Bahasa Indonesia

Pengertian Teks Sejarah: Beserta Ciri, Jenis, Struktur, Kaidah Kebahasaan dan Contohnya.

Written by Siti Badriyah

Pengertian Teks Sejarah – Dalam materi teks sejarah, memahami pengertian teks sejarah memberikan banyak manfaat yang akan bikin Kamu lebih mudah dalam menguasai materi tersebut. Tidak hanya memahami berbagai unsur tentang teks sejarah, pemahaman tentang pengertian teks sejarah juga bisa digunakan untuk menyusun teks sejarah itu sendiri.

Teks sejarah sendiri muncul dikarenakan untuk mencatat berbagai peristiwa atau benda yang memiliki nilai sejarah. Teks sejarah dapat digunakan untuk menjelaskan dan mendeskripsikan tentang suatu fakta atau kejadian yang pernah terjadi di masa lalu. Tidak hanya peristiwa, teks sejarah juga bisa digunakan untuk menceritakan atau menjelaskan terkait asal usul atau latar belakang dari suatu benda yang memiliki nilai sejarah tertentu.

Pada artikel kali ini, kita akan membahas secara mendalam tentang pengertian teks sejarah. Selain itu, akan dijelaskan juga tentang pembahasan berbagai unsur dari teks sejarah, seperti struktur, ciri, jenis, kaidah kebahasaan, hingga bentuk penyajian. Tak lupa, akan disajikan juga contoh teks sejarah sehingga dapat memudahkan kamu dalam memahaminya. Yuk simak sampai habis!

A. Pengertian Teks Sejarah

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, teks sejarah pada dasarnya memiliki arti sebagai sebuah teks yang berisi tentang deskripsi atau cerita terkait suatu fakta dan peristiwa yang pernah ada di masa lalu. Teks ini sering kali digunakan untuk menemukan cerita atau asal usul dari suatu benda atau terjadi peristiwa yang memiliki nilai sejarah, misalnya seperti asal usul munculnya Rawa Pening.

Sebuah teks bisa dikatakan sebagai teks sejarah apabila disusun berdasarkan fakta yang terjadi dari suatu peristiwa sejarah. Meskipun begitu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun teks sejarah, yakni tidak semua peristiwa yang terjadi di masa lalu memiliki nilai sejarah.

Suatu peristiwa bisa dikatakan memiliki nilai sejarah apabila mampu memberikan dampak kepada banyak orang. Maka dari itu, suatu peristiwa yang memiliki nilai sejarah pada dasarnya harus dianggap penting, unik, dan dapat bertahan dalam waktu yang lama.

B. Ciri-Ciri Teks Sejarah

Setelah mengetahui tentang pengertian teks sejarah, tentu Kamu juga perlu mengetahui perbedaan teks ini dengan teks yang lainnya. Pada dasarnya, teks sejarah memiliki ciri yang hampir sama dengan teks cerita lainnya. Namun, sesuai dengan namanya, teks sejarah lebih fokus membahas tentang cerita yang memiliki nilai sejarah saja.

Nah, supaya Kamu dapat memahami suatu teks dengan baik, berikut ini akan disajikan beberapa ciri dari teks sejarah, antara lain yaitu:

1. Teks sejarah memuat fakta yang terjadi di masa lalu.

2. Teks sejarah harus disusun dan ditulis secara runtut atau kronologis. Maksud dari kronologis sendiri dapat dipahami sebagai jenis penyajian teks yang disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya suatu peristiwa bersejarah.

3. Teks sejarah banyak menggunakan konjungsi temporal, misalnya seperti: lalu, kemudian, sejak, selama, hingga, dan lain sebagainya.

C. Struktur Teks Sejarah

Setelah memahami pengertian dan ciri dari teks sejarah, pada bagian ini akan dibahas juga tentang struktur dari teks sejarah. Dengan memahami struktur teks sejarah, Kamu akan lebih mudah dalam memahami sekaligus menyusun sebuah teks sejarah. Berikut ini adalah tiga struktur yang dimiliki oleh teks sejarah, diantaranya yaitu:

1. Orientasi

Bagian pertama dari struktur teks sejarah yaitu orientasi. Orientasi diketahui merupakan bagian teks yang digunakan sebagai pengenalan atau pembuka dari sebuah teks sejarah. Orientasi sendiri biasanya terletak di bagian awal dari teks sejarah dengan penggunaan jenis kalimat deskriptif.

Sebagai contoh, apabila Kamu ingin membahas tentang asal usul komputer. Salah satu bagian yang pertama yang digunakan untuk menjelaskan tentang “apa itu komputer” adalah orientasi.

2. Urutan peristiwa

Bagian kedua dari teks sejarah yaitu urutan peristiwa. Pada bagian ini, peristiwa yang memiliki nilai sejarah akan disajikan secara gradual atau berangsur-angsur dan kronologis. Maka dari itu, dalam ciri teks sejarah disebutkan bahwa salah satu cirinya adalah disusun secara kronologis atau sesuai urutan waktu.

Sebagai contoh, pada saat Kamu ingin menceritakan tentang asal usul komputer. Maka hal yang perlu diperhatikan adalah cerita yang telah disusun sesuai urutan waktu atau tahunnya.

3. Reorientasi

Bagian ketiga dari teks sejarah adalah reorientasi. Bagian ini sebenarnya bersifat opsional. Hal itu berarti bagian ini boleh ada dan boleh tidak ada. Reorientasi sendiri seringkali berisi mengenai beberapa dampak yang bisa ditimbulkan dari suatu peristiwa yang terjadi.

D. Kaidah Kebahasaan Teks Sejarah

Sama seperti unsur struktur, unsur kebahasaan atau kaidah kebahasaan juga menjadi salah satu ciri dari teks sejarah. Kaidah kebahasaan bisa dipahami sebagai sebuah gaya bahasa khas yang dimiliki oleh sebuah teks.

Nah, beberapa kaidah kebahasaan dari teks sejarah yang perlu diperhatikan untuk membedakan teks ini dengan teks yang lain, yaitu:

1. Kata ganti orang ketiga

Kaidah kebahasaan yang pertama dari teks sejarah yaitu kata ganti orang ketiga. Sebuah teks sejarah tidak bisa ditulis oleh seseorang sebagai sudut pandang orang pertama. Hal ini dikarenakan teks sejarah merupakan teks yang menceritakan tentang asal usul atau latar belakang kemunculan suatu benda atau peristiwa sejarah. Oleh karena itu, teks sejarah akan banyak memakai kata ganti dari sudut pandang orang ketiga.

Seorang penulis teks sejarah akan menempatkan posisi sebagai pencerita terkait benda atau peristiwa yang terjadi. Penulis sendiri bisa menggunakan salah satu dari dua jenis kata ganti orang ketiga, diantaranya yaitu, kata ganti tunggal (ia, beliau, dia, dan -nya) atau kata ganti jamak (mereka). Selain kedua jenis tersebut, penggunaan kata ganti orang ketiga dalam teks sejarah juga dapat menggunakan nama dari tokoh yang terlibat dalam cerita bernilai sejarah tersebut.

2. Keterangan waktu (masa lampau)

Kaidah kebahasaan yang kedua dari teks sejarah adalah keterangan waktu, terutama keterangan waktu untuk masa lampau. Sebuah teks sejarah akan banyak menggunakan kata keterangan waktu, misalnya saja terkait waktu atau kapan suatu peristiwa terjadi. Beberapa contoh kata yang biasa dipakai untuk menunjukan keterangan waktu pada teks sejarah yaitu seperti, pada zaman, pada waktu, pada tahun, dan lain sebagainya.

3. Keterangan tempat

Kaidah kebahasaan yang ketiga dari teks sejarah adalah keterangan tepat. Hampir sama seperti keterangan waktu, hanya saja keterangan tempat digunakan untuk menunjukkan lokasi atau tempat terkait suatu benda atau peristiwa yang memiliki nilai sejarah tertentu. Contoh kata yang bisa dipakai dalam teks sejarah sebagai keterangan tempat, yaitu seperti di, ke, dari, dan lain sebagainya.

4. Konjungsi temporal (waktu)

Kaidah kebahasaan yang keempat dari teks sejarah yaitu konjungsi temporal. Seperti yang sudah disinggung dalam bagian ciri-ciri teks sejarah, konjungsi temporal menjadi unsur bahasa yang bisa jadi paling banyak digunakan dalam teks ini. Konjungsi temporal sendiri dapat dipahami sebagai sebuah kata yang dapat dipakai untuk menghubungkan suatu hal yang memiliki keterkaitan dengan waktu.

Penggunaan konjungsi temporal juga bisa di sesuai berdasarkan letaknya. Berikut ini adalah dua jenis konjungsi temporal, diantaranya yaitu:

a. Intrakalimat

Konjungsi temporal bisa digunakan untuk menghubungkan beberapa kata pada kalimat. Maka dari itu, konjungsi yang terletak dalam satu kalimat ini sering disebut dengan konjungsi temporal intrakalimat. Beberapa contohnya, yaitu kata setelah, lalu, kemudian, dan lain seterusnya.

b. Antarkalimat

Jenis konjungsi temporal yang lainnya adalah antarkalimat. Konjungsi ini biasanya digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Contoh kata dari konjungsi temporal antarkalimat yaitu seperti kata selanjutnya, sebelumnya, dan lain sebagainya.

5. Konjungsi kausalitas (sebab-akibat)

Kaidah kebahasaan yang kelima dari teks sejarah yaitu konjungsi kausalitas. Berbeda dengan konjungsi temporal yang berhubungan dengan waktu, konjungsi kausalitas dapat digunakan untuk menghubungkan sesuatu hal untuk menyatakan sebab akibat dari suatu peristiwa bersejarah.

Sama seperti konjungsi temporal, konjungsi kausalitas juga bisa digunakan untuk menjadi penghubung dua hal yang memiliki keterkaitan antara sebab dan akibat. Berikut ini adalah dua kelompok konjungsi kausalitas yang perlu diketahui, yaitu:

a. Intrakalimat

Konjungsi kausalitas jenis intrakalimat merupakan kata hubung yang digunakan untuk menyatakan suatu hal terkait sebab akibat di dalam satu kalimat. Contoh penggunaan konjungsi kausalitas dalam satu kalimat yaitu, karena, sebab, dan lain seterusnya.

b. Antarkalimat

Kemudian, konjungsi kausalitas antarkalimat adalah suatu kata hubung yang digunakan untuk menunjukkan keterkaitan dua atau lebih kalimat yang menyatakan sebab akibat. Kata yang biasa digunakan konjungsi kausalitas antar kalimat yaitu oleh sebab itu, oleh karena itu, maka dari itu, dan lain seterusnya.

6. Nomina

Kaidah kebahasaan yang keenam dari teks sejarah adalah nomina. Penggunaan nomina sendiri akan banyak digunakan dalam teks sejarah untuk menyebutkan nama terkait suatu benda atau peristiwa tertentu. Beberapa contoh penggunaan nomina misalnya seperti nama orang, hewan, benda, atau bisa juga pada gagasan atau ide.

Berikut ini adalah tiga jenis dari nomina, antara lain yaitu:

a. Modifikatif (unsur inti+pewatas): Hari minggu, bulan januari, dan lain sebagainya.

b. Koordinatif (semua inti): Hak kewajiban, tanah air, ibu pertiwi, sandang pangan, dan lain sebagainya.

c. Apositif (keterangan): Raja Majapahit, Raden Wijaya, Habibie, Gus Dur, dan lain sebagainya.

7. Verba

Kaidah kebahasaan yang ketujuh dari teks sejarah adalah verba. Verba sendiri banyak ditemukan dalam teks sejarah. Hal ini dikarenakan unsur kebahasaan verba bisa digunakan untuk menunjukan suatu tindakan bernilai sejarah yang pernah terjadi. Salah satu tanda dari verba sendiri yaitu pengimbuhan kata seperti me-, di-, ber-, ter-, me-kan, ber-kan, di-kan, dan lain seterusnya. Contoh penggunaan verba yaitu seperti melihat, melukis, diserahkan, dan lain sebagainya.

E. Contoh Teks Sejarah

Setelah mengetahui pengertian, ciri, struktur, hingga kaidah kebahasaan dari teks sejarah. Berikut ini adalah contoh teks sejarah beserta strukturnya. Kamu dapat membaca dan memahami teks sejarah di bawah sekaligus melakukan analisis dari pembahasan di atas.

1. Contoh Teks Sejarah Peristiwa Kemerdekaan

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Orientasi

Kemerdekaan Indonesia telah diraih lebih dari 76 tahun yang lalu, tepatnya pada 17 Agustus 1945. Kemerdekaan tersebut tidak diraih secara tiba-tiba.

Bukan karena Jepang yang sebelumnya pernah menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia. Namun, kemerdekaan ini diraih setelah melalui beberapa peristiwa sejarah.

Urutan Peristiwa

Dimulai dengan pembentukan BPUPKI pada Maret 1945 untuk merumuskan dasar negara, yaitu Pancasila. Setelah itu, pada 7 Agustus 1945, BPUPKI diubah menjadi PPKI dan Panitia 9 untuk persiapan kemerdekaan Indonesia. Proses perumusan teks proklamasi dimulai pada malam hari tanggal 16 Agustus, setelah Ir. Soekarno dan M.Hatta pulang dari Rengasdengklok.

Perumusan teks tersebut bertempat di kediaman Laksamana Maeda saat dini hari. Teks dibuat dan dirundingkan bersama, serta ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan M. Hatta, atas nama bangsa Indonesia.

Lalu, teks Proklamasi diketik oleh Sayuti Melik. Keesokan harinya, teks Proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno di kediamannya, Jalan Pegangsaan Timur 56. Disaksikan oleh beberapa tokoh nasional, seperti Soewirjo, Trimurti, Ahmad Soebardjo, dan warga Indonesia lainnya.

Dengan dibacakannya teks Proklamasi, Indonesia dinyatakan merdeka. Berita kemerdekaan Indonesia itu tersebar dengan cepat melalui radio dan surat kabar.

Setelah Indonesia merdeka, pemerintah segera mengesahkan undang undang dan membentuk MPR untuk menyempurnakan pemerintahan Indonesia.

Reorientasi

Kemerdekaan Indonesia terjadi pada 73 tahun silam, tepatnya 17 Agustus 1945, setelah pembentukan BPUPKI yang bertujuan untuk merumuskan dasar negara atau Pancasila, dan PPKI.

Setelah itu, teks proklamasi dirumuskan bersama oleh beberapa tokoh nasional di rumah Laksamana Maeda.

Keesokan harinya, Indonesia dinyatakan merdeka setelah pembacaan teks proklamasi oleh Ir. Soekarno. Berita kemerdekaan menyebar dengan cepat melalui radio dan surat kabar.

Pemerintah juga segera mengesahkan UU dan membentuk MPR untuk menyempurnakan pemerintahan Indonesia.

2. Contoh Teks Sejarah Pahlawan

Teks Sejarah R.A Kartini

Orientasi

Raden Ajeng Kartini atau yang kita kenal dengan Ibu Kartini, dia adalah salah seorang keturunan keluarga terpandang yang lahir pada 21 April 1879. Dan keluarganya mewariskan suatu hal, yaitu pendidikan. Beliau pernah duduk di bangku sekolah dasar sampai tamat sekolah sekolah dasar.

Beliau tidak pernah puas akan ilmu pengetahuan dan membuat beliau ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun, ayahnya tidak sependapat dengan beliau untuk melanjutkan pendidikanya. Tahu sikap ayahnya seperti itu, beliau sedih tidak bisa mengubah keputusan tersebut.

Urutan Peristiwa

Adat di dalam keluarganya, seorang gadis atau wanita yang belum menikah belum dibolehkan keluar rumah atau disebut dipingit. Untuk mengisi waktu luangnya, beliau membaca buku ilmu pengetahuan yang ia miliki. Beliau memang gemar membaca atau kutu buku dan menjadi kesehariannya saat banyak waktu luang.

Bahkan dia tidak takut untuk bertanya kepada ayahnya bila dia tidak mengerti atau kurang paham. Kartini mempunyai teman yang banyak di Belanda dan sering berkomunikasi dengan mereka. Bahkan pernah meminta kepada Mr.J.H. Abendanon, untuk memberikan dirinya beasiswa untuk belajar di Belanda.

Belum sempat menyampaikan keinginannya, namun beliau dinikahkan dengan Adipati dari Rembang yang bernama Raden Adipati Joyodiningrat. Walau begitu, beliau tidak berhenti bercita-cita dan suaminya mendukung pula cita-citanya.Dengan ketekunan, kegigihan, dan suaminya, ia mendirikan sekolah wanita di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Madiun, Cirebon, dan Malang. Sekolahan tersebut diberi nama dengan dengan sekolahan kartini.

Pada 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun saat melahirkan anak pertama dan satu-satunya. Kemudian kisahnya menjadi pelopor emansipasi wanita di tanah Jawa. Kemudian kisah R.A Kartini dibukukan oleh Abendanon dengan judul “Door Duisternis Tot Licht” atau yang kita kenal dengan “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Buku ini telah menginspirasi wanita di Indonesia tidak hanya pada waktu itu, tetapi sampai sekarang.

Reorientasi

Jasa R.A Kartini tidak boleh kita lupakan, jasanya harus kita junjung tinggi dan kita tiru sifat pantang menyerahnya untuk setiap masalah karena setiap masalah pasti ada solusinya.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

About the author

Siti Badriyah

Tulis menulis menjadi salah satu hobi saya. Dengan menulis, saya menyebarkan beragam informasi untuk orang lain. Tak hanya itu, menulis juga menggugah daya berpikir saya, sehingga lebih banyak informasi yang dapat saya tampung.

Kontak media sosial Instagram saya Siti Badriyah