Geografi

Proses Terjadinya Gerhana Bulan

jenis Gerhana Bulan
Written by Mochamad Harris

Serba-Serbi Gerhana Bulan; Pengertian, Jenis, Proses, Dampak dan Mitos – Gerhana bulan adalah fenomena alam yang terjadi ketika sebagian atau keseluruhan penampang bulan ditutupi bayangan bumi. Fenomena gerhana bulan mudah diamati lantaran tidak memerlukan teleskop ataupun alat khusus lain untuk melihatnya. Namun, apabila kamu menggunakan teropong atau teleskop, kamu bisa melihat detail gerhana bulan secara jelas. Terdapat warna merah yang muncul saat terjadinya gerhana bulan total. Warna tersebut seakan-akan memancarkan aura magis.

Bahkan, pada tahun 1504, Christopher Columbus pernah memanfaatkan warna merah pada bulan tersebut untuk menakut-nakuti penduduk asli di Jamaika. Hal itu bertujuan agar kru kapalnya diberikan makan. Columbus mengatakan ia memiliki almanak yang dapat meramalkan terjadinya gerhana bulan pada 29 Februari 1504.

Saat itu, ia bertemu dengan kepala suku setempat dan berkata bahwa dewa marah karena masyarakatnya tidak memasok makanan. Dewa akan menghukum mereka dengan berupa bulan purnama tampak murka karena menyala merah terang. Saat gerhana bulan terjadi, penduduk Jamaika yang ketakutan itu langsung mendatangi kru kapal Christopher Columbus untuk memberikan perbekalan.

Pengertian dan Proses Terjadinya Gerhana Bulan

Secara sederhana, gerhana bulan merupakan fenomena yang terjadi saat posisi bumi ada di antara matahari dan bulan. Saat gerhana bulan terjadi, bulan mengitari bumi. Sementara itu, bumi mengitari matahari. Apabila ditarik garis lurus saat bumi ada di tengah matahari dan bulan (posisi bumi sejajar antara matahari dan bulan), maka yang terjadi adalah bumi akan menutup cahaya matahari ke bulan.

Terjadinya gerhana bulan dimulai saat bayangan bumi telah menutupi bulan. Dengan demikian, bulan tidak bisa memantulkan cahaya matahari. Gerhana bulan selalu terjadi dari sore sampai malam hari, saat itu bulan akan tampak memantulkan cahaya matahari.

Biasanya, bulan memantulkan cahaya matahari. Itulah alasan mengapa bulan bersinar di malam hari, sebab bulan memantulkan sinar matahari. Namun demikian, bayangan bumi jatuh di permukaan bulan ketika gerhana bulan terjadi. Dengan demikian, yang jatuh di permukaan bulan bukanlah sinar matahari. Gerhana bulan selalu terjadi saat bulan purnama. Fenomena gerhana bulan dapat dilihat dari bumi saat malam sudah tiba.

Untuk dapat lebih memahami gerhana bulan, Grameds dapat membaca buku Petualangan Tintin: Petualangan Di Bulan yang menceritakan segala hal yang perlu diketahui tentang bulan melalui berbagai ilustrasi menarik.

Jenis-jenis Gerhana Bulan

gerhana bulan

Gerhana bulan su,ber: https://apadilangit.com/fasa-bulan/

Pada umumnya gerhana bulan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu gerhana bulan total, gerhana bulan sebagian dan gerhana bulan penumbra. Berikut penjelasannya.

1. Gerhana Bulan Total

Gerhana bulan total terjadi saat seluruh bayangan umbra bumi jatuh menutupi bulan. Dengan demikian, matahari, bumi dan bulan tepat berada di satu garis yang sama. Bulan bergerak dalam orbit mengelilingi bumi, dan pada saat yang sama bumi juga mengorbit pada matahari. Saat bumi berada di antara matahari dan bulan, bumi akan menghalangi sinar matahari yang biasanya memantul dari bulan.

Sementara, NASA menuturkan, gerhana bulan total terjadi saat bulan dan matahari berada pada sisi yang berlawanan dari bumi. Walaupun permukaan bulan tertutup oleh bumi, sebagian sinar matahari tersebut tetap bisa menyentuh permukaan bulan. Lalu, sinar matahari yang melewati atmosfer bumi itu mengakibatkan atmosfer menyaring sebagian besar cahaya biru. Akibatnya, ketika terjadi gerhana bulan total, bulan akan terlihat berwarna merah jika dilihat dari Bumi.

Gerhana bulan biasanya berlangsung selama beberapa jam. Gerhana bulan sebagian biasanya terjadi setiap tahun, sedangkan gerhana bulan total terbilang jarang terjadi. Ilmuwan NASA pernah berkata, warna bulan bergantung pada jumlah debu dan atmosfer. Apabila terdapat partikel ekstra di atmosfer, seperti letusan gunung berapi misalnya, bulan akan terlihat lebih gelap dan berwarna merah.

2. Gerhana Bulan Sebagian

Gerhana bulan sebagian juga biasa disebut sebagai gerhana bulan parsial. Gerhana bulan jenis ini terjadi saat bumi tidak seutuhnya menghalangi bulan dari sinar matahari. Sebagian permukaan bulan masih berada di daerah penumbra. Dengan demikian, masih ada sebagian sinar matahari yang bisa sampai ke permukaan bulan. Sederhananya, gerhana bulan sebagian terjadi saat matahari, bumi, dan bulan tidak sejajar dengan sempurna.

Ketika gerhana bulan parsial terjadi, bumi akan terlihat melahap sebagian bulan. Walaupun begitu, penampakan bulan selama gerhana bulan parsial tergantung posisi matahari, bulan, dan bumi.

3. Gerhana Bulan Penumbra

Gerhana bulan penumbra terjadi saat bagian bulan berada di bagian penumbra seluruhnya. Dengan demikian, bulan masih bisa tampak dengan warna cenderung samar. Tidak seperti fenomena gerhana yang lain, gerhana bulan penumbra kecil kemungkinan untuk bisa dilihat.

Berbagai fenomena menarik lainnya yang terjadi di planet bumi juga dibahas secara lengkap pada buku Cari Tahu Yuk! Ensiklopedia: Bumi.

Kapan Gerhana Bulan Terjadi?

Tahukah kamu? Fenomena gerhana bulan ternyata terjadi setiap 195 tahun sekali. Tahun ini, gerhana bulan total atau super blood moon telah terjadi pada 26 Mei 2021. Berdasarkan informasi dari BMKG, gerhana bulan total terbagi dalam beberapa fase. Berikut penjelasannya.

 

1. Fase (P1) Awal Gerhana Bulan

Gerhana terjadi mulai pukul 15.46.12 WIB, 16.46.12 WITA , 17.46.12 WIT yang melintasi Papua bagian tengah. Masyarakat di Provinsi Papua dapat menyaksikan seluruh proses terjadinya gerhana bulan total tersebut.

 

2. Fase (U1) Gerhana Bulan Sebagian

Gerhana terjadi mulai pukul 16.44.38 WIB, 17.44.38 WITA, 18.44.38 3 WIT, dan melintas memotong Pulau Sulawesi dan Nusa Tenggara. Masyarakat di wilayah Indonesia Timur, Pulau Sulawesi bagian Timur dan Nusa Tenggara Timur dapat menyaksikan kejadian ini.

 

3. Fase (U2) Gerhana Bulan Total

Gerhana terjadi mulai masuk pukul 18.09.21 WIB , 19.09.21 WITA , 20.09.21 WIT melintas memotong Provinsi Riau dan Sumatera Barat. Seluruh masyarakat di Indonesia dapat mengamati awal fase totalitas ini, kecuali di sebagian Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh. Kemudian, fase puncak gerhana bulan terjadi pukul 18.18.43 WIB , 19.18.43 WITA , 20.18.43 WIT, dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia, kecuali di sebagian kecil Riau, sebagian Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh.

 

4. Fase (U3) Gerhana Bulan Total

Gerhana berakhir pada pukul 18.28.05 WIB, 19.28.05 WITA, 20.28.05 WIT melintas membelah Sumatera Utara, sehingga masyarakat di seluruh wilayah Indonesia, kecuali sebagian Sumatera Utara dan Aceh, dapat menyaksikan fenomena ini.

 

5. Fase (U4) Gerhana Bulan Sebagian

Gerhana berakhir pada pukul 19.52.48 WIB , 20.52.48 WITA , 21.52.48 WIT dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia.

 

7. Fase (P4) Gerhana Bulan

Gerhana berakhir pukul 20.51.14 WIB , 21.51.14 WITA , 22.51.14 WIT dan dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia.

Seluruh proses gerhana, sejak fase awal (P1) sampai fase akhir (P4) berlangsung selama 5 jam 5 menit dan 2 detik. Sementara, proses gerhana total sejak awal fase total (U2), puncak total sampai akhir fase total (U3) berlangsung selama 18 menit 44 detik.

 

Fakta-fakta dan Dampak Gerhana Bulan

Peristiwa super blood moon hanya akan terjadi saat fase bulan penuh atau mengalami gerhana bulan total. Bulan akan terlihat berwarna merah. Warna bulan akan semakin merah bergantung pada ketebalan partikel di atmosfer bumi yang ditembus oleh cahaya tersebut, misalnya polusi udara atau tutupan awan.

Selain jadi fenomena yang ditunggu-tunggu masyarakat, gerhana bulan juga memiliki beberapa dampak terhadap bumi yang dibahas pada buku Ensiklopedia Pengetahuan Pertamaku: Bumi Kita.

Seperti apa dan bagaimana fakta sesungguhnya? Simak penjelasan berikut ini.

 

1. Gerhana Bulan Tidak Berdampak Pada Kesehatan Manusia

Saat gerhana bulan total terjadi, banyak yang kerap menghubungkan dampaknya terhadap kesehatan manusia. Padahal, hingga kini tidak ada bukti ilmiah yang menjelaskan pengaruh gerhana bulan terhadap kesehatan manusia. Pun dengan hewan, belum ada penelitian yang menjelaskan adanya efek dari siklus bulan gerhana tersebut.

Hanya saja, dunia medis mengimbau agar masyarakat tidak melihat gerhana matahari dengan mata telanjang. Sementara untuk fenomena gerhana bulan, masyarakat diperbolehkan menyaksikan gerhana bulan tanpa alat bantu optik. Fakta menyebut bahwa menyaksikan langsung gerhana bulan tidak merusak mata. Namun, hal yang berbeda untuk gerhana matahari. Kalau kamu menyaksikannya tanpa alat bantu, bisa-bisa terjadi cedera retina yang parah.

Namun demikian, ada hal yang harus diperhatikan. Karena peristiwa gerhana bulan mengubah cahaya di alam terbuka menjadi gelap, kamu harus hati-hati dalam melangkah. Jangan sampai kakimu tersandung lalu luka.

 

2. Gerhana Bulan Tidak Membahayakan Ibu Hamil

Terkadang ada saja yang mengaitkan gerhana bulan dengan ibu hamil. Konon, gerhana bulan berbahaya bagi ibu hamil. Bahkan, ibu yang melahirkan saat peristiwa gerhana bulan bakal menimbulkan gangguan kesehatan atau kelainan pada anaknya. Padahal, hal itu sama sekali tidak benar. Ibu hamil akan tetap sehat asalkan menjaga pola makan dan keselamatan kandungannya.

 

3. Gerhana Bulan Tidak Berhubungan dengan Penyakit Mental

Peristiwa gerhana bulan sering dikaitkan dengan penyakit mental. Benarkah demikian? Faktanya, yang sering terjadi adalah adanya peningkatan tekanan darah, denyut nadi, serta perilaku mental abnormal yang menghubungkannya dengan air pasang di laut. Jadi, tidak benar kalau gerhana bulan mengganggu mental seseorang.

 

4. Jumlah Nyamuk Bertambah Banyak Saat Gerhana Bulan

Salah satu dampak gerhana bulan yang tidak boleh kamu abaikan adalah kehadiran nyamuk yang semakin banyak. Ada sebuah penelitian rawa pesisir Chambers County. Nyamuk-nyamuk berspesies Aedes, Anopheles, Culex, dan Psorophora tampak meningkat selama gerhana bulan, kemudian menurun saat bulan purnama. Ketika gerhana bulan terjadi, ada baiknya kamu memastikan kondisi rumah dan lingkungan sekitar tetap bersih agar tak menjadi sarang nyamuk.

 

5. Gerhana Bulan Menyebabkan Pasang Surut Air Laut

Ketika gerhana bulan, terjadi pasang surut air laut yang lebih besar daripada biasanya. Namun demikian, kamu tidak perlu khawatir berlebihan karena ketinggian air masih batas aman, tidak sampai puluhan atau belasan meter. Selain itu, gerhana bulan juga tidak berdampak pada perubahan iklim, misalnya udara dingin. Perubahan iklim hanya akan terjadi saat gerhana matahari.

 

6. Warna Gerhana Bulan Tidak Selalu Merah

Saat terjadi gerhana bulan, cahaya matahari akan menghambur ke arah spektrum merah atau biasa dikenal dengan istilah blood moon. Oleh sebab itu, bayangan utama bumi tampak kemerahan. Lalu, saat bulan berada di perpotongan ekliptika dan orbitnya (posisi bulan berada di titik simpul bulan), bulan memasuki bayangan bumi yang mengakibatkan terjadinya gerhana bulan.

Namun, apakah warna bulan selalu merah? Ternyata tidak. Gerhana bulan total tidak selalu tampak berwarna merah karena kondisi itu sangat bergantung pada kualitas udara di tempat pengamat. Apabila gerhana bulan terjadi saat kondisi udara bersih atau langit bebas dari polusi, maka bayangan bumi yang dimasuki bulan akan terlihat merah darah.

Namun, saat polusi udara cukup pekat dan terdapat polusi cahaya, maka bayangan bumi yang dimasuki bulan akan berwarna jingga. Kemudian, saat gerhana bulan, bintang-bintang yang selama ini redup imbas interferensi cahaya bulan akan tampak lebih terang.

 

Mitos-mitos Gerhana Bulan dari Berbagai Negara

 

1. Naga Menelan Matahari

Di China, masyarakat memiliki mitos bahwa warna merah pada bulan yang nyaris menyerupai darah saat gerhana diakibatkan oleh naga yang haus darah. Masyarakat percaya bahwa naga tersebut akan turun ke bumi untuk memangsa manusia. Selain itu, mitos di negara Tirai Bambu juga percaya bahwa gerhana bulan terjadi karena seekor naga tengah menelan matahari. Masyarakat percaya bahwa gelap dari gerhana matahari diakibatkan oleh naga yang menelan matahari dan bulan.

Untuk mengusir naga tersebut, masyarakat biasanya menyalakan petasan. Selain itu, mereka juga menghelat pertunjukan seni hingga bulan kembali seperti asalnya.

 

2. Gerhana Bulan Jadi Tanda Bencana

Masyarakat Yunani kuno percaya bahwa gerhana merupakan gambaran kemarahan para dewa. Pada zaman dahulu, mereka percaya gerhana adalah tanda akan timbulnya bencana serta kerusakan di muka bumi.

 

3. Perempuan Hamil Harus di Dalam Rumah

Ada kesamaan kepercayaan masyarakat di Meksiko, India, dan Indonesia dalam menyikapi gerhana bulan. Masyarakat zaman dahulu meyakini bahwa gerhana bulan sangat berbahaya bagi ibu hamil. Ibu hamil tidak diperkenankan berada di luar rumah. Mitos lainnya, mereka diminta membawa gunting agar terhindar dari kesialan akibat gerhana bulan.

 

4. Jaguar Memakan Bulan

Suku Inca di daratan Peru percaya bahwa fenomena gerhana bulan terjadi karena ada jaguar yang memakan bulan. Oleh sebab itu gerhana bulan total yang berwarna merah sering dianggap sebagai darah dari bulan.

 

5. Bulan Sedang Sakit

Di Amerika, Suku Hupa percaya bahwa bulan memiliki 20 hewan peliharaan. Apabila puluhan hewan itu tidak diberi makan, mereka akan menyerang dan terjadilah gerhana itu.  Namun, Suku Luiseno meyakini bahwa gerhana bulan adalah tanda bulan sedang sakit. Untuk memulihkannya, mereka akan bernyanyi.

 

6. Terjadi Pertengkaran Antara Bulan dan Matahari

Suku Batammaliba dari Afrika meyakini bahwa terjadinya gerhana matahari atau bulan karena keduanya sedang bertengkar di langit sana. Saat terjadi gerhana cincin, suku Batammaliba kerap melakukan ritual untuk mendamaikan mereka agar cahaya bisa kembali lagi.

 

7. Ada Iblis Datang

Sementara itu, Bangsa Tiongkok dan Viking percaya bahwa gerhana adalah tanda kedatangan iblis. Untuk mengusir para iblis, mereka akan berkumpul lalu menggedor panci dan wajan dengan suara keras selama gerhana.

 

Baca Buku Seputar Tata Surya Bisa Lewat Gramedia Digital

Itulah penjelasan mengenai gerhana bulan beserta mitos-mitos seputar gerhana. Kamu bisa menambah pengetahuanmu tentang tata surya dan segala isinya di sini. Di tengah pandemi ini, bepergian ke luar rumah sekadar untuk membeli buku mungkin terasa berat karena ancaman virus corona. Tenang saja, kamu tetap bisa membaca e-book gramedia dan memesan buku berkualitas secara online saja.

Kamu bisa menikmati gratis 7 hari baca e-book sepuasnya di Gramedia Digital dengan free trial, lihat infonya  Gratis Baca Gramedia.

Selain itu, Gramedia Digital juga menyediakan Paket e-book Tematik SD secara lengkap. Paket bisa diakses hingga 1 tahun ajaran lho! Pas banget kan buat yang punya anak atau saudara yang masih SD. Kamu bisa ajak mereka dan dapatkan promo menariknya Buku Tematik.

 

About the author

Mochamad Harris

Menulis artikel merupakan salah satu hal yang menjadi daya tarik saya untuk dapat mengetahui berbagai macam hal serta informasi terupdate yang sedang terjadi pada saat ini. Saya suka dengan tema olahraga dan juga travelling.

Kontak media sosial Linkedin saya Mochamad Harris