Geografi IPA

Pengertian Bumi: Bentuk, Ukuran, Umur, dan Struktur Lapisan Bumi

bumi adalah
Written by Rahma R

Pengertian Bumi – Dibanding planet lain yang ada di Galaxy Bimasakti, Bumi adalah satu-satunya planet yang memiliki kehidupan di dalamnya. Selain itu, planet yang dijuluki sebagai planet “biru” ini termasuk ke dalam kelompok planet minor (planet terestrial)–yang ukuran serta massanya relatif kecil–bersama dengan Merkurius, Venus, dan Mars.

Jika dibandingkan dengan alam semesta yang sangat luas, Bumi hanyalah sebuah benda yang terlalu kecil untuk dilihat. Saking kecilnya, Bumi tampak seperti satu titik yang sangat mudah hilang dari pandangan.

Meski begitu, Bumi memiliki keunikan yang tidak ada pada planet lain. Seperti misalnya, di planet ini ada air dalam tiga bentuk yaitu padat, cair dan gas. Akibatnya planet yang kita tempati ini memiliki lautan serta kutub es.

Tidak berhenti sampai di situ saja, di Bumi juga terdapat siklus hidrologi yang berkesinambungan seperti hujan, dan permukaan Bumi akan terus berubah dan mengalami peremajaan sepanjang waktu.

Ada banyak sekali fakta menarik yang dimiliki oleh planet kita, Bumi. Mulai dari bentuk, ukuran, umur, rotasi, revolusi, hingga berbagai macam makhluk hidup di dalamnya. Dan dalam artikel kali ini, Grameds akan menemukan fakta-fakta menarik yang mungkin belum kamu ketahui. Karena itu jangan ada yang di-skip, ya!

Bentuk, Ukuran, dan Umur Bumi

Bentuk Bumi

Sejak belajar mata pelajaran Geografi di sekolah, Grameds pasti telah mengetahui bahwa Bumi merupakan planet yang bentuknya bulat. Dan jika diukur lebih akurat lagi, bentuknya tidak bulat sempurna, tapi sedikit lonjong mirip telur ayam.

Banyak sekali bukti yang mempertegas hal ini. Misalnya, foto-foto yang diambil dari satelit buatan di luar angkasa; perbedaan waktu; fenomena kapal yang berlayar ke satu arah akan kembali ke tempat semula; dan kenyataan bahwa Grameds akan melihat bendera kapal laut lebih dulu sebelum badannya ketika berdiri di tepi pantai.

Seperti yang tercantum dalam buku Bumi Dan Tata Surya yang ditulis oleh Danang. Buku ini membahas tentang sistem tata surya dan seluk beluk planet bumi.

https://www.gramedia.com/products/bumi-dan-tata-surya?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Bentuk bumi yang seperti telur ayam ini disebut juga dengan Geoid. Yang lebih menarik lagi, tidak ada planet lain di alam semesta yang bentuknya persis seperti bumi. Grameds juga tidak akan bisa menyamakan bentuk bumi dengan bentuk geometris manapun.

Sebelum sampai pada kesimpulan Bumi berbentuk Geoid, manusia zaman dulu punya teori lain yang berasal dari imajinasi dan kemampuan pengamatan mereka. Orang-orang Mesir kuno, contohnya, percaya bahwa langit merupakan wanita raksasa yang mereka sebut sebagai dewi Nut.

Dewi Nut ini merentangkan tangan dan kakinya ke empat penjuru dunia hingga menutupi bumi sepenuhnya. Kemudian tiap pagi, Nut akan melahirkan matahari lalu dimakan lagi saat malam hari. Terus begitu setiap harinya.

Sementara itu, daratan digambarkan sebagai dewa bumi yang bernama Geb. Orang-orang mesir kuno menggambarkan geb sebagai seorang laki-laki yang berbaring di bawah langit Nut.

Lain lagi dengan peradaban Babilonia yang membagi alam semesta menjadi tiga lapisan, yaitu langit, bumi dengan bentuk yang datar, kemudian air.

Sedikit maju ke 340 tahun SM, Aristoteles diyakini sebagai orang pertama yang menyebutkan bahwa bumi berbentuk bulat. Anggapan tersebut kemudian didukung oleh beberapa kenyataan yang dihasilkan dari pengamatannya sendiri.

Setelah melakukan pengamatan, Aristoteles menyadari bahwa gerhana bulan (bulan purnama) diakibatkan oleh posisi Bumi yang terletak diantara Bulan dan Matahari. Dia juga mengatakan bayangan Bulan di permukaan Bumi selalu terlihat bundar. Kenyataan ini hanya bisa terjadi jika Bumi berbentuk bulat. Kalau datar, bayangan bulan harusnya terlihat lonjong kecuali saat berada di atas ubun-ubun.

Jadi melalui bukti-bukti tersebut, Aristoteles lalu menyampaikan gagasan bahwa bumi sebenarnya berbentuk bulat. Gagasan ini disepakati juga oleh filsuf-filsuf setelah Aristoteles, seperti Euclid, Archimedes, Eratosthenes, dan Aristarchus.

Ukuran Bumi

Sebagai manusia yang menghabiskan waktunya di permukaan Bumi, kita tidak pernah melihat planet ini secara keseluruhan. Pandangan mata manusia memiliki batasnya sendiri yang sering disebut sebagai horizon.

Untungnya, manusia berhasil menciptakan satu teknologi yang memungkinkan kita untuk melihat seluruh planet Bumi. Teknologi itu bernama satelit. Dengan bantuan satelit, akhirnya diketahui bahwa keliling bumi adalah 40.075 km. Luas banget, kan?

Nah, apakah Grameds tahu, sekitar 2.000 tahun yang lalu ada manusia yang berhasil mengukur keliling bumi bermodalkan sebuah tongkat sederhana? Dia adalah Eratosthenes, seorang matematikawan Yunani kuno yang dikenal juga sebagai bapak Geografi.

Di siang hari yang panas, pada tanggal 21 Juni 240 SM, Eratosthenes sedang berada di Siena–sekarang bernama Aswan. Di kota ini dia melihat sebuah sumur dan menyadari bahwa di dasar sumur tersebut tidak ada bayangan yang terbentuk sama sekali.

Lantas dia pun menegakkan sebuah tongkat untuk memastikan ada yang aneh di kota tersebut. Setelah tongkat ditegakkan, ternyata tidak ada bayangan yang dihasilkan. Di saat yang sama, keanehan ini tidak terjadi di kota Alexandria–salah satu kota di Mesir yang berjarak sekitar 843 km dari Aswan.

Di Alexandria, tongkat yang berdiri tegak menghasilkan bayangan sebagaimana biasanya. Eratosthenes kemudian mempertanyakan hal ini, bagaimana bisa ada bayangan pada tongkat yang ditegakkan di Alexandria, sementara di kota Aswan justru tidak ada?

Berbekal rasa ingin tahunya yang tinggi, dia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mengukur berapa lingkar planet Bumi. Dari hasil pengukuran yang dilakukannya, Eratosthenes mendapatkan ukuran bumi sebesar 46.250 km.

Jika dibandingkan dengan hasil pengukuran modern yang disebutkan sebelumnya, hasil pengukuran Eratosthenes ini hanya meleset 15% saja. Dengan kata lain, hasil kalkulasi yang bermodalkan rasa ingin tahu dan sebuah tongkat ternyata tidak berbeda jauh dengan yang dihasilkan oleh teknologi satelit. Apalagi dia melakukannya 2.000 tahun yang lalu, saat ilmu pengetahuan belum terlalu berkembang.

Berkat eksperimen yang dia lakukan, Eratosthenes mencatatkan namanya sebagai orang pertama yang berhasil mengukur lingkar bumi.

Umur Bumi

Jumlah penduduk Bumi saat ini sudah hampir menyentuh angka 8 miliar orang. Dari jumlah ini, mungkin hanya segelintir yang tidak mempunyai akte kelahiran–dokumen resmi yang mencatat hari pertama seorang manusia hidup.

Lewat akte tersebut, kita bisa tahu sudah berapa lama kita hidup. Sayangnya tidak ada akte yang mencatat umur planet biru ini. Untungnya, para ilmuwan tidak pernah berhenti mencari jawaban untuk pertanyaan “berapa umur bumi?”.

Selama 400 tahun terakhir, ribuan ilmuwan melakukan berbagai cara untuk memprediksi umur Bumi. Ada yang menggunakan perubahan permukaan laut, salinitas (keasinan) laut, atau waktu yang diperlukan oleh Bumi/Matahari untuk menyajikan suhu.

Sayang sekali, semua metode tersebut masih belum bisa diandalkan. Pasalnya banyak hal lain yang mungkin mempengaruhi hasil penghitungan. Misalnya saja soal permukaan air laut yang naik turunnya selalu berubah-ubah, atau yang lainnya.

Setelah itu, ilmuwan mencoba memperkirakan umur Bumi dengan meneliti bebatuan di permukaan Bumi. Akan tetapi, lempeng tektonik tidak pernah berhenti mengubah kerak Bumi, jadi bisa dipastikan batuan yang ada di masa awal-awal planet ini telah hilang.

Batuan tertua yang pernah ditemukan di Bumi berada di dekat Great Slave Lake, sebelah barat laut Kanada, bernama Acasta Gneiss. Usianya diperkirakan 4,03 miliar tahun. Selain itu, masih banyak lagi batuan dengan usia >3,5 miliar tahun di semua benua, diantaranya:

  • Batuan Supracrustal Isua di Greenland yang berusia 3,7 miliar – 3,8 miliar tahun
  • Batuan di Swaziland yang diperkirakan berusia 3,4 – 3,5 miliar tahun
  • Batuan di Australia Barat dengan umur 3,4 miliar sampai 3,6 miliar tahun.
  • Kristal Zirkonium yang ditemukan sekelompok peneliti di Australia memiliki usia sekitar 4,3 miliar tahun.

Mungkin buat kamu, semua penemuan tersebut sudah cukup menjawab pertanyaan tentang usia planet Bumi. Tapi tidak bagi para ilmuwan. Mereka belum menyerah dan mencoba memanfaatkan teknologi yang lebih canggih di abad ke-20 ini.

Para ilmuwan memanfaatkan teknologi tersebut untuk menyempurnakan proses penanggalan radiometrik dan mencari tahu usia batu. Mereka memeriksa beberapa unsur yang ada di sebuah batu. Kemudian menghitung berapa jumlah awal unsur radioaktifnya dan berapa lama waktu yang diperlukan unsur-unsur tadi untuk meluruh.

Nah, dari metode termutakhir tersebut, para ilmuwan kemudian meyakini bahwa usia Bumi saat ini adalah sekitar 4,54 miliar tahun!

Rotasi dan Revolusi Bumi

bumi adalah

Sumber: Unsplash.com

Rotasi Bumi

Mungkin Grameds pernah bertanya kenapa harus ada siang dan malam? Apa yang membuat siang dan malam itu ada? Atau kenapa saat siang ada Matahari, tapi hilang saat malam datang? Jawaban dari tiga pertanyaan itu hanya satu, yaitu karena bumi berputar pada porosnya atau rotasi bumi.

Untuk menyelesaikan satu kali rotasi/putaran, planet kita memerlukan waktu kurang lebih 23 jam 56 menit 4 detik atau yang biasa kita sebut dengan satu hari. Menariknya, tidak ada manusia yang bisa merasakan perputarannya secara langsung. Mengapa bisa begitu?

Karena ada gravitasi bumi yang bertugas menarik semua benda di permukaan ke arah pusat gravitasi bumi. Jadi Grameds tidak bisa merasakan perputaran bumi. Meski begitu, kita masih bisa melihat dampak rotasi bumi secara langsung, diantaranya:

Dampak Rotasi Bumi

Adanya siang dan malam. Karena bumi berputar, otomatis ada bagian yang menghadap ke matahari dan bagian lainnya tidak. Inilah yang menyebabkan terjadinya siang dan malam.
Gerak semu harian matahari atau pergerakan matahari dari timur ke barat. Kalau diperhatikan, matahari seperti mengitari bumi setiap hari, padahal kenyataannya justru bumi yang bergerak dari barat ke timur. Sedangkan matahari tetap diam di tempatnya.

Adanya perbedaan waktu. Saat ini ada 24 perbedaan waktu di planet Bumi, angka ini didapatkan dari hasil pembagian garis bujur setiap 15°. Karena itu yang menjadi pusat waktunya adalah Kota Greenwich yang ada di garis bujur 0° atau dikenal sebagai Greenwich Mean Time (GMT). Di Indonesia sendiri ada 3 pembagian waktu, pertama Waktu Indonesia Barat (WIB), lalu Waktu Indonesia Tengah (WITA), dan Waktu Indonesia Timur (WIT).

Pembelokan arah angin atau efek coriolis. Karena bumi berotasi pada porosnya, angin yang seharusnya bergerak dari kutub ke khatulistiwa, jadi berbelok. Di sebelah utara bum, angin berbelok ke kanan dan di sebelah selatan bumi, berbelok ke kiri.

Revolusi Bumi

Sederhananya, revolusi bumi adalah proses perputaran bumi mengelilingi matahari selama kurang lebih 365 ¼ hari atau 1 tahun. Setiap planet yang ada di Galaxy Bimasakti juga mengelilingi matahari, kok.

Uniknya, semua planet mempunyai bidang elips (jalur lintasan saat mengitari matahari) nya masing-masing akibat adanya gaya gravitasi matahari. Jadi antara satu planet dan planet lainnya tidak akan bertabrakan.

Pengaruh Revolusi Bumi

  1. Gerak semu tahunan matahari. Setiap tanggal 22 Desember sampai 21 Juni, belahan bumi bagian utara akan lebih condong ke arah matahari. Sementara mulai dari 21 Juni hingga 22 Desember, belahan bumi bagian selatan lebih condong ke arah matahari.
  2. Perbedaan lamanya siang dan malam. Kamu mungkin pernah merasakan matahari terbenam sedikit lebih lama daripada biasanya. Misalnya pada pukul 18:05 matahari langit masih terlihat cerah, padahal biasanya sudah mulai gelap. Fenomena seperti ini terjadi karena revolusi bumi. Biasanya di bulan Desember, bagian selatan bumi mengalami panas lebih lama. Begitupun sebaliknya.
  3. Adanya perbedaan musim. Karena bagian selatan lebih condong ke matahari di bulan Desember, bagian ini jadi mengalami musim panas. Dan di bagian utara justru mengalami musim dingin. Sebaliknya, di bulan Juni, bagian utara akan mengalami musim panas dan bagian selatan mengalami musim dingin.

Rotasi dan revolusi bumi ternyata ada disebutkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Luqman ayat 29 yang artinya:

“Tidakkah engkau memperhatikan, bahwa Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia menundukkan matahari dan bulan, masing-masing beredar sampai kepada waktu yang ditentukan. Sungguh, Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (Luqman 31:29).

Selain itu, masih banyak lagi ayat-ayat lain yang menjelaskan tentang planet tempat tinggal kita ini. Jika Grameds ingin tahu lebih dalam lagi, silakan baca buku Ilmu Pengetahuan Bumi Dan Antariksa: Kajian Sains dan Al-Qur’an yang ditulis oleh Wiji Aziiz Hari Mukti, M.Pd. Si.

https://www.gramedia.com/products/ilmu-pengetahuan-bumi-dan-antariksa?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Struktur Lapisan Bumi

bumi adalah

Sumber: Unsplash.com

Bumi, sebagai satu-satunya planet yang bisa dihuni oleh makhluk hidup, ternyata memiliki 4 lapisan, seperti lapisan kulit bawang. Salah satu manfaat dari lapisan-lapisan ini adalah untuk melindungi semua makhluk hidup yang ada di permukaan dari suhu tinggi yang ada di inti bumi. Berikut ini penjelasan singkat mengenai keempat lapisan tersebut:

Kerak Bumi

Kerak bumi merupakan lapisan terluar bumi yang ukurannya lebih tipis daripada lapisan yang lain. Bagian ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu kerak samudera (lautan) dan kerak benua (daratan).

Meski disebut tipis, tapi sebenarnya ketebalan kerak bumi ini mencapai puluhan kilometer, lho! Kerak samudera (lautan) memiliki ketebalan 6 sampai 11 kilometer, sementara kerak benua (daratan) ketebalannya sekitar 30 sampai 70 kilometer.

Untuk mempelajari lebih jauh tentang lautan dan daratan kamu bisa membacanya di buku Geomorfologi karya I Gede Sugiyanta.

https://www.gramedia.com/products/geomorfologi-1?utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_content=LiterasiRekomendasi

Selimut Bumi (Mantel)

Selimut bumi adalah lapisan yang membungkus inti bumi dan menjadi lapisan yang paling tebal dengan ketebalan sekitar 2.900 kilometer. Seperti kerak bumi, bagian selimut juga dibagi menjadi dua kategori, yaitu mantel luar dan mantel dalam.

Mantel luar mempunyai ketebalan mulai dari 10 hingga 300 kilometer di bawah permukaan bumi. Suhu di lapisan ini berkisar antara 1.400° sampai 3.000° Kelvin. Akibat suhu yang tinggi ini, logam-logam yang ada di dalamnya menjadi mengeras.

Selanjutnya di bagian yang kedua atau mantel dalam, ketebalannya mencapai 300 sampai 2.890 kilometer dengan suhu sekitar 3.000° Kelvin. Di lapisan ini, logam-logam yang ada sudah mulai mencair.

Inti Bumi

Ini bumi adalah sebuah lapisan cair yang memiliki ketebalan sekitar 2.266 kilometer dan terletak di kedalaman 2.900 kilometer dari mulai dasar kerak bumi hingga ke pusat bumi. Bagian inti bumi dibagi menjadi dua, yaitu inti luar dan inti dalam.

Inti luar merupakan lapisan dengan suhu mulai dari 4.300° Kelvin di bagian paling luar dan 5.000° Kelvin di bagian yang paling dekat dengan inti dalam. Berkat suhu yang luar biasa tinggi ini, lapisan ini bisa dipastikan memiliki bentuk fluida dengan tingkat kekentalan yang rendah.

Sementara itu, inti dalam adalah lapisan bumi paling dalam dengan bentuk bola yang padat dan memiliki jari-jari sekitar 1.220 kilometer. Lapisan inti dalam menjadi lapisan paling panas dengan suhu mencapai 5.500° Kelvin.

Demikian ulasan mengenai Bumi yang perlu kita ketahui. Grameds bisa mendapatkan buku-buku terkait Bumi yang telah direkomendasikan di Gramedia.com. Gramedia selalu memberikan produk terbaik agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Gilang

Baca juga:

About the author

Rahma R

Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang sudah dipelajari oleh banyak orang. Saya juga senang dengan bahasa Inggris, sehingga ketika menulis dengan tema materi bahasa Inggris sangat senang.