalui program posyandu.
  6. Melengkapi sarana serta prasarana kesehatan dengan membangun puskesmas dan rumah sakit.
  7. Penyediaan air bersih.
  8. Menambah jumlah sekolah dari tingkat SD hingga perguruan tinggi.
  9. Menambah jumlah tenaga kependidikan di seluruh jenjang pendidikan.
  10. Melaksanakan program wajib belajar pendidikan dasar 12 tahun.
  11. Pemberian beasiswa.
  12. Menyediakan ketersediaan fasilitas pendidikan, seperti laboratorium, perpustakaan, dan alat-alat penunjang pendidikan lainnya.
  13. Menciptakan kurikulum oendidikan yang sesuai.
  14. Meningkatkan kualitas tenaga pengajar.
  15. Meningkatkan pengolahan serta pengelolaan sumber daya alam.
  16. Meningkatkan kemampuan bidang teknologi.
  17. Mengoptimalkan peranan BUMN dalam kegiatan ekonomi.

Demikian pembahasan tentang faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk hingga pengelompokkan jenis penduduk. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Nah, jika Grameds ingin tahu lebih banyak seputar informasi yang berkaitan dengan penduduk, maka bisa mendapatkan rekomendasi buku di bawah ini, ya.

Penulis: Nanda Akbar Gumilang

Sumber:

  1. https://katadata.co.id/intan/berita/637cb09073018/faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-penduduk
  2. https://www.merdeka.com/sumut/jenis-jenis-migrasi-pengertian-dan-penyebabnya-yang-perlu-diketahui-kln.html
  3. https://dosengeografi.com/pengertian-penduduk/
  4. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5721941/ragam-masalah-kependudukan-di-indonesia-dan-cara-mengatasinya

Rekomendasi Buku Terkait

Penduduk Miskin Transient

Buku ini ditulis oleh Djonet Santoso yang adalah seorang konsultan di pemerintah provinsi serta kota/kabupaten di Bengkulu dan sebagai konsultan di berbagi program kemiskinan Kementerian Pekerjaan Umum dan Bappenas. Pada tingkat internasional, Djonet Santoso menjadi anggota Network of Asia-Pacific Schools and Institutes of Public Administration and Governance (NAPSIPAG), Independent Evaluation Group (IEG) World Bank, Global Development Network (GDN), dan hingga hari ini ia menjabat sebagai Sekretaris Jaringan, Regional Network on Poverty Eradication (RENPER). Ia juga memperoleh ‘Lifetime achievement award’ dari Sri Venkateswara University, India, untuk kontribusi akademisnya dalam penanggulangan kemiskinan di wilayah Asia Tenggara.

Siapkah Penduduk Menghadapi Ancaman Multibencana di Perdesaan?

Buku Siapkah Penduduk Menghadapi Ancaman Multibencana di Perdesaan? Mengajak pembaca untuk berdiskusi mengenai kerentanan penduduk perdesaan dalam menghadapi perubahan lingkungan yang memberikan dampak pada timbulnya bencana. Penebangan liar, alih fungsi lahan yang ditandai oleh banyaknya konversi hutan yang dijadikan sebagai perkebunan (khususnya kelapa sawit), dan peningkatan lahan pemukiman dan pertanian akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada musim kemarau panjang menjadi lebih kerap terjadi.

Kondisi tersebut mempengaruhi kerentanan fisik, kerentanan lingkungan, dan kerentanan sosial ekonomi penduduk, termasuk penduduk asli (Orang Rimba). Kerentanan tersebut dapat semakin meningkat karena adanya bencana yang berdampak pada kehidupan penduduk, terutama kelompok rentan dan keberlanjutan livelihood, khususnya bagi kegiatan perkebunan dan pertanian yang menjadi sumber mata pencaharian utama dari penduduk asli.

About the author

Umam

Perkenalkan saya Umam dan memiliki hobi menulis. Saya juga senang menulis tema sosial budaya. Sebelum membuat tulisan, saya akan melakukan riset terlebih dahulu agar tulisan yang dihasilkan bisa lebih menarik dan mudah dipahami.