Sosiologi

Hubungan Sosial: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Jenis-Jenisnya

Hubungan Sosial
Written by Aris

Hubungan Sosial – Manusia mungkin menjadi salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang jumlahnya paling banyak. Tahun-tahun ini saja, jumlah manusia diperkirakan mencapai 7,8 miliar di seluruh dunia. Jumlah itu bisa jadi lebih banyak, karena banyak juga manusia yang masih hidup secara primitif di hutan-hutan seluruh dunia, sehingga sulit untuk menghitung jumlah mereka semua. Bahkan, bertahun-tahun mendatang, jumlah ini akan semakin banyak karena setiap tahunnya, ada banyak sekali bayi yang lahir di seluruh dunia.

Namun, pernahkah kamu bertanya-tanya, kenapa Tuhan menciptakan manusia dalam jumlah begitu banyak bahkan hingga mencapai miliaran? Jadi, kita mungkin hanya bisa menerka-nerka jawabannya.

Akan tetapi, dari sekian banyak jawaban yang bisa terpikirkan oleh kita, salah satu alasannya adalah agar manusia bisa saling berhubungan dan membantu satu sama lain.

Yup, jika dibandingkan dengan semua makhluk hidup yang ada di planet ini, manusia adalah makhluk yang paling cerdas di Bumi, tapi manusia tetap jauh dari kata sempurna. Untuk bisa hidup dengan baik, kita membutuhkan bantuan dari orang lain, baik itu orang sekitar kita, maupun mereka yang kita temui secara tidak sengaja di luar sana.

Tidak jarang, hal ini juga menimbulkan sebuah hubungan sosial. Apa sih hubungan sosial itu? Simak ulasan lengkapnya tentang hubungan sosial di bawah ini.

Hubungan Sosial

Pengertian Hubungan Sosial

Hubungan sosial sebenarnya sangat sering terjadi karena semua manusia melakukannya setiap saat setiap waktu dengan orang lain. Begitu juga dengan kamu, sama seperti semua orang, kamu juga pasti memiliki banyak hubungan sosial dengan banyak orang di luar sana. Baik itu, mereka yang dekat dan sudah mengenal kamu selama puluhan tahun atau orang-orang yang baru kamu temui sekali dalam hidupmu.

Namun, meski semua manusia melakukan hubungan sosial, sayangnya hanya sedikit yang benar-benar menyadarinya. Banyak dari kita juga tidak mengetahui makna dan pengertian dari hubungan sosial itu sendiri.

Secara umum, hubungan sosial adalah interaksi sosial antara seseorang dengan orang lain, baik itu satu atau puluhan orang untuk saling memberikan informasi dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Sayangnya, meski semua orang melakukan hubungan sosial, tetapi tidak semuanya bertahan lama. Beberapa orang memang bisa mempertahankan hubungan sosialnya dengan orang lain dalam jangka waktu sangat lama, bahkan seumur hidupnya. Namun, tidak semua orang mampu memiliki hubungan sosial bisa berlangsung selama itu.

Banyak orang di luar sana juga kesulitan untuk mempertahankan hubungan sosial dengan orang-orang. Biasanya, hal ini disebabkan karena sifat atau perilaku mereka yang buruk, sehingga membuat orang lain merasa tidak nyaman dan akhirnya memutuskan untuk menjauh.

Namun, tidak semua hubungan sosial yang berlangsung singkat juga disebabkan oleh konflik. Ada juga hubungan sosial yang memang hanya berumur singkat karena kita tidak lagi bertemu dengan mereka. Bagaimanapun, dari banyaknya orang yang kita temukan, banyak diantaranya menghilang dan kembali menjadi orang asing setelah pertemuan pertama. Apakah kamu termasuk salah satu dari orang tersebut?

Ciri-Ciri dari Hubungan Sosial

Setelah mengetahui apa itu hubungan sosial, sekarang kita juga akan mempelajari ciri-cirinya. Yup, hubungan sosial juga ditunjukkan dengan ciri-ciri tertentu dibawah ini!

1. Dilakukan Oleh Lebih dari Satu Orang

Hubungan sosial biasanya dimulai dari komunikasi. Tanpa adanya komunikasi, sebuah hubungan jenis apapun tidak akan pernah terjadi, termasuk hubungan sosial. Oleh sebab itu, hubungan sosial bisa terjadi jika ada minimal dua orang yang berinteraksi dalam waktu yang sama. Selain dua orang, hubungan sosial juga bisa dilakukan jika ada banyak orang yang melakukan interaksi dalam waktu yang bersamaan.

Satu orang akan menjadi pembicara dan satu lagi sebagai pendengar. Ketika dua orang berkomunikasi untuk pertama kalinya, tanpa sadar mereka telah memulai sebuah hubungan sosial. Dalam hal ini, hubungan sosial yang terjadi bisa dalam jangka pendek atau hubungan sosial jangka panjang yang bisa bertahan hingga puluhan tahun ke depan.

2. Memiliki Maksud dan Tujuan yang Jelas

Beberapa orang percaya dengan yang namanya kebetulan. Namun sebenarnya, tidak pernah ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Seaneh apapun itu, semua hal yang terjadi pada kita pasti ada tujuannya.

Begitu juga, dengan hubungan sosial. Salah satu ciri paling jelas dari hubungan sosial adalah memiliki maksud dan tujuan yang jelas. Ketika kita memulai interaksi dengan seseorang, kita pasti memiliki tujuan tertentu.

Apalagi di zaman sekarang, dimana manusia cenderung bersikap lebih individualis. Maka dari itu, ketika orang yang biasanya lebih suka sendiri dan tidak mementingkan orang lain, tiba-tiba memulai interaksi, karena dia memiliki tujuan yang ingin dicapainya.

Misalnya, ketika seorang murid baru yang belum mengenal siapapun, kemudian mengajak kamu untuk berkenalan. Jadi, dia melakukannya karena memiliki tujuan yang jelas yakni memulai hubungan pertemanan.

3. Terjadinya Komunikasi Langsung

Komunikasi dengan orang lain adalah hal yang mudah dilakukan saat ini. Apalagi dengan adanya internet dan smartphone, maka jangankan berkomunikasi dengan orang terdekat, kamu bahkan bisa berkomunikasi dengan orang yang ada di belahan negara lain dengan mudah.

Namun, hubungan sosial tidak bisa dibentuk dengan komunikasi tidak langsung seperti ini. Untuk memulai sebuah hubungan sosial, harus terjadi komunikasi langsung antara dua orang atau lebih dan komunikasi langsung ini baru akan terjadi, jika adanya pertemuan secara langsung.

Hubungan Sosial

Jenis-Jenis Hubungan Sosial

Hubungan Sosial

unsplash.com

Hubungan sosial bukan hanya memiliki ciri, tetapi juga terbagi menjadi beberapa jenis tertentu berdasarkan sifatnya yaitu hubungan sosial bersifat positif dan hubungan sosial yang bersifat negatif. Hubungan sosial bersifat positif disebut dengan proses sosial asosiatif, sedangkan hubungan sosial yang sifatnya negatif dikenal dengan proses sosial disosiatif.

1. Hubungan Sosial Asosiatif

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, hubungan sosial terbagi dua, salah satunya adalah hubungan sosial positif yang dikenal dengan istilah proses sosial asosiatif. Hubungan sosial asosiatif adalah interaksi baik yang menguntungkan kedua belah pihak. Hubungan sosial asosiatif sendiri terdiri dari tiga hal yakni kerja sama, akomodasi, dan akulturasi.

a. Kerja Sama

Kerja sama menjadi hal yang sering kita lakukan terutama dalam dunia pekerjaan. Kerja sama sendiri adalah usaha yang dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang sama.

Namun, yang namanya kerja sama, tidak akan selalu mudah. Hal ini karena ketika kamu memutuskan untuk bekerja sama, kamu harus menyatukan beberapa kepala dengan pemikiran yang berbeda menjadi satu.

Untuk bisa berjalan, kita harus lebih sering mengenyampingkan ego kita karena hanya dengan begitu sebuah kerja sama akan berhasil. Oleh sebab itu, semakin kuat sebuah kerja sama, maka semakin mudah untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

Sebaliknya, sebuah kerja sama juga bisa gagal atau bahkan berakhir menjadi bencana apabila setiap orang egois dan hanya ingin mementingkan dirinya sendiri.

b. Akomodasi

Jika kerja sama adalah sebuah usaha bersama untuk mencapai tujuan, maka akomodasi adalah usaha seseorang atau sekelompok orang untuk mengurangi ketegangan konflik yang terjadi antar kelompok atau individu tertentu. Dengan kata lain, akomodasi dilakukan untuk mencapai keseimbangan dan ketenangan situasi.

c. Akulturasi

Akulturasi adalah percampuran dua budaya atau lebih menjadi satu, tanpa menghilangkan unsur budaya aslinya. Akulturasi budaya dan bahasa menjadi hal yang cukup sering terjadi di Indonesia. Hal ini karena negara Indonesia terdiri dari banyak suku yang berbeda, bahkan pendatang dari luar yang kemudian menetap di negara kita.

Para pendatang ini tentu membawa budaya mereka masing-masing. Namun, untuk bisa bertahan dan diterima di tempat yang baru, mereka juga harus mempelajari dan mengikuti budaya yang ada tanpa menghilangkan budaya asli mereka sendiri.

2. Proses Sosial Disosiatif

Kebalikan dari proses sosial asosiatif, proses sosial disosiatif justru bersifat negatif bahkan berpotensi merugikan orang lain. Sama seperti hubungan sosial asosiatif, hubungan sosial disosiatif juga terbagi menjadi beberapa bentuk yaitu persaingan, kontroversi, dan konflik.

a. Persaingan

Sejak kecil, kita mengenal yang namanya persaingan. Namun, setelah dewasa terutama setelah lulus sekolah, baru kita menyadari betapa ketatnya persaingan yang ada di dunia ini. Persaingan sebenarnya adalah hal yang wajar mengingat ada milyaran orang yang tinggal di dunia ini dan semuanya berusaha untuk menjadi yang terbaik dalam bidangnya masing-masing. Bahkan, jika kamu tidak mau bersaing, persaingan itu akan tercipta begitu saja.

Persaingan sendiri pada dasarnya adalah usaha untuk keberhasilan tanpa menggunakan kekerasan, baik itu secara verbal maupun non verbal. Meski di dunia nyata, persaingan tidak selalu berkonotasi negatif, tetapi efek yang dihasilkan dari persaingan bisa jadi sangat buruk.

Misalnya, di Korea Selatan, warga negaranya terbiasa bersaing untuk mendapatkan tempat terbaik. Bahkan, siswa SMA disana bersaing secara “gila-gilaan” untuk mendapatkan peringkat pertama di kelasnya. Persaingan yang ketat, membuat banyak warga negara Korea Selatan merasa sangat stres dan tidak sedikit juga yang jatuh ke jurang depresi dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

b. Kontroversi

Selain persaingan, bentuk lain dari proses sosial disosiatif adalah kontroversi. Bisa dibilang, kontroversi satu tingkat lebih berbahaya dari persaingan. Persaingan setidaknya tidak melibatkan kekerasan, tetapi kontroversi justru sebaliknya.

Orang-orang tidak lagi menyembunyikan kebencian mereka kepada orang lain. Bahkan, jika dibiarkan, kontroversi akan berubah menjadi konflik yang berujung pada tindak kekerasan.

c. Konflik

Konflik menjadi bentuk proses sosial disosiatif yang paling terakhir, sekaligus juga menjadi yang paling berbahaya. Konflik sendiri biasanya dimulai dari perbedaan pendapat atau karakter yang kemudian memicu rasa saling tidak menyukai antara satu orang ke orang lainnya, atau satu kelompok ke kelompok lainnya.

Orang yang terlibat konflik secara terang-terangan menunjukkan rasa ketidaksukaannya kepada orang lain atau kelompok. Untuk memadamkan sebuah konflik, biasanya kita membutuhkan pihak ketiga yang bersifat netral dan dapat menjadi penengah.

Ketika ada sebuah konflik yang terjadi di kelompok atau orang terdekat, kamu tidak bisa diam saja. kamu harus berani menengahi konflik yang ada, agar konflik itu tidak berakhir menjadi kekerasan.

Faktor Pendorong Terjadinya Hubungan Sosial

Hubungan Sosial

unsplash.com

Biar bagaimanapun hubungan sosial tidak akan terjadi begitu saja. Untuk membuat sebuah hubungan sosial, maka kita membutuhkan beberapa faktor pendorong, diantaranya:

1. Imitasi

Imitasi identik dengan barang dan memiliki kesan yang negatif, padahal sebenarnya imitasi juga bisa menjadi hal yang baik. Imitasi sendiri bisa diartikan sebagai tindakan yang dilakukan seseorang untuk meniru orang lain. Biasanya seseorang akan meniru orang yang dia kagumi.

Misalnya, anak-anak yang meniru orang tuanya, baik itu perkataan, perilaku, maupun sifat. Selain dilakukan oleh anak-anak, imitasi juga seringkali dilakukan oleh orang dewasa. Misalnya, ketika kamu mengidolakan seorang artis, tidak jarang kamu akan mengikutinya, baik itu cara bicara, pemikiran, bahkan gaya berpakaian kamu pun akan jadi mirip dengannya.

2. Sugesti

Faktor kedua yang dapat mendorong terjadinya hubungan sosial adalah sugesti. Sugesti sendiri adalah tanggapan yang diberikan kepada seseorang kepada orang lain.

Sugesti sendiri bisa berefek baik dan buruk, tergantung dari apa yang kita berikan kepada orang lain. Contoh dari sugesti adalah orang tua yang mengatakan kepada anaknya bahwa belajar sungguh-sungguh akan membuat mereka berhasil di masa depan.

3. Identifikasi

Identifikasi adalah kecenderungan seseorang untuk terlihat sama dengan orang lain. Sekilas identifikasi sangat mirip dengan imitasi. Namun, identifikasi biasanya memiliki konotasi yang lebih baik ketimbang imitasi.

Salah satu contoh identifikasi adalah seorang peserta pelatihan musik yang ingin berkarir sebagai penyanyi. Dia tentu memiliki idola yang juga merupakan penyanyi yang sudah lebih senior.

Dikarenakan sangat mengidolakan idolanya, maka ketika penyanyi idolanya tampil, dia sebisa mungkin akan menontonnya. Bukan hanya menonton saja, dia juga akan memperhatikan dengan seksama teknik menyanyi dari idolanya tersebut.

4. Simpati

Simpati adalah situasi dimana seseorang tertarik kepada orang lain. Ketika seseorang merasa simpati, tanpa sadar dia akan menempatkan dirinya di posisi orang tersebut, dan memikirkan bagaimana perasaan orang tersebut.

Misalnya, ketika kamu mendengar ada sebuah bencana, maka kamu akan merasa simpati kepada para korbannya. Tanpa sadar, kamu mulai menempatkan dirimu jika sedang berada di posisi mereka saat ini, dan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh korban bencana.

Lewat rasa simpati itu, kamu kemudian mendonasikan sejumlah bantuan yang mungkin bisa membantu meringankan beban mereka saat ini.

5. Empati

Satu tingkat lebih dalam dari simpati, empati adalah perasaan tertarik yang mempengaruhi kejiwaan dan kondisi fisik seseorang. Meski kesannya begitu seram, tetapi pada dasarnya setiap manusia memiliki rasa empati dalam dirinya.

Jika simpati hanya membuat kita membayangkan bagaimana kondisi kita jika berada di posisi orang, maka empati membuat kita berani terjun dan ikut merasakan apa yang dirasakan orang tersebut secara langsung.

Misalnya, kamu menjadi relawan untuk sebuah kejadian bencana alam. Meskipun, kamu tidak pernah mengalami bencana itu secara langsung, tetapi kamu melihat kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana dan melihat bagaimana keadaan para korban. Hal ini mau tidak mau akan membuat kamu ikut merasakan apa yang mereka rasakan secara langsung, sehingga berkeinginan untuk membantu para korban secara langsung.

6. Motivasi

Nah kalau istilah yang satu ini, kamu pasti sering mendengarkannya bukan? Atau jangan-jangan, kamu juga sering memberikan motivasi kepada orang lain? Motivasi pada dasarnya dorongan positif yang diberikan seseorang kepada orang lain.

Biasanya, motivasi ini berupa nasihat atau kata-kata bijak yang dapat membangkitkan kembali semangat seseorang. Motivasi diberikan kepada orang yang sedang sedih agar dia tidak semakin terpuruk. Kebanyakan orang akan memotivasi teman-teman atau orang terdekatnya ketika mereka sedang terlibat masalah atau sedang berada di titik terendah dalam hidupnya.

Hubungan Sosial

Hubungan sosial adalah hal yang biasa kita lakukan setiap hari, setiap saat dan merupakan hal yang sangat penting. Bayangkan jika selama hidup, kamu tidak memiliki satupun hubungan dengan orang lain?

Kamu tidak akan memiliki teman, kamu juga akan kehilangan keluarga yang seharusnya menjadi relasi terdekatmu. Bahkan, hidupmu pasti akan terasa sangat sepi dan menyebalkan.

Untuk Grameds yang mau mempelajari semua hal tentang ilmu sosial, kamu bisa banget mengunjungi gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas, kami selalu berusaha untuk menyediakan informasi terbaik dan terbaru untuk kamu bisa menjadi #LebihDenganMembaca bersama Gramedia.

Penulis: Siti Marliah

BACA JUGA:

  1. Interaksi Sosial: Pengertian, Ciri-Ciri, Syarat, Faktor, dan Contoh
  2. Pengertian dan Contoh Manusia Sebagai Makhluk Sosial 
  3. Struktur Sosial di Masyarakat: Klasifikasi, Jenis, Fungsi, & Unsur 
  4. Pengertian Mobilitas Sosial: Teori, Bentuk, Faktor Pengaruh 
  5. Ciri-Ciri, Unsur, dan Bentuk Struktur Sosial 

About the author

Aris

Saya sangat dengan dunia menulis karena melalui menulis, saya bisa mendapatkan banyak informasi. Karya yang saya hasilkan juga beragam, dan tema yang saya suka salah satunya adalah sosiologi. Tema satu ini akan selalu melekat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan selalu menarik untuk dibicarakan.

Kontak media sosial Twitter saya M Aris