Sosial Budaya

Patriarki adalah Konstruksi Sistem Sosial dengan Sejarah yang Panjang

Patriarki adalah
Written by Umam

Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama serta mendominasi dalam berbagai peran yang ada di masyarakat.

Sistem patriarki merupakan salah satu sistem yang sangat ditentang dan ditolak oleh para feminis. Hal ini karena patriarki, menganggap bahwa perempuan dipersepsikan hanya berfungsi reproduktif saja. Sehingga perempuan dianggap hanya mampu berada di rumah untuk hamil, melahirkan, mengasuh anak atau mengerjakan pekerjaan domestik saja.

Dalam bahasa Jawa, cukup akrab di telinga kita bahwa tugas perempuan hanyalah macak, manak, dan masak. Persepsi ini merupakan persepsi kolektif masyarakat yang membuat perempuan dilihat hanya sebagai objek dan menempatkan laki-laki pada posisi istimewa.

Namun, apa sih sebenarnya patriarki itu? Bagaimana patriarki muncul pertama kali? Berikut penjelasannya.

Patriarki adalah Sistem Sosial dengan Sejarah yang Panjang

Patriarki adalah

Pexels.com

Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan yang utama dan mendominasi dalam peran kepemimpinan politik, hak sosial, otoritas moral serta penguasaan properti.

Dalam lingkup keluarga, sosok ayah selalu memiliki otoritas pada perempuan, benda dan anak-anak. Beberapa masyarakat yang patriarkal juga patrilineal, artinya bahwa properti serta gelar yang ada di keluarga akan diwariskan pada keturunan laki-laki.

Secara tersirat, sistem patriarki juga melembagakan pemerintahan serta hak istimewa laki-laki dan menempatkan posisi perempuan berada di bawah laki-laki.

Istilah patriarki, berasal dari kata patriarkat yang artinya adalah struktur yang menempatkan peran laki-laki sebagai penguasa tunggal, sentral dan bahkan segala-galanya.

Sistem patriarki membuat laki-laki memiliki hak istimewa terhadap perempuan. Dominasi para laki-laki tidak hanya mencakup ranah personal saja, akan tetapi juga dalam ranah yang lebih luas lagi, seperti pendidikan, ekonomi, partisipasi politik, sosial, hukum dan lain-lain.

Dalam ranah personal, budaya patriarki merupakan penyebab, bahkan akar dari munculnya berbagai macam kekerasan yang terjadi, tidak hanya pada perempuan saja akan tetapi juga pada laki-laki. Karena label hak istimewa yang dimiliki oleh laki-laki, banyak dari mereka yang merasa memiliki hak untuk mengeksploitasi tubuh perempuan.

Secara historis, budaya patriarki telah terwujud dalam organisasi sosial, agama, politik dan bahkan ekonomi dari berbagai budaya yang berbeda. Bahkan meskipun tidak secara jelas tertuang dalam konstitusi maupun hukum negara, akan tetapi sebagian besar masyarakat kontemporer pada praktiknya bersifat patriarkal.

Dalam budaya masyarakat, patriarki kemudian memunculkan kesenjangan gender dan bahkan memunculkan masalah sosial yang berpengaruh pada aspek kehidupan manusia. Budaya patriarki masih hadir di Indonesia, contohnya pemikiran bahwa tugas perempuan adalah untuk macak, manak dan masak. Sehingga, membuat perempuan yang sekolah tinggi dianggap sia-sia karena hanya berakhir di dapur, melayani suami dan mengurus anak saja.

Patriarki adalah

Menurut jurnal The Evolution of Human Sociality (2001) karya Sanderson dan Stephen K, dijelaskan bahwa patriarki adalah hasil konstruksi sosiologis yang diturunkan dari generasi ke generasi. Konstruksi sosial tersebut, lalu membentuk peranan gender yang akhirnya menjadi budaya turun temurun yang sulit untuk dihapuskan.

Sejarah Singkat Patriarki

Patriarki adalah

Pexels.com

Diperkirakan bahwa patriarki muncul sejak masa milenium kedua, sebelum masehi di Babel. Dalam buku The Creation of Patriarchy yang ditulis oleh Gerda Lerner pada tahun 1986, dijelaskan bahwa pada masa itu ada pembagian kerja, di mana seksualitas perempuan sepenuhnya dikendalikan oleh laki-laki. Pembagian kerja tersebut, berkaitan dengan peran gender dalam konstruksi sosial yang ada pada masa itu.

Melalui buku tersebut, Gerda Lerner juga menjelaskan bahwa patriarki tidak hanya berupa peristiwa tunggal saja, akan tetapi juga sebagai sistem sosial yang hadir dalam masyarakat. Patriarki muncul di berbagai belahan dunia pada waktu yang berbeda-beda.

Robert M Strozier, melalui bukunya yang berjudul Foucault, Subjectivity and Identity: Historical Constructions of Subject and Self (2002) menjelaskan bahwa dominasi laki-laki terhadap perempuan ditemukan di Timur Dekat Kuno pada sekitar 3100 Sebelum Masehi (SM). Bentuk dominasi tersebut, di antara lain adalah pembatasan kapasitas reproduksi perempuan serta pengucilan dari proses representasi atau konstruksi sejarah.

Sebelum abad ke-19, penjelasan biologis tentang peran antar gender menyebut budaya patriarki sebagai sebuah tatanan alam. Sebutan tatanan alam ini mengambil kiasan biologis yang dicetuskan oleh Charles Darwin tentang evolusi yang ia jelaskan dalam bukunya berjudul The Origin of Species tahun 1859. Dalam bukunya tersebut, Darwin menjelaskan mengenai evolusi melalui pemahaman biologis yang saat ini menjadi teori ilmiah.

Seorang ahli biologis bernama Alfred Russel Wallace pun turut menerapkan teori Darwin mengenai pemahaman biologis pada khalayak umum. Penerapan prinsip evolusioner dalam perkembangan manusia serta praktik sosial, disebut sebagai Darwinisme sosial. Akan tetapi hal ini tidak pernah dijelaskan secara langsung oleh Darwin.

Dengan mempopulerkan gagasan tentang evolusi manusia, dengan apa yang sebelumnya dijelaskan sebagai sebuah tatanan alam bagi dunia, berubah menjadi tatanan biologis. Istilah modern yang menggunakan konsep biologis tersebut, digunakan untuk menjelaskan mengenai fenomena sosial yang disebut dengan sosiobiologi.

Para sosiobiologi menggunakan genetika untuk menjelaskan tentang kehidupan sosial manusia, termasuk peran gender. Menurut sudut pandang sosiobiologis, patriarki muncul sebagai akibat dari biologis yang melekat pada kondisi sosial.

Menurut buku yang berjudul The Inevitability of Patriarchy yang terbit pada tahun 1973, Steven Goldberg menjelaskan bahwa dominasi pria adalah universal manusia, sebagai hasil dari susunan biologis. Hal ini pula yang memajukan interpretasi biologis tentang dominasi kaum pria.

Salah satu teori sosiobiologis evolusioner yang menjelaskan mengenai budaya patriarki adalah prinsip Bateman. Secara garis besar, prinsip Bateman menjelaskan bahwa budaya patriarki dimulai dengan pandangan bahwa perempuan, hampir selalu menginvestasikan lebih banyak energinya untuk menghasilkan keturunan dibandingkan dengan laki-laki.

Sebagai hasilnya, perempuan akhirnya menjadi sumber daya yang sering kali diperebutkan oleh laki-laki. Salah satu preferensi perempuan yang paling penting dalam memiliki pasangan adalah laki-laki mana yang mengontrol lebih banyak sumber daya untuk dapat membantu dirinya dan keturunannya kelak. Sehingga, hal ini menyebabkan para laki-laki menjadi lebih kompetitif dan berhasil untuk mendapatkan sumber daya untuk bersaing dengan laki-laki lainnya.

Kenapa Budaya Patriarki Muncul?

Patriarki adalah

Pexels.com

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa budaya patriarki merupakan salah satu hal yang ditentang oleh para feminis. Hal ini karena budaya patriarki dianggap menempatkan perempuan di bawah laki-laki dan hanya memandang perempuan sebagai objek saja. Jika menuai banyak penolakan, bagaimana budaya patriarki bisa muncul? Dan bahkan menjadi budaya dan pemikiran secara turun temuran yang sulit dihapuskan?

Dalam buku yang ditulis oleh Lusia Palulungan, dkk berjudul Perempuan, Masyarakat Patriarki dan Kesetaraan Gender, dijelaskan bahwa dalam sebuah sistem budaya dan sosial, sebagian besar dari masyarakat Indonesia, perempuan dipersepsikan serta ditempatkan hanya berfungsi reproduktif saja.

Dalam persepsi tersebutlah, perempuan dianggap hanya bisa berada di rumah untuk melanjutkan keturunan, mengasuh anak dan mengerjakan pekerjaan rumah yang dikategorikan sebagai pekerjaan domestik yang hanya dapat dibebankan atau dilakukan oleh para perempuan.

Sedangkan laki-laki dipersepsikan serta ditempatkan memiliki fungsi produktif, sebagai pencari nafkah di ruang publik yang dianggap memiliki tanggung jawab penuh pada keberlangsungan rumah tangga. Karena hal ini lah, laki-laki sebagai pencari nafkah dan kepala rumah tangga menyandang status sebagai bapak dalam keluarga yang tidak jarang menjadi penguasa dalam keluarga.

Budaya patriarki seperti ini, tidak hanya berhenti di rumah maupun di dalam keluarga saja, akan tetapi juga menjadi budaya yang ada di masyarakat serta negara. Budaya patriarki tersosialisasi dalam masyarakat karena mendapatkan legitimasi dari berbagai aspek kehidupan, baik itu negara maupun agama.

Tidak hanya menutup partisipan perempuan di ruang publik, akan tetapi juga menyebabkan lahirnya berbagai macam tindakan diskriminasi serta ketidakadilan gender pada perempuan.

Dampak Patriarki pada Perempuan

Patriarki adalah

Pexels.com

Hadirnya budaya patriarki di masyarakat dapat menyebabkan ketimpangan gender yang menurut Siswanto, hal tersebut dapat melahirkan subordinasi, marginalisasi, kekerasan, stereotip dan beban ganda. Berikut penjelasannya.

1. Marginalisasi

Marginalisasi merupakan suatu proses peminggiran yang diakibatkan oleh perbedaan jenis kelamin yang dapat mengakibatkan kemiskinan. Ada beragam cara yang dapat digunakan untuk memarjinalkan seseorang maupun kelompok, salah satunya adalah dengan menggunakan asumsi gender.

2. Subordinasi

Subordinasi merupakan suatu penilaian atau anggapan bahwa suatu peran yang dilakukan oleh satu jenis gender lebih rendah dari gender yang lain. Nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, telah memilah sekaligus memisahkan peran gender perempuan dan laki-laki. Perempuan dianggap memiliki tanggung jawab serta memiliki peran dalam urusan domestik serta reproduksi, sedangkan laki-laki memiliki peran dalam urusan produksi serta urusan publik.

3. Stereotip

Penandaan, pelabelan atau stereotip sering kali memiliki sifat negatif secara umum dan akhirnya melahirkan ketidakadilan dalam masyarakat. Stereotip sering kali digunakan sebagai salah satu alasan untuk membenarkan suatu tindakan yang dilakukan oleh satu kelompok atas kelompok lainnya.

4. Kekerasan (violence)

Kekerasan artinya adalah tindak kekerasan, baik itu tindakan fisik maupun non fisik yang dilakukan oleh salah satu gender atau sebuah institusi keluarga, masyarakat maupun negara terhadap gender lainnya.

5. Beban ganda

Beban ganda artinya, beban pekerjaan yang diterima oleh salah satu gender lebih banyak, apabila dibandingkan dengan gender yang lainnya.

Karena dampak-dampak buruk yang disebabkan oleh budaya patriarki, maka banyak masyarakat khususnya penganut feminis yang menuntut kesetaraan gender. Kesetaraan gender dapat diartikan sebagai suatu keadaan antara laki-laki dan perempuan dalam hak atau hukum dan kondisi atau kualitas hidup.

Keadilan gender dapat tercerminkan dalam keadaan di mana perempuan serta laki-laki memiliki hak, status dan wewenang yang sama di muka hukum, memiliki peluang serta kesempatan yang sama serta adil dalam menikmati hasil pembangunan.

Patriarki adalah

Indikator Kesetaraan Gender

Kesetaraan gender dapat dicapai melalui pelaksanaan kebijakan serta strategi pembangunan yang berdasarkan kesetaraan gender serta keadilan. Terwujudnya kesetaraan gender dapat ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antargender, sehingga baik itu laki-laki maupun perempuan dapat memiliki akses, kesempatan untuk berpartisipasi dan memiliki kontrol atas pembangunan serta memeroleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan.

Berdasarkan Parameter Kesetaraan Gender dalam Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang disusun oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, ada beberapa indikator dari kesetaraan gender, berikut penjelasannya.

1. Akses

Akses merupakan peluang serta kesempatan untuk memeroleh ataupun menggunakan sumber daya tertentu. Mempertimbangkan bagaimana memperoleh akses yang setara serta adil antara laki-laki dan perempuan terhadap sumber daya yang akan dibuat.

2. Partisipasi

Partisipasi adalah keikutsertaan maupun partisipasi seseorang dan kelompok dalam kegiatan dan atau dalam proses pengambilan keputusan.

3. Kontrol

Kontrol merupakan wewenang, penguasaan atau kekuatan untuk mengambil keputusan. Dalam hal ini apakah pemegang jabatan tertentu sebagai pengambil keputusan didominasi oleh gender tertentu atau tidak.

4. Manfaat

Terakhir, manfaat merupakan kegunaan yang dapat dinikmati dengan optimal. Keputusan yang diambil dapat memberikan manfaat yang adil sekaligus setara bagi perempuan maupun laki-laki.

Contoh Budaya Patriarki

Budaya patriarki tidak hanya terjadi di negara-negara Barat saja, akan tetapi juga terjadi di Indonesia. Agar lebih jelas memahami budaya patriarki, berikut beberapa contoh dari budaya patriarki.

1. Dalam ranah rumah tangga

Perempuan selalu dituntut untuk dapat melakukan berbagai macam pekerjaan rumah yang masuk dalam pekerjaan domestik, mulai dari bersih-bersih hingga menyediakan makanan. Apabila seorang perempuan tidak mampu melakukan tuntutan tersebut, maka ia bisa dikucilkan oleh orang-orang sekitar. Akan tetapi, hal ini berbeda dengan laki-laki, dalam budaya patriarki, laki-laki tidak dituntut untuk melakukan pekerjaan rumah tangga. Sehingga, ketika laki-laki melakukannya, mereka cenderung akan mendapatkan pujian seakan-akan melakukan hal yang luar biasa.

2. Dalam ranah pekerjaan

Seorang perempuan tidak boleh bekerja dengan pekerjaan laki-laki, seperti menjadi pilot, arsitek yang saat ini profesi-prose tersebut didominasi oleh laki-laki. Sehingga, terkadang masih banyak yang meragukan kemampuan perempuan ketika menjadi pilot atau pekerjaan lain yang didominasi oleh laki-laki.

3. Dalam ranah politik

Perempuan masih ditempatkan sebagai bayang-bayang laki-laki dalam ranah politik. Masyarakat yang patriarkal sejak awal, menganggap bahwa laki-laki lebih kuat dibandingkan perempuan, baik itu dalam keluarga, masyarakat, kehidupan pribadi maupun bernegara.

Budaya patriarki serta nilai sosial terutama di Indonesia, menuntut perempuan untuk tidak ikut berpartisipasi dalam ranah politik maupun pemerintahan. Sistem dan arah kebijakan pemerintah terhadap isu-isu perempuan dinilai semakin responsif gender. Akan tetapi, posisi perempuan tetap rentan pada berbagai bentuk manipulasi politik dan sering kali dipakai sebagai alat legitimasi.

4. Dalam ranah kehidupan pribadi

Perempuan terus didorong untuk memperhatikan penampilannya secara detail, mulai dari kulit, bentuk badan, baju yang dikenakan dan lainnya. Perempuan juga harus mengikuti hal-hal yang disepakati oleh masyarakat, seperti perempuan harus memakai baju tertutup, tidak boleh keluar rumah hingga larut malam dan lainnya dengan alasan untuk melindungi perempuan.

Akan tetapi, masyarakat patriarkal justru mengesampingkan hal yang lebih penting yaitu pendidikan terhadap perempuan. Masih banyak kelompok di Indonesia yang percaya, bahwa pendidikan tinggi hanya cukup diberikan pada laki-laki saja dan tidak pada perempuan. Karena perempuan cukup tinggal di rumah, melakukan pekerjaan domestik dan memiliki penampilan yang baik saja.

Di sisi lain, ketika masyarakat patriarkal mengharapkan perempuan untuk mampu mengurus diri dan keluarga dengan baik, laki-laki yang bersolek, melakukan perawatan kulit dan memperhatikan fashion justru dianggap menyalahi kodrat dan mendapatkan cibiran.

Patriarki adalah

Seperti yang kita tahu, patriarki adalah sebuah sistem sosial dan ideologi yang dapat menyebabkan dampak-dampak negatif dalam kehidupan masyarakat. Jika Grameds tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang patriarki, maka Grameds bisa mengulik lebih dalam dengan membaca buku yang ada di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia selalu menyediakan beragam buku bermanfaat dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Khansa

About the author

Umam

Perkenalkan saya Umam dan memiliki hobi menulis. Saya juga senang menulis tema sosial budaya. Sebelum membuat tulisan, saya akan melakukan riset terlebih dahulu agar tulisan yang dihasilkan bisa lebih menarik dan mudah dipahami.