Bahasa Indonesia

Pengertian, Wujud, dan Makna Kalimat Imperatif dalam Kehidupan Sehari-Hari

Written by Siti Badriyah

Kalimat Imperatif – Istilah imperatif dalam karya kebahasaan, menggunakan istilah kalimat perintah. Menurut Keraf (1994) dalam bukunya yang berjudul Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, kalimat perintah atau dalam pembahasan artikel ini disebut sebagai kalimat imperatif, yaitu kalimat yang mengandung perintah atau permintaan agar orang lain melakukan sesuatu yang diinginkan oleh orang yang menyampaikannya. Pemberian perintah ini bisa secara lisan maupun tertulis.

Secara umum, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring, imperatif bersifat memerintah atau memberi komando; mempunyai hak memberi komando; bersifat mengharuskan. Kridalaksana (2008) dalam buku berjudul Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia menambahkan jika kalimat imperatif merupakan kalimat atau verba yang digunakan untuk mengungkapkan keharusan, larangan, dan perintah untuk melakukan suatu perbuatan.

Hal tersebut sejalan dengan informasi yang tertuang dalam buku berjudul Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1998) yang ditulis oleh Alwi. Kalimat imperatif adalah kalimat yang digunakan sesuai dengan konteks memberi perintah terhadap sesuatu.

Pengertian Kalimat Imperatif

Menurut pendapat Rahardi (2005) dalam buku berjudul Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia, kalimat imperatif adalah kalimat yang mengandung permintaan agar mitra tutur melakukan tindakan sesuai dengan
perkataan si penutur. Kalimat imperatif dapat diklasifikasikan menjadi lima macam, yaitu:

  • Kalimat imperatif biasa;
  • Kalimat imperatif permintaan;
  • Kalimat imperatif pemberian izin;
  • Kalimat imperatif ajakan;
  • Kalimat imperatif suruhan.

Andriyanto (2013) dalam penelitiannya berjudul Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep menyebut kalimat imperatif sebagai kalimat perintah, yaitu ucapan yang isinya memerintah, memaksa, menyuruh, mengajak, meminta agar orang yang diperintah melakukan sesuatu yang diperintah. Saat melakukan komunikasi atau bertutur, wujud imperatif memiliki fungsi komunikatif yang signifikan.

Hal tersebut dipertegas oleh Rahardi (2005) yang menyatakan wujud imperatif memang menarik untuk diteliti, dicermati, dan dikaji. Salah satu alasannya, yaitu wujud kebahasaan ini memiliki fungsi komunikatif yang signifikan. Ketika melakukan komunikasi sehari-hari, bahasa menjadi media utama. Oleh karena itu, wujud imperatif selalu hadir dalam setiap komunikasi yang dilakukan oleh manusia. Hal yang demikian itu menegaskan bahwa wujud imperatif memang selalu hadir dalam setiap komunikasi manusia, termasuk juga komunikasi yang terjadi di dalam dakwah seorang ustad kepada peserta pengajian.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat imperatif merupakan tuturan yang mengandung makna memerintah. Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari komunikasi. Setiap berkomunikasi manusia akan menuturkan imperatif kepada lawan bicaranya untuk melakukan hal yang diinginkan oleh si penutur.

Wujud Tuturan Imperatif

Wujud tuturan imperatif merupakan realisasi maksud imperatif apabila dikaitkan dengan ciri struktural atau ciri formalnya. Berdasarkan ciri formalnya, tuturan imperatif dapat dibagi menjadi dua wujud, yakni imperatif aktif dan imperatif pasif. Berikut pembagian wujud tuturan imperatif berdasarkan penjelasan dari Rahardi (2005).

1. Imperatif Aktif

Imperatif aktif dalam bahasa Indonesia dibedakan berdasarkan penggolongan verbanya, yaitu imperatif aktif yang berciri transitif dan imperatif aktif yang berciri tidak transitif.

a. Imperatif Aktif Transitif

Imperatif ini menuntut kehadiran objek di belakang verba. Ketentuan dalam membentuk tuturan imperatif aktif tidak transitif tetap berlaku. Perbedaannya, verbanya harus dibuat tanpa berawalan ber- dan meN- untuk membentuk imperatif aktif transitif.

Berikut contoh tuturan imperatif aktif transitif.

Kalian analisis strukturnya!

Informasi indeksial:
Tuturan tersebut termasuk imperatif aktif transitif yang dapat dibuktikan dengan cara mengubah kalimat tersebut menjadi kalimat deklaratif, yaitu “kalian menganalisis strukturnya”. Predikat dalam kalimat tersebut berupa verba aktif yang dapat dibuktikan dari awalan meN- diikuti dengan nomina analisis, sehingga membentuk verba aktif menganalisis. Selanjutnya, untuk menentukan bahwa setelah verba adalah objek dapat dilakukan teknik permutasi dengan cara mengubah kalimat tersebut ke dalam bentuk pasif, yaitu “strukturnya dianalisis kalian”.

b. Imperatif Aktif Tidak Transitif

Tuturan deklaratif dapat mudah membentuk imperatif aktif tidak transitif, yaitu dengan menerapkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut.

  • Mempertahankan bentuk verba yang dipakai dalam kalimat deklaratif itu seperti apa adanya;
  • Menghilangkan subjek yang lazimnya berupa persona kedua seperti Anda, saudara, kamu, dan kalian;
  • Menambahkan partikel -lah di bagian tertentu untuk memperhalus maksud imperatif aktif tersebut;
  • Verba yang digunakan dapat berupa verba dasar, frasa verbal yang berawalan ber- atau meN-, frasa adjektival, maupun frasa preposional.

Berikut contoh wujud imperatif aktif tidak transitif.

Yang kuat berdiri, Fadila!

Informasi indeksial:
Tuturan tersebut termasuk imperatif aktif yang berciri tidak transitif, yaitu diungkapkan dengan frasa adjektival kuat, kemudian dilanjutkan dengan verba dasar di kata berdiri.

2. Imperatif Pasif

Menurut Rahardi (2005), kadar suruhan tuturan imperatif pasif cenderung menjadi rendah. Bentuk imperatif pasif dapat mengandung konotasi makna bahwa orang ketigalah yang diminta melakukan sesuatu, bukannya orang kedua. Kadar permintaan dan kadar suruhan yang terdapat dalam imperatif pasif tidak terlalu tinggi, karena maksud tuturan tidak secara langsung tertuju kepada orang yang bersangkutan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tuturan imperatif pasif ini memiliki maksud untuk menyelamatkan muka dan melibatkan muka si penutur maupun mitra penutur.

Berikut contoh tuturan imperatif pasif.

Sebaiknya diketik dulu saja surat itu dan kalau masih bisa dikirim secepatnya!

Informasi indeksial:
Tuturan tersebut termasuk imperatif pasif transitif yang dituturkan oleh seorang direktur kepada sekretarisnya, yang saat itu sedang bersama-sama bekerja di ruang kerja direktur. Tuturan tersebut dituturkan dengan penuh pertimbangan kehalusan karena tampaknya sang direktur merasa tidak enak memerintah lagi kepada sekretarisnya setelah hari mulai sore.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa wujud tuturan imperatif dibagi menjadi dua, yaitu aktif dan pasif. Namun, wujud imperatif aktif masih dapat digolongkan berdasarkan verbanya, yaitu aktif transitif dan aktif tidak transitif. Wujud tuturan aktif transitif memiliki ciri tidak diawali dengan ber- atau meN-, sedangkan verba wujud aktif tidak transitif diawali dengan ber- atau meN- serta mendapatkan akhiran -lah. Adapun wujud imperatif pasif memiliki ciri diawali dengan di- atau diakhiri dengan -kan.

Makna Tuturan Imperatif

Menurut Rahardi (2005), wujud pragmatik imperatif dalam bahasa Indonesia tidak selalu berupa konstruksi imperatif. Dengan perkataan lain, wujud pragmatik imperatif dalam bahasa Indonesia tersebut dapat berupa tuturan yang bermacam-macam, yaitu dapat berupa konstruksi imperatif dan nonimperatif. Adapun yang dimaksud dengan wujud pragmatik adalah realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia apabila dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakanginya. Makna tuturan imperatif yang demikian itu sangat ditentukan oleh konteksnya.

Sedikitnya, ada 17 macam makna tuturan imperatif dalam bahasa Indonesia. Beberapa makna dari tuturan imperatif tersebut sebagai berikut.

1. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Perintah

Ketika seseorang menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari, tidak semua kalimat bermakna imperatif perintah diwujudkan dengan tuturan imperatif, tetapi juga dengan tuturan nonimperatif. Imperatif ini dapat disebut dengan imperatif tidak langsung yang hanya dapat diketahui maknanya melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya.

Apabila seseorang ingin membuktikan bahwa suatu tuturan mengandung makna perintah, tuturan tersebut dapat dikenakan teknik parafrasa atau teknik ubah wujud seperti yang lazim digunakan dalam analisis lingusitik struktural.

Beberapa contoh dari tuturan bermakna perintah ini sebagai berikut.

Bunuh saja. Ya, itu tentu. Namun, bagaimana caranya? Tembak! Tembak! Tidak, itu terlalu lekas dan ringan. Kita gantung. Kita gantung”.

Informasi indeksial:
Tuturan orang yang terlibat dalam sebuah kerusuhan pada saat mereka berhasil menangkap seorang pemicu kerusuhan.

Kerusuhan Pekalongan itu ada yang menggerakkan”.

Informasi indeksial:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang panglima angkatan bersenjata kepada masyarakat umum pada saat kerusuhan menjelang pemilihan umum.

2. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Suruhan

Rahardi (2005) secara struktural, imperatif yang bermakna suruhan dapat ditandai dengan pemakaian kata coba. Contoh dari tuturan bermakna suruhan sebagai berikut.

Coba hidupkan mesin mobil itu!

Informasi indeksial:
Tuturan tersebut disampaikan oleh seorang montir kepada pemilik mobil yang kebetulan sedang rusak di pinggir jalan.

3. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Permintaan

Tuturan imperatif yang mengandung makna permintaan lazimnya menggunakan kata tolong atau frasa lain yang bermakna meminta. Contoh dari tuturan bermakna permintaan sebagai berikut.

Totok: “Tolong pamitkan, mbak!”
Narsih: “Iya, Tok. Selamat jalan, ya!”

Informasi indeksial:
Tuturan ini disampaikan oleh seseorang kepada sahabatnya pada saat dia akan meninggalkan rumahnya pergi ke kota karena ada keperluan yang tidak dapat ditinggalkan. Pada saat yang sama, sebenarnya dia harus menghadiri sebuah acara rapat karang taruna di desanya.

4. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Permohonan

Imperatif yang mengandung makna permohonan biasanya ditandai dengan penggunaan kata mohon. Selain ditandai dengan hadirnya kata penanda itu, sufiks –lah juga lazim digunakan untuk memperhalus kadar tuturan imperatif permohonan. Contoh dari tuturan bermakna permohonan sebagai berikut.

Mohon tanggapi secepatnya surat ini!

Informasi indeksial:
Tuturan seorang pimpinan kepada pimpinan lain dalam sebuah kampus pada saat mereka membicarakan surat lamaran pekerjaan dari seorang calon pegawai.

5. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Desakan

Imperatif dengan makna desakan menggunakan kata ayo atau mari sebagai pemarkah makna. Selain itu, kadang-kadang digunakan juga kata harap atau harus untuk memberi penekanan maksud desakan tersebut. Intonasi yang digunakan untuk menuturkan imperatif jenis ini lazimnya cenderung lebih keras dibandingkan dengan intonasi dalam tuturan imperatif yang lainnya. Contoh dari tuturan bermakna desakan sebagai berikut.

Bibi kepada Monik: “Ayo, makanlah dulu. Nanti temanmu kemalaman pulangnya. Ayo! Ayo, makan dulu!”

Informasi indeksial:
Tuturan ini disampaikan oleh Bibi Monik pada saat Monik bersama temannya berada di rumah sang Bibi.

6. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Bujukan

Menurut Rahardi (2005), imperatif yang bermakna bujukan di dalam bahasa Indonesia biasanya diungkapkan dengan kata ayo atau mari. Selain itu, dapat juga imperatif tersebut diungkapkan dengan kata tolong. Contoh dari tuturan bermakna bujukan sebagai berikut.

Ibu kepada anaknya yang masih kecil: “Habiskan susunya dulu, yo! Nanti terus pergi ke Malioboro Mall”.

Informasi indeksial:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang ibu kepada anaknya yang masih kecil dan agak sulit disuruh minum susu. Tuturan itu dimaksudkan untuk membujuk si anak agar dia mau minum susu.

7. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Imbauan

Imperatif yang mengandung makna himbauan lazimnya digunakan bersama sufiks –lah. Selain itu, imperatif jenis ini sering digunakan bersama dengan kata harap dan mohon. Contoh dari tuturan bermakna imbauan sebagai berikut.

Mohon, jangan membuang sampah di sembarang tempat!

Informasi indeksial:
Tuturan peringatan yang terdapat di tempat umum.

8. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Persilaan

Imperatif persilaan dalam bahasa Indonesia lazimnya digunakan dengan kata silakan. Selain itu, digunakan pula bentuk pasif dipersilakan untuk menyatakan maksud pragmatik imperatif persilaan itu. Bentuk yang kedua cenderung lebih sering digunakan pada acara-acara formal yang sifatnya protokoler. Contoh dari tuturan bermakna persilaan sebagai berikut.

Silakan, silakan! Nah, marilah kita sekarang bersama-sama menengok tanaman apa saja yang ada di pekarangan di dekat kamar mayat sana itu”.

Informasi indeksial:
Tuturan ini terjadi di dalam rumah sakit antara pasien yang sudah berusia lanjut, tetapi keduanya sudah berhubungan dengan sangat baik.

9. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Ajakan

Imperatif dengan makna ajakan biasanya ditandai dengan pemakaian kata mari atau ayo. Kedua macam kata penanda itu masing-masing memiliki makna ajakan. Contoh dari tuturan bermakna ajakan sebagai berikut.

Monik kepada Tante: “Mari makan, Tante!”

Informasi indeksial:
Tuturan ini terjadi di ruang makan suatu keluarga. Orang yang satu mengajak orang yang lain untuk makan bersama.

10. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Permintaan Izin

Menurut Rahardi (2005), imperatif bermakna permintaan izin biasanya ditandai dengan penggunaan kata mari dan boleh. Contoh dari tuturan bermakna permintaan izin sebagai berikut.

Adik kepada kakak perempuan: “Mbak, mari saya bawakan tasnya!”

Informasi indeksial:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang adik kepada kakak perempuannya yang bertemperamen keras, segala sesuatunya akan dilakukan sendiri tanpa campur tangan dan keterlibatan orang lain.

11. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Mengizinkan

Imperatif bermakna mengizinkan lazimnya ditandai dengan pemakaian kata silakan. Contoh dari tuturan bermakna mengizinkan sebagai berikut.

“Silakan membuang sampah di tempat ini!”

Informasi indeksial:
Tuturan ini ditemukan di lokasi yang disediakan khusus untuk tempat pembuangan sampah.

12. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Larangan

Menurut Rahardi (2005), imperatif dengan makna larangan dalam bahasa Indonesia biasanya ditandai oleh pemakaian kata jangan. Contoh dari tuturan bermakna larangan sebagai berikut.

Ishak kepada Satilawati: “Jangan berkata begitu Satilawati, hatiku bertambah rusak!”

Informasi indeksial:
Tuturan ini terjadi dalam perbincangan yang bersifat pribadi antara seorang dengan orang lainnya pada saat mereka bertemu di kantin kampus.

13. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Harapan

Imperatif yang menyatakan makna harapan biasanya ditunjukkan dengan kata harap dan semoga. Kedua macam kata penanda itu di dalamnya mengandung makna harapan. Contoh dari tuturan bermakna harapan sebagai berikut.

“Harap tenang ada ujian negara!”

Informasi indeksial:
Tuturan peringatan pada salah satu tempat di dalam kampus perguruan tinggi.

14. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Umpatan

Menurut Rahardi (2005), imperatif jenis ini relatif banyak ditemukan di dalam percakapan bahasa Indonesia sehari-hari. Contoh dari tuturan bermakna umpatan sebagai berikut.

Si Gendut kepada sopir: “Kurang ajar kau! Jangan lancang, ya. Jangan bikin tuan besar menjadi marah. Ayo belok!”

Informasi indeksial:
Tuturan ini terjadi pada saat seorang sopir yang sedang berusaha menipu penumpangnya bertengkar dengan si penumpang yang kebetulan sangat pemberani dan tidak mau dikelabui.

15. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Ucapan Selamat

Imperatif jenis ini cukup banyak ditemukan di dalam percakapan bahasa Indonesia sehari-hari dan menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia. Biasanya suatu anggota masyarakat akan saling menyampaikan ucapan salam atau ucapan selamat kepada anggota masyarakat yang lain. Contoh dari tuturan bermakna ucapan selamat sebagai berikut.

Neti kepada Ibu: “Mami! Selamat jalan, dan oleh-olehnya, ya, nanti”.

Informasi indeksial:
Tuturan ini disampaikan pada saat ibu Neti berangkat ke kota lain, sedangkan Neti harus tinggal di rumah.

16. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Anjuran

Menurut Rahardi (2005), imperatif yang mengandung makna anjuran secara struktural biasanya ditandai dengan penggunaan kata hendaknya dan sebaiknya. Contoh dari tuturan bermakna anjuran sebagai berikut.

Orang tua kepada anak: “Sebaiknya uang ini kamu simpan saja di almari”.

Informasi indeksial:
Tuturan ini disampaikan oleh ibu kepada anaknya yang masih kecil. Dia baru saja mendapatkan uang saku dari saudaranya.

17. Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif “Ngelulu”

Kata “ngelulu” berasal dari bahasa Jawa, yang bermakna seperti menyuruh mitra tutur melakukan sesuatu, tetapi yang dimaksud sebenarnya adalah melarang melakukan sesuatu. Makna imperatif melarang lazimnya diungkapkan dengan kata jangan. Imperatif yang bermakna “ngelulu” di dalam bahasa Indonesia lazimnya tidak diungkapkan dengan kata penanda, melainkan berbentuk tuturan imperatif biasa. Contoh dari tuturan yang bermakna “ngelulu” sebagai berikut.

Ibu: “Makan saja semuanya biar ayahmu senang kalau nanti pulang kerja!”
Anak: “Ah, ibu… Nanti benjut kepalaku”.

Informasi indeksial:
Pertuturan antara seorang ibu dengan anaknya yang senang makan banyak. Kalau makan, dia sering lupa dengan anggota keluarga yang lain. Demikian pula dengan ayahnya yang biasanya pulang dari tempat kerja pada sore hari.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

About the author

Siti Badriyah

Tulis menulis menjadi salah satu hobi saya. Dengan menulis, saya menyebarkan beragam informasi untuk orang lain. Tak hanya itu, menulis juga menggugah daya berpikir saya, sehingga lebih banyak informasi yang dapat saya tampung.

Kontak media sosial Instagram saya Siti Badriyah