Sosial Budaya

Pengertian Barter dan Sejarahnya

Written by Umam

Pengertian Barter – Grameds pasti mengetahui sistem barter itu pasti berkaitan dengan perkembangan uang. Hal tersebut memang tidak salah, sebab sistem barter memang adalah awal mula dari adanya uang sebagai alat tukar dan alat transaksi jual beli manusia.

Meskipun saat ini sistem barter telah “menghilang” dari peradaban karena uang telah ada dan dicetak oleh setiap negara, tetapi ternyata sistem barter masih menjadi bagian dari tradisi di suatu wilayah lho… 

Lalu sebenarnya apa sih sistem barter itu? Siapa yang pertama kali mencetuskan sistem tukar menukar barang ini? Lalu mengapa sistem barter tergantikan oleh keberadaan uang? Bagaimana sistem barter menjadi bagian dari sebuah tradisi?

Nah, pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat terjawab melalui penjelasan berikut ini. Yuk disimak!

https://pixabay.com/

Pengertian Sistem Barter

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), barter adalah kegiatan perdagangan dengan saling bertukar barang. Barter ini menjadi sistem transaksi jual beli pertama kali yang diterapkan oleh manusia, terutama manusia pada zaman dahulu.

Nah, melalui pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa definisi dari barter adalah sistem transaksi berupa pertukaran antara barang dengan barang; jasa dengan jasa; barang dengan jasa atau sebaliknya.

Sistem barter ini telah digunakan sejak masa 6000 SM, terutama oleh bangsa Mesopotamia. Bangsa ini berada di antara dua sungai, yaitu Sungai Eufrat dan Sungai Tigris. Sekarang, wilayah tersebut menjadi bagian dari negara Irak dan Suriah. Sistem tersebut akhirnya menyebar ke bangsa-bangsa lain hingga akhirnya dikembangkan di kota Babilonia dengan menggunakan barang tertentu sebagai penentu nilai barang.

Alasan masyarakat menerapkan sistem barter karena mereka telah memiliki perasaan membutuhkan pihak lain dan barang yang dimiliki pihak lain. Mereka menyadari bahwa kebutuhan hidupnya semakin meningkat, sehingga muncullah pemikiran untuk saling menukarkan barang. Apalagi saat itu, masyarakat juga belum mengenal apa itu produksi uang dan produksi barang.

Perlu diketahui bahwa pada zaman dahulu, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sangatlah sulit. Seiring dengan manusia sebagai makhluk sosial, yang tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan bantuan manusia.

Di satu tempat tersedia melimpah barang tertentu, sementara di tempat lain, barang tersebut hampir tidak ada, padahal masyarakat membutuhkannya untuk kebutuhan sehari-hari. Maka dari itu, akhirnya pertukaran barang secara langsung menjadi opsi pemecah masalah tersebut. Dari sinilah kemudian muncul pemikiran dan istilah akan sistem barter.

Beli Buku di Gramedia

Sejarah Sistem Barter

Pada zaman dahulu, sebelum manusia berhasil menemukan uang sebagai alat tukar, mereka menggunakan sistem barter untuk dapat menyelesaikan transaksi jual beli. Meskipun pada kala itu, keadaan perekonomian masih sederhana, tetapi mereka tetap harus mempunyai sistem tersendiri untuk proses transaksi jual beli ini.

Sejarah barter diperkirakan muncul pada 6000 SM dan diperkenalkan oleh suku Mesopotamia. Kemudian, sistem barter ini diadopsi oleh orang Fenisia. Orang Fenisia dapat disebut sebagai “perantara”, sebab mereka membawa dan menjual barang antar negara-negara.  Sistem barter ini akhirnya semakin dikembangkan dalam versi yang lebih baik di kota Babilonia. Dalam sistem yang baru ini, mereka menggunakan berbagai barang sebagai standar barter, misalnya tengkorak manusia dan garam.

Perkembangan dari sistem Barter ini bahkan juga mewarnai sejarah di tahun-tahun awal berdirinya Universitas Oxford dan Universitas Harvard. Kala itu, para mahasiswa membayar uang kuliahnya dengan bahan makanan, kayu bakar, hingga hewan ternak.

Sebelumnya telah dijelaskan bukan bahwa sistem barter ini tidak selalu pertukaran barang saja, tetapi dapat juga dilakukan antara jasa dengan barang. Selagi kedua pihak merasa saling membutuhkan, maka sistem barter dapat dianggap sah.

Pada tahun 1930-an, sistem barter kembali populer karena pada saat terjadi kelangkaan uang. Bahkan, Adolf Hitler juga menggunakan sistem barter untuk mengumpulkan uang sebagai dana perang. Hitler terlibat dalam perdagangan barter dengan banyak negara, misalnya Yunani, Swedia, dan Rusia.  Kemudian, pasca perang dunia II, rakyat Jerman juga terpaksa menerapkan sistem barter karena pada kala itu mata uang Jerman mengalami inflasi.

Nah, berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa meskipun uang telah ditemukan dan dicetak oleh masing-masing negara, tidak lantas membuat sistem barter hilang begitu saja dari permukaan bumi. Terutama ketika terjadi krisis moneter, pasti masyarakat cenderung menggunakan sistem barter karena adanya fluktasi nilai mata uang yang tidak menentu.

Beli Buku di Gramedia

Syarat Terjadinya Barter

https://pixabay.com/

Supaya sistem barter dapat terlaksana dengan baik, maka harus terdapat syarat-syarat penting yang harus dipenuhi. Apa saja ya syarat-syarat tersebut? Yuk simak uraian berikut ini!

  • Orang yang diajak bertukar

Syarat utama dalam pelaksanaan sistem barter adalah harus ada orang atau sekelompok orang yang mau untuk diajak bertukar barang.

  • Rasa saling membutuhkan

Orang yang diajak bertukar barang, harus memiliki rasa kebutuhan akan barang yang akan ditukarkan tersebut. Sehingga harus ada rasa saling membutuhkan satu sama lain.

  • Nilai barang yang sama

Barang yang ditukar harus mempunyai nilai barang yang sama. Apabila ada ketimpangan nilai antara barang satu dengan barang yang lain, maka salah satu pihak akan merasa rugi.

  • Terdapat barang yang dibutuhkan

Setelah menemui orang yang mau diajak bertukar barang, mereka harus memiliki barang yang dibutuhkan oleh pihak lain. Sebab itulah tujuan dari sistem barter, yaitu mendapatkan barang yang dibutuhkan dari pihak lain melalui pertukaran barang.

Kelemahan dan Kelebihan Sistem Barter

Kelemahan Sistem Barter

Dalam perjalanannya, sistem barter menemui banyak kendala. Selain kesulitan menentukan kadar nilai barang, masih banyak lagi kelemahan dari sistem barter yang menjadikannya perlahan ditinggalkan oleh masyarakat. Nah, berikut adalah uraiannya!

1. Sulit Menyimpan Barang atau Komoditas

Kelemahan pertama dari sistem barter adalah kesulitan untuk menyimpan komoditas yang dimiliki sampai menemukan orang yang sama-sama mau untuk bertukar atas barang tersebut. Apabila barang atau komoditas menjadi rusak sebelum dapat ditukar, tentu saja akan mendapatkan rugi. Terutama pada barang atau komoditas sayur-sayuran, buah-buahan, dan daging ternak.

2. Sulit Menentukan Kadar Nilai Barang

Adanya perbedaan jenis barang atau komoditas yang hendak ditukarkan, tentu saja kadar nilai barangnya juga berbeda. Namun, pada kala itu, manusia juga sulit dalam menentukan kadar nilai barang karena minimnya pengetahuan.

Contohnya, 12 buah jeruk seharusnya memiliki nilai yang sama dengan berapa satu kilogram gandum, tetapi orang-orang belum dapat menentukan standar tersebut sehingga mereka asal-asalan menukarnya.

3. Sulit Dalam Bertransaksi

Kelemahan dari sistem barter adalah ketika hendak bertransaksi, harus ada dua belah pihak yang memiliki barang yang dibutuhkan satu sama lain. Contohnya, ada seseorang yang memiliki gandum, dirinya hendak menukarkan gandum tersebut dengan buah semangka. Itu berarti, dirinya harus mencari seseorang yang mempunyai buah semangka yang sekaligus tengah membutuhkan gandum.

Apabila ternyata pemilik semangka tidak menginginkan gandum tersebut, maka transaksi barter menjadi batal.

4. Alat Tukar Sulit Untuk Dipecah

Contohnya, ada seseorang yang memiliki seekor ayam dan ingin menukarkannya dengan sebuah meja. Sementara seekor ayam tersebut hanya bernilai sama dengan separuh meja saja. Maka pemilik meja akan kesulitan untuk memecah atau membagi meja tersebut menjadi nilai yang sesuai.

5. Alat Tukar Sulit Untuk Dibawa

Terutama pada barang yang memiliki jumlah banyak atau ukuran besar, maka pemilik barang tersebut akan kesulitan dalam membawa hartanya kesana-kemari. Belum lagi, harus menemukan orang yang mau setuju untuk menukarkan barangnya tersebut.

Beli Buku di Gramedia

Kelebihan Sistem Barter

Meskipun sistem barter ini memiliki banyak kendala yang dapat merugikan satu atau bahkan semua pihak, tetapi ternyata sistem ini juga memiliki kelebihan lho. Biasanya kelebihan dari sistem barter memiliki keterkaitan dengan interaksi sosial antara pihak-pihaknya. Nah, berikut adalah uraian dari kelebihan sistem barter.

1. Dapat Mengenal Satu Sama Lain

Hal tersebut karena ketika hendak melangsungkan upaya barter, pasti akan didahului dengan komunikasi berupa percakapan dan negoisasi. Dalam interaksi sosial tersebut nantinya antar pihak akan mengenal satu sama lain, hingga akhirnya dapat menjalin hubungan baik.

Maka dari itu, sistem barter yang masih dijadikan tradisi di suatu wilayah dapat menjadi alat pemersatu antar warganya, meskipun mereka telah mengenal alat tukar uang.

2. Sikap Toleransi Terhadap Sesama

Dalam sistem barter ini, nantinya pihak yang bersangkutan akan memiliki sikap toleransi dan keinginan untuk saling tolong menolong terhadap sesama.

Misalnya, Abel mempunyai dua ekor ayam dan ingin menukarkannya dengan sekarung beras milik Deni. Padahal saat itu, Deni juga tidak tengah membutuhkan ayam, tetapi di sisi lain, beras miliknya sangat banyak. Akhirnya Deni menyetujui sistem pertukaran antara dua ayam dengan sekarung beras karena adanya rasa ingin menolong Abel tanpa memikirkan kerugian yang didapatkannya.

 

Sistem Barter Menjadi Bagian Dari Tradisi

Apakah Grameds tahu bahwa pada zaman yang sudah serba canggih ini, keberadaan sistem barter masih tetap dilestarikan dan bahkan menjadi bagian dari sebuah tradisi? Yap, tradisi berupa pasar barter ini masih dapat ditemui di daerah Nusa Tenggara Timur.

Mengenal Pasar Barter di Kecamatan Wulandoni Nusa Tenggara Timur

Pesatnya perkembangan IPTEK dan tingginya pertumbuhan pasar modern tidak membuat keberadaan pasar barter di Kecamatan Wulandoni, Nusa Tenggara Timur ini tergerus zaman begitu saja. Bahkan keberadaan pasar-pasar tradisional justru menjadi roda perekonomian rakyat setempat, karena mereka menggantungkan hidupnya melalui kegiatan berdagang.

Meskipun saat ini, pasar-pasar tradisional yang ada di Indonesia telah “terkikis” karena munculnya pasar modern, tentu saja hal itu tidak mempengaruhi pasar barter ini. Tradisi barter dalam pasar masih dipertahankan oleh masyarakat Kecamatan Wulandoni yang berada di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Bagaimana asal-usul dari pasar barter yang terletak di Kecamatan Wulandoni ini?

Mengutip pada artikel jurnal penelitian yang berjudul “Eksistensi Pasar Barter Ditengah Pesatnya Perkembangan Pasar Modern: Kasus Pasar Barter di Kecamatan Wulandoni Nusa Tenggara Timur dalam Perspektif Geografi Ekonomi”, awal mula dari pasar barter ini adalah ketika masa penjajahan Belanda, tepatnya tahun 1870.

Pada tahun 1870 tersebut, para penjajah Belanda menghukum orang-orang yang tidak membayar pajak dengan mengerjakan jalan penghubung antar kampung. Atas adanya perintah tersebut membuat orang-orang yang dihukum seolah berada di penderitaan yang sama dan saling membutuhkan, hingga akhirnya mereka saling tukar-menukar bekal yang dibawa ketika tengah bekerja membangun jalan penghubung tersebut.

Cikal bakal dari adanya pasar barter adalah ditandai dengan peristiwa saling menukar bekal antara orang pesisir dan orang gunung yang kala itu sama-sama bekerja untuk membangun jalan. Mereka sepakat bahwa setiap seminggu sekali, orang gunung yang hendak turun untuk bekerja harus membawa hasil kebun, sementara orang pesisir akan membawa hasil laut berupa ikan, yang kemudian saling ditukarkan.

Kesepakatan itulah yang pada akhirnya membentuk pasar barter dan dilaksanakan setiap hari Rabu di Desa Leworaja.

Uniknya, pada pasar barter ini, proses barter dan tawar-menawarnya mulai dilaksanakan ketika mandor pasar meniupkan sempritan atau bunyi lonceng sebagai tanda pasar barter telah dimulai.

Setelah terdengar tiupan sempritan, maka pembeli atau pedagang akan berlomba-lomba menuju satu sama lain untuk menawarkan barang atau komoditas yang hendak dijadikan objek sistem barter. Apabila orang pesisir membawa komoditas berupa jenis ikan, maka orang gunung akan membawa komoditas berupa hasil kebun.

Terdapat peraturan khusus dalam pasar barter ini yakni pembelian komoditas pertanian dengan uang diperbolehkan sebelum terdengar suara peluit. Selain itu, peserta yang kedapatan melanggar aturan, akan disita barang-barangnya.

Nah, dalam pasar barter ini juga menggunakan sistem monga untuk menentukan nilai tukar barangnya. Monga berasal dari kata bonga yang berarti memilah-milah dalam kelompok kecil. Misalnya, mereka akan membagi-bagi garam atau kapur sirih dalam bagian-bagian kecil supaya dapat ditukar dengan suatu komoditas. Hal tersebut juga diterapkan dalam komoditas buah-buahan dan ikan.

Faktor yang Mempengaruhi Eksistensi Pasar Barter

Bertahannya proses tukar-menukar barang dalam pasar barter ini bukan karena kebetulan semata, tetapi juga dipengaruhi oleh lima hal pokok, salah satunya adalah adat istiadat. Berikut adalah uraiannya:

1. Adat

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi eksistensi pasar barter di Kecamatan Wulandoni adalah adanya adat istiadat dan budaya setempat. Perlu diketahui bahwa adat itu juga dapat berupa larangan, sehingga dalam adat di Kecamatan Wulandoni ini adalah adanya larangan bagi penduduk pedalaman untuk menenun sarung dan menangkap ikan paus, selain orang Lamalera.

Aturan adat ini telah ada secara turun-temurun hingga menyebabkan masyarakat setempat akan mengalami ketergantungan kebutuhan antara masyarakat pesisir dengan masyarakat pegunungan. Apabila aturan adat tersebut dilanggar, maka dipercaya akan mendatangkan kutukan dan kesialan.

2. Tena dan Kotoklema (Perahu dan Ikan Paus)

Dalam bahasa Lamaholot, tena adalah perahu khusus penangkap ikan paus, sementara kotoklema adalah ikan paus jenis Superweel.

Di daerah ini, ikan paus dianggap sebagai komoditas utama dalam barter dan sangat keramat karena diyakini sebagai jelmaan leluhur. Maka dari itu, terdapat tradisi penangkapan ikan paus menggunakan alat tradisional.

3. Prewo (Langganan)

Dalam bahasa Lamaholot, prewo adalah upaya langganan antar sesama pihak yang menerapkan sistem barter. Transaksi antar prewo menggunakan sistem barter lebih disukai daripada menggunakan uang, karena didasarkan pada rasa kepercayaan satu sama lain.

Biasanya, antar prewo akan saling mengunjungi terlebih dahulu dan membicarakan apa yang mereka butuhkan satu sama lain, kemudian membuat perjanjian untuk bertemu di pasar barter ini.

4. Kondisi Geografis

Daerah Wulandoni ini memiliki daerah pesisir yang terletak di selatan pulau Lembata dan banyaknya bukit-bukit tinggi. Sehingga dapat diidentifikasikan bahwa daerah ini memiliki kondisi geografis berupa pesisir dan pegunungan.

Dari perbedaan mata pencaharian dan komoditas yang dimiliki, tentu saja akan membuat masyarakat akan saling bergantung satu sama lain guna memenuhi kebutuhan, yakni dengan melaksanakan kebiasaan barter antara hasil laut dengan hasil kebun.

5. Pertumbuhan dan Perkembangan Daerah

Faktor terakhir yang menyebabkan pasar barter masih bertahan di daerah Wulandoni ini adalah lambannya pertumbuhan dan perkembangan di daerah Nusa Tenggara Timur. Bahkan, di daerah Wulandoni masih banyak daerah yang belum tersentuh listrik, sinyal, hingga akses jalan kendaraan.

Dari adanya ketertinggalan tersebut tentu saja berpengaruh besar terhadap penggunaan dan peredaran uang, sehingga budaya barter masih dianggap sistem yang paling menguntungkan bagi masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhannya.

Beli Buku di Gramedia

Nah, itulah penjelasan mengenai pengertian barter dan tradisi barter yang masih dilestarikan hingga saat ini. Apakah Grameds pernah melakukan sistem barter ini dengan orang lain?

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

Sumber:

Hamado, A., Umar, R., & Maru, R. (2019). Eksistensi Pasar Barter Ditengah Pesatnya Perkembangan Pasar Modern: Kasus Pasar Barter Di Kecamatan Wulandoni Nusa Tenggara Timur Dalam Perspektif Geografi Ekonomi (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR).

Baca Juga!

About the author

Umam

Perkenalkan saya Umam dan memiliki hobi menulis. Saya juga senang menulis tema sosial budaya. Sebelum membuat tulisan, saya akan melakukan riset terlebih dahulu agar tulisan yang dihasilkan bisa lebih menarik dan mudah dipahami.